Seks Berisiko Picu Penyakit Berbahaya pada Wanita
19 Juni 2012
0
comments
Pasangan bercengkrama di tempat tidur (Foto: Corbis)
Pernahkah Anda bertanya apa yang mendorong wanita begitu menikmati seks berisiko? Tentu alasannya tak dapat dikaitkan dengan seks bebas yang mereka jalani atau longgarnya etika yang mereka miliki.
Semua alasan tersebut bukan pendorong utama. Sebuah penelitian baru mengungkap, wanita yang memiliki pengalaman kekerasan seksual di masa kecil, di saat dewasa cenderung rentan melakukan seks berisiko. Mereka pun tak bermasalah menikmati seks bebas yang dilakukan tanpa pengaman, atau mengonsumsi obat dan alkohol sebelum hubungan seks berlangsung.
Praktik tersebut yang berlangsung terus-menerus tentu menimbulkan dampak kesehatan yang menghantui mereka. Bukan tidak mungkin risiko terinfeksi HIV, penyakit menular seksual (PMS), hingga kehamilan yang tidak direncanakan menjadi risiko yang menghantui.
Inilah ulasan lengkapnya mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan di kalangan wanita Afrika-Amerika di mana sebagian besar masih memiliki kekurangan secara ekonomi dan sosial, seperti dilansir Times of India.
Terjadi secara umum baik usia muda dan tua
Psikiater dan psikoterapis Dr Anjali Chhabria yang menyetujui temuan studi ini mengatakan, "Dalam 20 tahun berlatih, saya menemukan banyak wanita yang menikmati perilaku seksual berisiko. Jika diteliti secara rinci, Anda akan menemukan bahwa gangguan emosional dan kekerasan fisik di masa lalu yang mereka alami membuat alasan mereka menempuh seks berisiko. Pengaruh sosial dan ekonomi yang membuat urusan seksual tabu dibicarakan secara terbuka pada sebagian lapisan masyarakat juga turut memicu dilakukannya seks berisiko.”
Senada dengan Anjali, psikiater Dr Balakrishnan Milan mengatakan, fenomena ini pun terjadi pada masyarakat yang secara ekonomi masih kekurangan. Mereka yang memiliki pengalaman kekerasan seksual di masa kecil yang menghadirkan trauma hingga depresi membuat mereka rentan terhadap seks berisiko tersebut.
Penyebab
Dr Chhabria melihat bahwa orang yang memiliki pengalaman kekerasan di masa lalu cenderung terbiasa dengan perilaku serupa karena mereka terbiasa dengan hal tersebut sebelumnya. Tak jarang, pengalaman tersebut justru mengantarkannya untuk mencari kebahagian lain melalui aktivitas seks berisiko di luar pasangannya.
Cegah kekerasan sebagai tindakan preventif
Guna meminimalisir meningkatkan aktivitas seks berisiko, mencegah kekerasan dalam rumah tangga dan meminimalisir kekerasan terhadap wanita menjadi tindakan yang dapat dilakukan. Berikan pendidikan seksual terhadap remaja terkait risiko dari praktik seksual tersebut, seperti PMS, kehamilan yang tidak diinginkan, dan berbagai risiko lainnya. Sebagai pendukung, terapi perilaku dialektis dan terapi perilaku kognitif dapat membantu meminimalisir depresi dan kecemasan yang mungkin timbul.