Gesang: Sebelum Aku Mati
21 Mei 2010
0
comments
Ada syair menarik dari Komposer Maestro Keroncong ternama ini melalui lagu Sebelum Aku Mati. Gesang menulis: “Sekali Ku Hidup, Sekali Ku Mati, Aku Dibesarkan Di Bumi Pertiwi, Akan Kutinggalkan Warisan Abadi, Semasa Hidupku Sebelum Aku Mati. Lambaian Tanganku Panggilan Abadi, Semasa Hidupku Sebelum Aku Mati”. Mengapa Gesang harus menciptakan lagu Sebelum Aku Mati? Mengapa tidak memilih judul lagu, semisal; Setelah AKu Mati?
Jawabannya pasti tentu hanya Gesang sendiri yang tahu. Kita hanya bisa membaca syairnya, mendengarkan lagunya dan mungkin kita bisa merenungkan bait-bait lagu itu. Saya mencoba memaknai menurut yang bisa saya lakukan, dari perspektif kematian itu sendiri, yaitu perspektif bagaimana kita yang masih hidup ini memandang eksistensi sebuah kematian. Sebagai sebuah peristiwa yang pasti akan terjadi, Kematian bisa kita analogkan dengan apapun peristiwa biasa ataupun luar biasa dalam hidup kita di masa depan yang selalu menghadirkan sebuah prolog pada kata “Sebelum” seperti tercermin dalam lagu “Sebelum Aku Mati” itu. Analog itu bisa saja diterapkan dalam ungkapan seperti: Sebelum Aku Menikah, Sebelum Aku Tua, Sebelum Aku Sakit, Sebelum Aku Kaya, Sebelum Aku Menjadi Jatuh Miskin dan seterusnya.
Gesang sangat cerdas dan bersahaja dalam merangkai sebait Sebelum Aku Mati. Mengapa Gesang tidak menuliskan, misalnya, Setelah Aku Mati?. Mati adalah fase di mana hampir seluruh aspek kehidupan ini mengalami keterpisahan untuk selamanya. Keterpisahan ini pula yang kemudian secara otomatis mendatangkan keterputusan demi keterputusan. Terputusnya ruh dari jasad, terputusanya jiwa dari raga, terputusnya diri dari keluarga, terputusnya kemampuan untuk berkarya, dan terputusnya hidup itu sendiri.
Sekali Ku Hidup, Sekali Ku Mati. Gesang memberi pelajaran kepada kita; apa dan bagaimana sebelum aku mati yaitu fase ketika aku hidup, ketika kita hidup, ketika mereka hidup. Saya hanya bisa memaknai secara sederhana karena dalam kehidupan ini kita dihadapkan banyak pilihan, maka sebelum mati, kita harus memilih pada sejumlah pilihan yang ada. Gesang misalnya, telah memilih untuk berkarya, menciptakan lagu dengan konsistensi yang tinggi pada musik berirama keroncong. Gesang memilih untuk menempuh pola hidup dengan kesahajaan dan kesederhanaan yang ada.
Jadi, Sekali Ku Hidup, maka….. berkaryalah, berjuanglah, berbuat baiklah… dan seterusnya…. “jadilah orang yang bermanfaat bagi sesama”– khoironnas anfa’uhum linnas. Selagi kita hidup, karya, perjuangan dan perbuatan-perbuatan baik-bermanfaat, sekecil apapun yang penting bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Baru kemudian, kata Gesang, Akan Kutinggalkan Warisan Abadi. Apa itu Warisan Abadi? Ternyata bukan Harta Benda, Kekayaan, Rumah, Tanah dan bentuk-bentuk materialisme lainnya. Warisan Abadi adalah “perbuatan baik” itu sendiri, itu menurut pendapat Saya, yang penilaiannya datangnya dari Tuhan dan sesama manusia, bukan dari diri sendiri.
Lambaian Tanganku Panggilan Abadi….. Saya tidak bisa meneruskan percobaan saya untuk lebih jauh memaknai bait yang satu itu; kecuali bahwa Gesang telah mampu menerjemahkan sebuah takdir berupa kematian. Karena pada saatnya nanti, Kita akan melambaikan tangan Kita untuk memenuhi Panggilan Tuhan menuju Keabadian.
Sebelum Aku Mati memberi inspirasi bagi kita sedini mungkin selagi kita masih hidup untuk terus berkarya, bekerja dan beribadah. Karena kita semua pasti akan sampai pada kematian, maka jangan kita memilih “Setelah Aku Mati”, karena itu berarti kesia-siaan abadi. Wallohu A’lam bil Showab. Tuhan Maha Tahu Apa Yang Terbaik Untuk Gesang.
Update: Gesang ahirnya wafat, meninggal dunia, meninggal kan kita semua menuju alam keabadian. kemarin petang. Setelah menjalani perawatan intensif sejak Rabu lalu, komponis Bengawan Solo, Gesang Martohartono (92) akhirnya menghembuskan napasnya yang terakhir di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah, Solo, pukul 18.10, Kamis (20/5).Jenazahnya akan dimakamkan di tempat pemakaman umum Pracimaloyo, Makamhaji. Jenazah sang maestro keroncong yang juga sangat dikenal masyarakat Negeri Sakura, Jepang itu, akan disemayamkan di ruang Pendhapi Gede Balai Kota Surakarta. Selanjutnya diberangkatkan menuju TPU Pracimaloyo pukul 14.00 dengan upacara militer. Sebelum dibawa ke Balai Kota, pukul 10.00 dilakukan upacara oleh pihak keluarga di rumah duka, Jalan Bedaya No 5 RT 01 RW 06 Kelurahan Kemlayan, Serengan, Surakarta. Kita Bisa mengambil Hikmah-Pelajaran dari Gesang, Sebelum Kita Mati……