Pasangan Ini Sudah 6 Tahun Menyimpan Jenazah Anak Di Kotak Es
29 September 2012
0
comments
Tian menikah dengan istrinya, Yang Hongying pada 1979, saat itu mereka masih tinggal bersama enam keluarga lainnya di rumah yang tidak begitu besar.
Ingin memperbaiki kondisi keuangan keluarga, Tian merantau ke kota. Tahun 1982, Tian dan Yang dikaruniai seorang puteri yang disusul dengan anak laki-laki lima tahun kemudian.
Agar selalu dekat dengan keluarganya, Tian memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali ke desa. Tian membangun rumah tiga lantai yang menjadi rumah paling mewah di desanya saat itu.
Kepada China.org, Tian menyebut saat itu sebagai masa-masa paling bahagia dalam hidupnya. Namun sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Saat puteri sulungnya, Yingying, berusia 15 tahun, cuaca panas menyerang desa Chingqing. Karena kelelahan dan kepanasan, Yingying pingsan di halaman rumah.
Saat tim medis datang, nyawa Yingying tak tertolong lagi. Belum hilang rasa sedih akibat ditinggal sang buah hati, sembilan tahun kemudian Tian dan istrinya kembali diterpa cobaan.
Qinyuan, anak keduanya, meninggal dunia karena leukemia saat baru menginjak bangku universitas pada 2006 lalu. Qinyuan tewas di usia yang masih sangat muda, 18 tahun.
Kehilangan dua orang anak membuat Tian benar-benar merasa terpuruk.
“Kepada istri saya, saya berkata untuk tidak memakamkan Qinyuan, kami harus membuatnya tetap berada di dekat kami. Dia setuju,” ungkap Tian seperti dikutip Oddity Central, Kamis (27/9).
Tian dan istrinya segera mengambil peti es, memakaikan pakaian pada jenazah Qinyuan dan memasukkannya ke dalam peti es. Jenazah Qinyuan disimpan di salah satu ruangan di kediaman Tian selama enam tahun setelah kematiannya.
Sesekali Tian dan isterinya membuka peti es dan berbicara pada jenazah Qinyuan, seolah puteranya itu masih hidup.
Tian sadar apa yang dilakukannya bukan hal yang normal, namun dia tidak gentar walau sejumlah tetangga memaksanya untuk menguburkan jenazah Qinyuan dengan layak.
“Saya tahu saya salah. Saya telah mengganggu tetangga-tetangga saya, tapi saya kehilangan kedua anak saya, mereka tidak mengerti apa yang saya rasakan,” pungkasnya.