Evie, Waria Mantan Pengasuh Obama
6 Maret 2012
0
comments
Jakarta – Dulu, Evie mengasuh anak bule yang biasa
dipanggil Barry. Anak itu kini tumbuh jadi salah satu pria terkuat
dunia. Sebaliknya, Evie malah hidup serba ketakutan.
Evie
terlahir seorang pria, namun meyakini dirinya perempuan. Sepanjang
hidupnya, ia ketakutan akibat ejekan dan terkadang pukulan yang
diterimanya, karena identitasnya tersebut.
Seorang serdadu pernah
menggunduli rambutnya. Tak terhitung jumlah rokok yang disundutkan ke
tangan dan lengannya. Ketakutan itu memuncak saat tubuh seorang kawan
waria ditemukan di sebuah saluran pembuangan, dua tahun lalu.
Evie
mengambil semua pakaian perempuannya dan dimasukkan ke dalam dua kotak
besar. Pemulas bibir, bedak dan alat riasan wajah, semua disingkirkan.
“Dalam hati, saya tahu saya perempuan. Tapi saya tak mau meninggal
seperti itu (kawannya tadi),” ujarnya.
Kepada HuffPost,
Evie mengakui menerima kehidupan apa adanya. Sejak pengalaman itu, ia
hidup sebagaimana seorang pria. Nama aslinya, sesuai KTP, adalah Turdi.
Namun ia memilih nama Evie karena terdengar manis.
Beberapa
tetangga di tempat tinggal Obama kecil di Menteng, Jakarta, memastikan
bahwa Turdi memang bekerja sebagai pengasuhnya selama dua tahun. Evie
ini juga mengurus adik seibu Obama, Maya.
Pria berusia 66 tahun
ini kini tinggal di sebuah kamar kecil, di daerah kumuh sekitar Jakarta
Timur. Ia mencuci baju-baju orang sebagai sumber pendapatan. Suaranya
pelan, sopan dan wajahnya masih menampilkan kerutan kekhawatiran.
Ketika
mengenang masa kecilnya, Evie mengaku sering dipukuli sang ayah karena
tak tahan melihat tindak tanduknya yang terlalu feminin. “Ia ingin saya
berlaku seperti seorang anak laki, meski dalam hati saya tak merasa
begitu,” ujarnya.
Akibat terlalu sering digoda, ia putus sekolah
saat masih kelas tiga SD dan memutuskan untuk belajar memasak. Ternyata,
Evie ahli memasak. Saat remaja, kenangnya sambil tersenyum, ia menjadi
koki sejumlah pejabat ternama.
Akhirnya dalam sebuah pesta koktail
pada 1969, ia bertemu mendiang ibunda Obama, Ann Dunham. Ann tiba di
Indonesia dua tahun sebelumnya setelah menikahi ayah tiri Obama, Lolo
Soetoro.
Ann yang mengagumi steak daging dan nasi goreng buatan
Evie, menawarkan pekerjaan untuknya di rumah tangga Soetoro. Tak butuh
waktu lama, Evie menjadi pengasuh Barry, panggilan Obama kecil.
Evie
menemani Barry bermain, mengantar dan menjemputnya dari dan ke sekolah.
Para tetangga mengingat, sering melihat Evie keluar masuk rumah Soetoro
pada malam hari, berias seperti perempuan.
Evie ragu Obama
mengingatnya. “Ia masih kecil. Lagipula, saya tak membiarkannya melihat
saya mengenakan pakaian wanita. Tapi ia pernah melihat saya mencoba
lipstik ibunya, kadang-kadang. Ia tertawa jika saya melakukannya,”
kenang Evie.
Hidupnya berubah saat keluarga Soetoro tak lagi
bersamanya pada 1970-an. Evie tinggal bersama kekasihnya dan hubungan
mereka berakhir tiga tahun kemudian. Ia terpaksa menjadi seorang pekerja
seks.
“Saya mencoba lagi menjadi pembantu rumah tangga. Tapi tak
ada yang mau. Saya butuh uang untuk makan dan tempat tinggal,” ujarnya.
Sebagai waria, Evie mengalami dikejar-kejar aparat rezim mantan Presiden
Soeharto.
Satu razia pada 1985 mengubah segalanya. Ia dan
kawan-kawan waria berlarian saat dikejar aparat. Satu gadis cantik,
Susi, melompat ke sungai penuh sampah. Mereka mencari Susi sepanjang
malam.
“Akhirnya kami menemukannya. Kondisinya amat buruk.
Tubuhnya bengkak dan wajahnya hancur,” ujarnya sedih, mengingat wajah
tak bernyawa Susi.
Evie kini mengaku tak punya lagi masa depan. Ia hanya beribadah dan menanti ajal menjemput.
Saat
2008 Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Evie tak
percaya bocah kecil yang ia asuh itu menjadi orang besar. Tak ada yang
percaya saat ia berkata pernah mengasuhnya saat Obama masih dipanggil
Barry. Evie disangka gila.
“Tapi kini saat orang menyebut saya sampah, saya hanya bisa berkata, saya pernah mengasuh Presiden Amerika Serikat!”