Kebijakan Satu Anak Pukul Balik China
23 September 2012
0
comments
bbc.co.uk
Beijing – Pemimpin baru Partai Komunis China menghadapi
kenyataan pelik yang memaksa untuk mengakhiri kebijakan satu anak. Apa
yang sebenarnya terjadi?
China secara resmi menjadi
bangsa yang menua. Per 2050, lebih dari seperempat populasi akan berusia
65 tahun ke atas. Sementara generasi yang lebih muda akan terbebani
karena mereka harus merawat manula.
Di akhir 1970-an hingga awal
1980-an. Pemerintah Negeri Tirai Bambu mengkampanyekan gaya hidup later,
longer fewer. Rakyat disarankan untuk menunda pernikahan (later),
menjauhkan jarak usia anak (longer) dan memiliki sedikit anak (fewer).
Kebijakan
keluarga berencana ini sukses. Perempuan China tak lagi memiliki banyak
anak. Namun, generasi berikutnya yang lebih sedikit dan masih harus
mengikuti kampanye sama, membuat prediksi jumlah penduduk berubah.
Per
2050, diperkirakan dari setiap 100 penduduk berusia 20-64 tahun,
terdapat 45 orang yang usianya di atas 65 tahun. Per 2010, saat penduduk
China mencapai 1,34 miliar jiwa, rasio orang berusia di atas 65 tahun
hanya 15 orang.
Satu dekade terakhir, China menjadi populasi yang
menua. Bukannya berkurang, setiap tahunnya tingkat penuaan warga negara
malah menjadi cepat. Per 2000, jumlah populasi China yang berusia di
atas 60 tahun, sudah melebihi 10%.
Saat ini, berdasarkan data
pemerintah, 13,7% dari total penduduk China atau sekitar 185 juta jiwa,
berusia 60 tahun ke atas. Proses penuaan di China pun menjadi yang
tercepat di seluruh dunia.
Data PBB menunjukkan, rasio usia 60
tahun di seluruh dunia meningkat 3% dalam 60 tahun, periode 1950-2010.
Di China saja, peningkatannya mencapai 3,8% hanya dalam 10 tahun, dari
2000 hingga 2010.
Negara ini juga salah satu populasi di dunia
yang orang-orangnya menua sebelum kaya atau sedikit kaya. PBB
menyatakan, sebuah negara menua jika 7% populasinya berusia 65 tahun ke
atas atau 10% untuk 60 tahun ke atas.
Transformasi demografi
menjadi alasan utama meningkatnya angka harapan hidup. Masyrakat hidup
lebih lama karena perbaikan standar-standar penting, seperti nutrisi,
pendidikan dan layanan kesehatan.
Kebijakan satu anak alias one
child policy yang diberlakukan sejak 1980, menjadi faktor utama menuanya
populasi China. Pemerintah mencatat, kebijakan ini menyebabkan
penurunan tingkat kelahiran secara drastis.
“Kami mencegah 400
juta kehamilan selama tiga puluh tahun terakhir,” demikian salah seorang
pejabat China. Beberapa mendebat, penuaan populasi China juga terjadi
di masyarakat modern lainya. Faktanya, China memang yang tercepat.
Yang
jelas, penuaan populasi di rival Amerika Serikat (AS) ini sudah
terlihat konsekuensinya. Salah satu dampak negatif yang harus segera
diatasi adalah berkurangnya tenaga kerja.
Saat ini, tenaga kerja
aktif di China mencapai 980 juta jiwa. Menurut Profesor Zhen Binwen dari
Chinese Academy of Social Sciences, jumlah tenaga kerja China akan
mencapai puncaknya pada 2015.
“Tapi kemudian, jumlahnya akan turun secara dramatis,” katanya.
Pengamat
perekonomian dan tenaga kerja China, Profesor Cai Fang memprediksikan,
penurunan jumlah tenaga kerja akan melemahkan perekonomian negaranya
hingga 1,5% dari level saat ini, kemungkinan setelah 2015 mendatang.
“Perlu
diingat, tiga dekade terakhir perekonomian kita bergantung dari ekspor,
yang sangat terikat dengan sektor tenaga kerja,” tuturnya, menambahkan
bahwa China bakal memerlukan restruktur ekonomi besar-besaran jika ini
terjadi.