Wah..wah...benar nih omongannya.....buat panas bangsa Indonesia aja...
31 Agustus 2010
0
comments
sambung.." sudah jelas disini dong..
permisi newbie mau nimbrung...
perang dengan malaysia? apakah kita saat ini cukup memiliki sumber dayanya? kalau tidak salah... malaysia memiliki sistem aliansi pertahanan yg namanya FPDA (Five Power Defense Agreement)... setelah dicari2 akhirnya dapet juga tuh artikel diemail saya...
Copy paste dari buletin majalah Defender di FS, silahkan disimak ;
JAKARTA - Ada analisis menarik dari
pengamat militer Universitas Indonesia,
Andy Wijayanto, mengenai kemungkinan
terjadinya perang terbuka antara Indonesia
dan Malaysia di daerah konflik perairan
Blok Ambalat. Bila Jakarta mengumumkan
perang terbuka dengan negara tetangga
kita itu, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono harus memperhitungkan aliansi
negara yang akan mendukung negeri jiran
tersebut dalam konfrontasi.
Andy mengungkapkan, Malaysia memiliki
sistem aliansi pertahanan dengan Inggris,
Australia, Singapura, serta Selandia
Baru. Aliansi itu disebut sebagai Five
Power Defense Agreement (FPDA). Salah
satu kesepakatan negara-negara FPDA
adalah klausul bahwa serangan terhadap
salah satu negara anggota merupakan
serangan pula terhadap negara anggota
lainnya.
"Malaysia tinggal meminta klausul itu
diaktifkan. Bila disepakati, berarti
negara kita harus siap berperang juga
dengan Inggris, Australia, Singapura,
serta Selandia Baru yang mempunyai
kekuatan tempur jauh lebih kuat dan
canggih," jelasnya setelah diskusi
tentang RUU Pertahanan dan Keamanan di Hotel
Sahid, Jakarta, kemarin.
Dari situs resmi British High
Commission, Kuala Lumpur, diketahui
bahwa FPDA
berdiri pada 1971 sebagai lembaga
konsultasi dan antisipasi serangan terhadap
Singapura serta Malaysia. Saat
peringatan 30 tahun FPDA pada November 2001,
kelima negara anggotanya sepakat
membentuk suatu kerja sama jangka panjang.
Salah satunya, perjanjian saling dukung
bila ada negara anggotanya yang
diserang negara lain. Tahun ini, FPDA
memfokuskan tinjauannya pada maritime
security. Dengan fokus tersebut,
kemungkinan empat negara lainnya untuk
mendukung Malaysia dalam konfrontasi
dengan Indonesia menjadi lebih besar.
Tidak itu saja. Bila dalam konfrontasi
nanti negara kita berhadapan dengan
Inggris, negara tersebut sangat mungkin
meminta artikel
lima NATO (Pakta Pertahanan Atlantik
Utara) diaktifkan. Artikel lima NATO
serupa dengan klausul perjanjian FPDA
yang intinya menyatakan, serangan yang
dialami salah satu negara anggota
dianggap sebagai serangan terhadap
negara-negara anggota lainnya dan harus
dihadapi bersama. Sehingga, konfrontasi
dengan Malaysia bisa melebar serta
membuat Indonesia harus berhadapan dengan
negara-negara anggota NATO.
"Jadi, efeknya akan beruntun. Itulah
yang harus diperhitungkan masak-masak oleh
Presiden SBY sebelum mendeklarasikan
konfrontasi dengan Malaysia. Rakyat pun
harus memahami hal ini supaya tidak
gelap mata mendesak perang dengan
Malaysia," tegas Andy.
Andi Widjajanto; Pengajar Perang dan
Damai FISIP-UI, Jakarta
PENGERAHAN Angkatan Tentera Malaysia di
Blok Ambalat, Laut Sulawesi,
tidak dapat dilepaskan dari program
pembangunan pertahanan Malaysia yang telah
berlangsung sejak awal 1990. Persiapan
strategis Malaysia untuk menggelar
pasukannya merupakan wujud keberhasilan
program Sixth Malaysia Plan (1990-1995)
saat Malaysia mengalokasikan US$2,4
miliar untuk pemenuhan kebutuhan
pertahanan. Pengeluaran belanja militer
di periode ini meliputi pembelian 8
F/A-18 Hornet serta 18 MiG-29 Fulcrum.
Di periode ini, Malaysia juga
membelanjakan US$159 juta untuk
pembelian radar pertahanan udara serta
pembangunan fasilitas-fasilitas Angkatan
Laut.
Program tersebut dilanjutkan dalam
Seventh Malaysia Plan (1996-2000).
Program lanjutan ini diarahkan untuk
mengubah titik berat strategi pertahanan
Malaysia dari counter-guerellia dan
counter-insurgency ke arah pembentukan
Tentera Malaysia modern. Hal ini
ditandai dengan transformasi AD Malaysia
menjadi Rapid Deployment Force (RDF)
yang dilengkapi dengan peralatan tempur
darat, seperti 300 tank tempur utama
(T-72, T90, dan T-80 (Rusia); Mk3M
(Inggris) Leopard IA5 (Jerman), dan K1A1
(Korea Selatan). Untuk mendukung
pembentukan RDF, Tentera Udara Diraja
Malaysia diperkuat dengan pembelian
sistem pertahanan rudal,
30 helikopter tempur, 16-18 pesawat
tempur baru seperti F/A-18E/F Super
Hornet, atau Su-30MKM dan MiG-29MRCA.
Tentera Laut Diraja Malaysia juga sedang
berbenah dengan rencana pembelian
senilai US$2,2 miliar untuk 27 kapal perang
beragam jenis untuk melengkapi 56 kapal
perang yang saat ini telah dimiliki
Malaysia. Malaysia juga sedang membangun
15 pangkalan laut baru. Pangkalan
terbesar yang akan dibangun berada di
Teluk Sepanggar
Sumber: http://www.topix.com/forum/world/indonesia/T6CFMJAVSTE9P3SCD