Ukuran Testis Kecil? Anda Harus Waspada
16 Juni 2012
0
comments
Pria terlelap (Foto: Corbis)
BESARNYA
ukuran testis pria dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuknya. Jika
terjadi gangguan interaksi hormon, ukuran testis dapat menjadi tak
sempurna.
Salah satu penyebab gangguan hormon yang menyebabkan tak sempurnanya ukuran testis adalah hipogonadisme. Seseorang disebut mengalami hipogonadisme ketika fungsi testisnya menurun akibat gangguan interaksi hormonal, antara lain meliputi androgen dan testosteron. Pada laki-laki, salah satu gejala yang menunjukkan adanya gangguan ini ialah terganggunya pertumbuhan penis dan testis.
"Kami punya semacam standar sebagai pembanding ukuran testis pada masing-masing usia. Jadi kalau periksa, kami pegang, lalu kami bandingkan lebih besar atau lebih kecil. Untuk orang dewasa, kurang lebih seperti telur puyuh lah ukurannya," kata Dr Em Yunir, SpPD-KEMD dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dalam jumpa pers Hipogonadisme pada Pria dan Masalah Keganasan Kelenjar Tiroid di Hotel Mandarin, Jumat (15/6/2012).
Meski tidak selalu terkait langsung, ukuran testis yang tidak normal bisa mempengaruhi produksi testosteron dan proses spermatogenesis atau pembentukan sperma. Jika testis terlalu kecil, produksi sperma biasanya lebih rendah, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya.
Apabila gangguan pertumbuhan testis terbukti berhubungan dengan hipogonadisme, maka dampaknya bisa lebih luas lagi. Dr. Em Yunir mengatakan, hipogonadisme juga bisa menyebabkan perubahan mental dan emosional, misalnya kelelahan, penurunan gairah seks, dan disfungsi ereksi.
Berdasarkan penyebabnya, hipogonadisme dibedakan menjadi dua, yakni hipogonadisme primer dan sekunder. Hipogonadisme primer dipicu oleh masalah dari dalam testis, sedangkan yang sekunder dipicu oleh penyakit tertentu, misalnya Sindrom Kallmann, gangguan hipofisis dan HIV-AIDS.
Pengobatan hipogonadisme pada pria dewasa, yaitu berupa penggantian hormon berupa terapi testosteron yang mampu mengembalikan fungsi seksual, kekuatan otot, serta mencegah osteoporosis menggunakan bantuan teknologi reproduksi yang membantu pasangan dalam pembuahan.
Sedangkan hipogonadisme pada anak laki-laki, sebelumnya harus dicari dahulu penyebabnya, apakah ada penyakit lain yang menyertainya. Jika diperlukan, keadaan ini dapat diobati dengan pemberian hormon testosteron sintetik.