Ternyata Hukum China: Menabrak Orang? Tabraklah Hingga Mati [Kisah Yue Yue]
26 Oktober 2011
0
comments
Masih belum lepas ingatan kita dari berita kecelakaan (tabrak lari) terjadi di GUANGZHOU secara tragis beberapa hari lalu. Dimana seorang balita 2 tahun ditabrak oleh sebuah truk dan tidak ada seorangpun disekitarnya yang datang menjemput serta menolongnya. Hingga akhirnya, seorang tukang sampah menepikannya. Namun terlambat, sesampai di rumah sakit setelah tindakan medis yg dilakukan sang balita tidak tertolong lagi dengan luka dalam yang sangat parah dan komplikatif.
Telah menjadi rahasia umum dan sudah jadi anggapan biasa di China bahwa
meninggalkan korban (tabrak lari) hingga mati hanya membayar kompensasi
yg lebih murah daripada apabila si korban menderita luka-luka (bahkan
cacat). Bila si korban meninggal, hanya sekali bayar denda/sangsi
(selain dihukum). Namun bila si korban menderita sakit, maka beban dan
biaya rumah sakit harus ditanggung penuh oleh sang penabrak. Apalagi
bila cacat, akan semakin besar kompensasi yang harus dibayar.
Berikut ini adalah pengakuan sang penabrak, “Bila si korban meninggal, saya hanya membayar sekitar 20.000 yuan ($3,180 - 30 jutaan),”. Sebelum menyerahkan diri ke polisi, si penabrak kepada harian China Daily mengatakan. “Bila dia (korban) terluka, ada kemungkinan biaya yang tinggi harus ditanggung ratusan ribu yuan (ratusan juta) bahkan lebih dan tak tentu.”
Hal umum tersebut dibenarkan oleh salah seorang pengacara di China, Shi Jie dari Sichuan Ding Li Law Firm dikutip dari China News Watch. "But if the person is severely injured, the amount of money for follow-up medical treatment is uncertain. And this gives them the impression that to kill is better than to injure." Banyak kritikan kepada China, atas logika tak bermoral ini (People's Daily). Namun Qi Jingzhi, pengacara dari Shanxi mengatakan tidak semuanya berlaku demikian. Namun memang biasanya nilai kompensasi yang harus dibayar pelaku (bila korban cacat) adalah sama dengan kompensasi kematian. Dan pada banyak kasus, si penabrak hanya membayar sedikit daripada bila si korban tewas.
Komunitas sosial media mengatakan bahwa itu adalah gambaran sebuah komunitas yang sakit di China, dan tak bermoral. Padahal meski hanya anjing atau kucingpun harus ditangani dengan baik, tukas mereka lagi.
Pemerintah China mengetahui bahwa ini problem serius bagi mereka, namun intinya adalah keanehan orang-orang lah yang menjadi sumber masalah ini. Dikatakan oleh Komite Pusat Partai Komunis yang menginginkan dibangunnya sebuah “kebudayaan sosialis yang kuat” untuk meningkatkan “kualitas ideologi dan moral kebangsaan.”
Ini adalah kondisi masyarakat dimana antara pemerintah dan "yg diperintah" atau diantaranya telah menjadi lemah. China telah menekan agama, menekan komunitas sipil, menekan insting alami orang-orang.
Charles Burton, mantan diplomat Canada yang pernah tinggal lama di China, mencatat kejadian di tahun 1970an dimana teman-lokalnya membujuknya agar tidak membantu seorang tua yg sedang yang sedang dalam kesusahan.
http://www.theglobeandmail.com/news/opin...le2207028/
Berikut ini adalah pengakuan sang penabrak, “Bila si korban meninggal, saya hanya membayar sekitar 20.000 yuan ($3,180 - 30 jutaan),”. Sebelum menyerahkan diri ke polisi, si penabrak kepada harian China Daily mengatakan. “Bila dia (korban) terluka, ada kemungkinan biaya yang tinggi harus ditanggung ratusan ribu yuan (ratusan juta) bahkan lebih dan tak tentu.”
Hal umum tersebut dibenarkan oleh salah seorang pengacara di China, Shi Jie dari Sichuan Ding Li Law Firm dikutip dari China News Watch. "But if the person is severely injured, the amount of money for follow-up medical treatment is uncertain. And this gives them the impression that to kill is better than to injure." Banyak kritikan kepada China, atas logika tak bermoral ini (People's Daily). Namun Qi Jingzhi, pengacara dari Shanxi mengatakan tidak semuanya berlaku demikian. Namun memang biasanya nilai kompensasi yang harus dibayar pelaku (bila korban cacat) adalah sama dengan kompensasi kematian. Dan pada banyak kasus, si penabrak hanya membayar sedikit daripada bila si korban tewas.
Komunitas sosial media mengatakan bahwa itu adalah gambaran sebuah komunitas yang sakit di China, dan tak bermoral. Padahal meski hanya anjing atau kucingpun harus ditangani dengan baik, tukas mereka lagi.
Pemerintah China mengetahui bahwa ini problem serius bagi mereka, namun intinya adalah keanehan orang-orang lah yang menjadi sumber masalah ini. Dikatakan oleh Komite Pusat Partai Komunis yang menginginkan dibangunnya sebuah “kebudayaan sosialis yang kuat” untuk meningkatkan “kualitas ideologi dan moral kebangsaan.”
Ini adalah kondisi masyarakat dimana antara pemerintah dan "yg diperintah" atau diantaranya telah menjadi lemah. China telah menekan agama, menekan komunitas sipil, menekan insting alami orang-orang.
Charles Burton, mantan diplomat Canada yang pernah tinggal lama di China, mencatat kejadian di tahun 1970an dimana teman-lokalnya membujuknya agar tidak membantu seorang tua yg sedang yang sedang dalam kesusahan.
http://www.theglobeandmail.com/news/opin...le2207028/