Khadafi, Si Eksentrik yang Ogah Mundur
24 Februari 2011
0
comments
AnakMuda 3007 -Pergolakan di Libya bertujuan untuk memprotes kekuasaan Muammar Khadafi yang sudah berlangsung selama 41 tahun. Namun, pria eksentrik ini punya pendapat sendiri.
Khadafi muncul dalam sebuah podium, di kediamannya di Ibukota Tripoli. Dengan berbalut baju khasnya yang kali ini berwarna coklat, ia menyatakan apa yang ada di pikirannya. Melalui siaran televisi nasional, rakyat melihat Khadafi yang berbicara berapi-api dan penuh semangat. Bahkan, ia seakan menantang para pengunjuk rasa.
“Saya seorang pejuang, revolusionis dari tenda. Saya akan mati syahid. Muammar Khadafi adalah pemimpin revolusi, saya bukan presiden yang bisa digulingkan. Ini negara saya, Muammar bukan presiden yang akan meninggalkan jabatannya,” kata Khadafi dengan lantang.
Selanjutnya, ia mengultimatum rakyat bahwa pihaknya akan menggunakan kekerasan. “Saya belum memerintahkan menggunakan kekerasan, belum memerintahkan agar peluru ditembakkan. Ketika saya melakukannya, semua akan terbakar habis,” papar pemimpin eksentrik ini.
Penguasa Libya selama 41 tahun ini bahkan meminta pendukungnya untuk turun ke jalan dan menyerang pengunjuk rasa antipemerintah. “Anda pria dan wanita yang mencintai Khadafi, keluarlah dari rumah dan turun ke jalan. Serang mereka di tempatnya. Mulai besok, singkap tirai, keluar dan lawan mereka.”
Pria yang memiliki sembilan anak ini menyatakan, unjuk rasa damai dan pemberontakan bersenjata merupakan dua hal yang berbeda. Ia menyerukan seluruh pemuda memberntuk kelompok demi keamanan dan menandai diri mereka dengan mengenakan pita hijau.
“Rakyat Libya dan revolusi populer akan mengendalikan negara ini,” ujarnya.
Menurut beberapa media lokal, pidato itu sepertinya direkam beberapa saat sebelumnya dan kemudian disiarkan melalui sebuah layar untuk ratusan massa yang berkumpul di pusat Tripoli, Green Square.
Beberapa kali dalam pidato itu, kamera menyoroti monumen emas di bagian depan kediamannya. Monumen tangan terkepal yang menggenggam jet tempur berbendera Amerika Serikat (AS) hingga remuk itu sangat terkenal. Cukup aneh, karena Khadafi terlihat berpidato sendirian tanpa ada yang menyaksikan.
Nama Khadafi dikenal dunia saat melakukan kudeta tak berdarah dan merebut kekuasan dari Raja Idris I, pada 1969 lalu saat masih berusia 27 tahun. Pria kelahiran 1942 yang mengenyam pendidikan militer di Inggris ini menggabungkan sosialisme dan kapitalisme, dikombinasikan dengan aspek Islam sebagai ideologi Libya.
Sosoknya unik dan tak seperti pemimpin kebanyakan, meski berpangkat kolonel. Ia tinggal di tenda Arab Badui saat mengunjungi sebuah negara, sesuai dengan darah yang mengaliri tubuhnya. “Apapun yang ia lakukan atau pikirkan, merupakan hal-hal yang unik,” papar pengamat politik asal Libya, Saad Djebbar.
Sementara pengamat politik AS yang pernah bertemu Khadafi, Benjamin Barber mengatakan, sang pemimpin Libya selalu menganggap dirinya intelek. Meski temperamennya seringkali ‘mengejutkan’ dan membuat orang bungkam.
“Ia dari suku terbelakang, tapi banyak mendapatkan pelajaran dari kehidupannya yang keras,” ujar Barber.
Beberapa kebijakannya yang berani membuat dunia Barat kerap mengecam dan berujung pada pengisolasian Libya dari pergaulan dunia internasional. Mantan Presiden AS Ronald Reagan bahkan menjuluki Khadafi sebagai ‘Anjing Gila’.
Namun begitu, ia berupaya keras untuk menyatukan dunia Arab. Kemudian beralih menyatukan negara-negara Afrika dan memperkenalkan ide persatuan, Pan-Afrika. Bagi Libya, ia menyebut dirinya seorang penyemangat. Sayang, pada praktiknya, Khadafi berkuasa secara absolut dan cenderung otoriter.
Hal ini terlihat dari kebijakan ketat terhadap kebebasan pers dan membuat undang-undang melarang aktivitas berkelompok yang secara ideologis menentangnya. Inilah cikal bakal akumulasi kegeraman rakyat untuk menggusurkan dari jabatan yang dipangku selama 41 tahun itu.