Tidak banyak yang mengenalnya secara luas mengingat keberadaannya yang
selalu di belakang layar. Namun, siapa sangka, dia merupakan salah satu
kunci sukses kemenangan Presiden Barack Obama dan Joko Widodo dalam
pilpres di negara masing-masing.
INGAR-BINGAR pemilihan presiden memang telah berakhir. Pesta
demokrasi itu menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK)
sebagai presiden dan wakil presiden selama lima tahun ke depan. Namun,
sebelum mereka terpilih, publik tentu ingat betapa riuhnya kampanye
hitam yang kerap menyerang Jokowi. Mulai isu agama yang dianut Jokowi
hingga isu etnis yang dilekatkan pada sosok mantan wali kota Solo itu.
Ketika kampanye hitam tersebut diembuskan, tim relawan pasangan
Jokowi-JK langsung merespons. Mereka bergerak dengan memanfaatkan
berbagai sarana media sosial (medsos) seperti Twitter, Facebook, dan Path.
Segala informasi yang berkaitan dengan jati diri dan kiprah Jokowi-JK
dalam hitungan singkat memenuhi forum-forum diskusi di berbagai medsos
untuk menangkis kampanye hitam yang ditudingkan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Dan di balik ’’tangkisan’’ yang disampaikan relawan Jokowi tersebut,
ada sosok Adryan Fitra, pemuda asal Banda Aceh yang menjadi satu-satunya
digital campaigner dalam tim sukses Jokowi-JK. Penampilannya bersahaja, tidak banyak berbeda dengan pemuda kebanyakan.
’’Saat itu, kerja saya mencari fakta langsung dari Pak Jokowi.
Setelah dapat, fakta-fakta tersebut saya berikan ke relawan. Dari
situlah fakta yang sebenarnya langsung tersebar viral di berbagai media
sosial,’’ jelas Adryan ketika ditemui Jawa Pos di auditorium Pusat Bahasa Studi Jepang UI, Minggu (8/12).
Pria yang pernah bekerja di Google Singapura tersebut mengungkapkan, kiprahnya di bidang digital campaigner
untuk Jokowi berawal ketika dirinya berkarir di Negeri Paman Sam untuk
membantu tim sukses Presiden Barack Obama. Pada 2008, ketika berada di
Singapura, Adryan mendengar sebuah kompetisi yang diadakan tim sukses
calon presiden dari Partai Demokrat AS tersebut.
’’Singkat cerita, saya ikut kompetisi itu dan nggak tahu gimana caranya bisa menang. Akhirnya, saya di-hire oleh digital team
Obama untuk bergabung. Kami gembira karena akhirnya Obama menang,’’
ujar pria yang pernah menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat
komisi Rp 1 miliar dari Google AdSense tersebut.
Bergabungnya Adryan dengan tim Obama didengar presiden Indonesia kala
itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada 2009, ketika mengunjungi
Indonesia, Obama sempat bercerita bahwa ada orang Indonesia yang
membantunya untuk memenangi pilpres di AS.
’’Setelah itu, Pak Anas Urbaningrum (mantan ketua umum Partai
Demokrat, Red) telepon ke Pak Dino Patti Djalal yang kala itu masih
Dubes AS untuk meminta saya bertemu dengan Pak SBY,’’ tuturnya.
Pertemuan dengan SBY kala itu cukup membuat dirinya tegang. Selama
sejam Adryan melakukan presentasi di depan orang nomor satu di Indonesia
tersebut. ’’Ujung-ujungnya, saya ditanya apa fungsi Facebook dan Twitter bagi kedaulatan bangsa. Saya jawab saja, kalau Bapak punya Facebook atau Twitter yang follower-nya
banyak, pasti Bapak akan dengan mudah menyampaikan kebijakan-kebijakan
Bapak kepada rakyat,’’ ujar pemilik lebih dari 200 akun di medsos
tersebut.
Setelah pertemuan dengan SBY, Adryan kembali dipanggil tim sukses
Obama untuk membantunya lagi ketika presiden AS yang pernah tinggal di
Indonesia itu berlaga dalam pilpres AS untuk periode kedua. Lagi-lagi,
sumbangsih tenaga dan pikiran Adryan mengantarkan Obama kembali menang.
Karena kepiawaian dan kerja kerasnya itu, Adryan ditawari bekerja di
Markas Besar Departemen Pertahanan AS di Pentagon. Namun, seminggu
sebelum deadline penandatangan kontrak dengan Pentagon, Adryan
dihubungi tim sukses calon wakil presiden RI Hatta Rajasa. Dia diminta
membantu Hatta memenangkan pilpres lalu.
’’Namun, ketika saya kembali ke Indonesia, ternyata tim Pak Hatta
lebih memilih melakukan kampanye dengan cara konvensional dan belum
banyak aware dengan kampanye melalui media sosial. Saya pun nggak jadi ikut tim Pak Hatta,’’ ungkap pria masih suka membujang itu.
April lalu, ketika berada di Melbourne, Australia, untuk keperluan
bisnis, pria yang pernah menjadi drumer band Mulan Jameela tersebut
mendadak ditelepon tim sukses Jokowi-JK. Dia diminta menjadi digital personal adviser. Tidak butuh waktu lama, Adryan menyanggupi tawaran tersebut.
’’Tugas saya tiap pagi pukul 05.30, saya ngobrol dengan Pak
Jokowi. Lalu, pukul 08.00 berangkat. Ikut kampanye Pak Jokowi. Ada 55
kota dalam 35 hari yang saya kunjungi dengan bapak (Jokowi) untuk
kampanye. Tapi, bapak selalu nggak mau naik pesawat pribadi.
Dia lebih memilih naik pesawat komersial biar bisa berbaur dengan
penumpang umum,’’ tutur pembina Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia) Cabang Depok itu.
Setiap hari sebelum berangkat mendampingi Jokowi berkampanye, Adryan
bekerja di kamar pribadinya yang berisi 20 monitor. Monitor-monitor
tersebut mampu mendeteksi apa saja pembicaraan yang terjadi di seluruh
dunia. Dengan sebuah tools yang diciptakan sendiri, Adryan
mampu mendapatkan informasi apa saja yang berkaitan di dunia luar.
Informasi tersebut lalu disampaikan kepada Jokowi sebagai bahan
kampanye.
’’Misalnya, kita mau kampanye ke Margonda. Lalu, saya cari di media
sosial apa saja yang terjadi di Margonda selama sejam terakhir atau
bahkan seminggu terakhir. Lalu, saya infokan ke bapak. Info itu juga
saya kasihkan ke teman-teman wartawan,’’ jelasnya.
Menangkis kampanye hitam yang ditujukan kepada Jokowi-JK termasuk menjadi prioritas pekerjaan Adryan. Sebab, tools tersebut juga bisa mendeteksi percakapan soal kampanye hitam.
’’Bila mendapat keterangan tentang kampanye hitam, biasanya saya
infokan ke wartawan. Wartawan bisa tanya langsung ke bapak sehingga bisa
memperoleh jawaban langsung dari bapak,’’ tuturnya.
Adryan mengungkapkan, selama dirinya mendampigi Jokowi berkampanye,
isu kampanye hitam yang paling banyak dideteksi adalah seputar agama dan
kewarganegaraan Jokowi. Tidak hanya dengan Jokowi, Adryan juga selalu
berinteraksi dengan keluarga Jokowi, termasuk sang ibu, untuk mendapat
fakta yang sebenarnya.
Setelah fakta-fakta tersebut terkumpul, Adryan langsung mem-broadcast
melalui BBM kepada lebih dari 1.000 relawan Jokowi di seluruh
Indonesia. Hal itulah yang disebutnya titik kunci solidnya kerja sama
dalam tim sukses Jokowi-JK.
Soal bayaran, Adryan mengaku tidak dibayar Jokowi-JK. Tetapi, seluruh
kebutuhannya selama mendampingi pasangan tersebut ditanggung tim
sukses. Kini, selepas tidak mendampingi kampanye Jokowi, Adryan kembali
berfokus menjalankan bisnis di bidang online.
Padahal, berkat kemampuannya yang mumpuni tersebut, Adryan sempat
ditawari menjadi staf ahli di Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Namun, dia lebih memilih berwirausaha dan mengembangkan bisnisnya yang
sejak lama dirintis. Sebab, selain bekerja kantoran dinilai menyita
banyak waktu, dia mengungkapkan bahwa menjadi digital entrepreneur memberikan income yang berlebih. Per bulan, dia mampu menghasilkan Rp 2 miliar hingga Rp 15 miliar.
’’Penghasilan itu kebanyakan dari company-company saya
sendiri. Sekarang saya sedang melihat potensi wisata di Garut yang
sangat besar. Saya mulai membuka usaha di sana,’’ tuturnya.
Kini Adryan memiliki 11 vila dan 38 resor yang beroperasi di Garut. Selain itu, ada 55 showroom mobil yang dikelola melalui laman mobilgarut.com.
Bukan hanya itu, Adryan yang kini berupaya mendapat beasiswa S-3 dari
Universitas Indonesia tengah memprakarsai Wirausaha Pelajar Indonesia.
Gerakan tersebut merupakan pembinaan kewirausahaan bagi pelajar di
seluruh Indonesia.
’’Saya berharap gerakan ini menarik minat para pelajar untuk belajar berwirausaha,’’ tandas Adryan.