Anak Muda

Petugas Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas I Cirebon, berhasil menggagalkan penyelundupan pil jenis destro ke dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebanyak 1.000 butir, Sabtu (26/12) siang.

Penyelundupan pil destro ini dilakukan seorang pengunjung wanita bernama Kartini (42), warga Kebon Kelapa Tengah, RT O4/07 Kelurahan/Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Pil tersebut disembunyikan wanita beranak dua ini di dalam celana dalam saat membesuk pacarnya, Susilo, penghuni Lapas dari kasus pencurian dengan hukuman 1 tahun.

Kendati pil destro tidak termasuk narkoba jenis pil. Namun, pil ini kerap dijadikan barang yang memabukan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Biasanya, penyalahgunaan pil ini di konsumsi sekira 15-20 butir sekali minum. Efeknya, bisa memabukan seperti meminum dua buah pil yang termasuk narkoba sepeti leksotan.

Kepala Lapas Kelas I Cirebon, Nur Ahmad Santosa, saat dikonfirmasi membenarkan adanya penyelundupan pil destro yang biasanya dipergunakan sebagai obat batuk. Menurut Dia, terungkapnya kasus ini berawal dari kecurigan petugas terhadap Kartini yang akan menjenguk pacarnya di dalam lapas.

“Saat dia masuk, petugas kami sempat menggeledah Kartini. Dia datang bersama dua orang anaknya yang masih dibawah umur. Awalnya petugas kami tidak curiga. Namun, setelah kami pantau melalui CCTV ternyata gerak-gerik dia mencurigakan,” papar Santosa.

Menurut Santosa, saat Kartini berada di ruang besuk. Dia sempat masuk ke dalam WC tamu. Saat itulah, Kartini mengeluarkan 1.000 butir obat destro yang disimpan di celana dalamnya. Selanjutnya, dia menyerahkan obat tersebut ke Susilo.

Untuk mengelabui petugas, Susilo menyimpan obat tersebut di pergelangan kaki dengan diikat karet gelang. Namun, petugas sudah mencium gerak-gerik keduanya. Petugas juga, mengetahui penyelundupan tersebut melalui CCTV yang dipasang di ruang besuk.

Setelah barang tersebut diserahkan, Susilo kembali masuk ke dalam kamarnya. Namun, karena gerak-geriknya sudah dicium petugas. Susilo diperintahkan petugas jalan jongkok. Saat itulah, Susilo mengetahui penyelundupan tersebut terendus petugas. Dia berusaha melempar barang ke selokan.

“Dari awal kami memang sudah curiga. Namun, untuk meyakinkan barang tersebut diberikan kepada siapa. Kami tidak menangkap Kartini dari awal. Karena kalau ditangkap dari awal, kemungkinan kecil dia tidak akan mengaku barang tersebut akan diberikan untuk siapa,” tegas Santosa.

Untuk menindaklanjuti kasus ini, aku Santoso, pihaknya bakal segera menyerahkan kasus ini ke Kepilisian Resor (Polres) Kota Cirebon. Namun, dia sanksi kasus ini bisa ditindaklanjuti aparat kepolisian. Pasalnya, pil jenis destro tidak termasuk narkoba.

“Memang pil ini tidak termasuk narkoba. Namun, jika dikonsumsi banyak orang bisa mabuk. Jika sudah tesebar di Lapas, kemungkinan bakal mengganggu ketertiban dan keamanan lapas,” papar Santosa.

Sementara itu, Kartini saat di konfirmasi mengaku, penyelundupan pil ini sudah dilakukan dirinya sebanyak tiga kali dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Dia mengaku tidak mengetahui jika pil tersebut dapat memabukan. Pil destro dibelinya dari sebuah apotik yang berada di kota Cirebon seharga Rp160 ribu.

Saya hanya disuruh Susilo untuk beli pil itu. Dia sempat berpesan agar pil itu disembunyikan didalam celana. Karena, jika tidak disembunyikan bakal disita petugas,papar Kartini.

Dia mengaku, hasil pembelian tersebut dia mendapatkan untung sebesar Rp140 ribu. Pasalnya, Susilo telah memberikan uang sebesar Rp300 ribu untuk pembelian 1.000 pil berikut ongkos dan upahnya.

[waspada.co.id]