Anak Muda

Menjelang 9 Juli 2014, kedua kubu capres semakin memanas. Kedua kubu didukung oleh stasiun TV yang cukup kuat yaitu TVOne, ANTeve, RCTI dan grup di pihak Prabowo dan MetroTV di pihak Jokowi. Puncaknya kemarin kader PDIP sangat berang atas program acara di TVOne yang menuduh kalau PDIP sebagai partai komunis.

Di MetroTV juga memberitakan kesaksian wartawan Allan Nairn yang memberikan kesaksian tentang Prabowo yang digambarkannya sebagai pejabat militer yang sangat menakutkan karena pandangan dan ucapannya tentang bagaimana seharusnya membunuh musuh agar tidak kelihatan kepada media, khususnya untuk kasus di Dilli. Allan Nair bahkan bersedia untuk dikonfrontasi dengan Prabowo. Secara prinsip Allan Nair mengatakan kekhawatirannya kalau Prabowo berkuasa maka Indonesia bisa dalam bahaya mengingat keprbadian Prabowo yang berbahaya.

Kita juga ingat bahwa banyak sekali hal-hal yang memojokkan Jokowi seperti Jokowi dianggap boneka, tidak tepat janji, komunis, keturunan Cina, anti Islam, pro Kristen dan pro asing dan masih banyak lagi ditambah dengan banyak media yang digunakan khususnya dengan media cetak seperti Obor Rakyat dan lainnya. Kalau masyarakat kita rasional, seharusnya bisa membedakan mana fakta dan hasutan. Prabowo dan timnya hampir semuanya menggunakan cara-cara hasutan dan agitasi yang semakin menjadi-jadi. Tidak ada ungkapan faktanya sama sekali dan kalau hal ini disampaikan oleh TVOne dan ANteve maka seharusnya semua jurnalis yang ada di sana merasakan malu yang sangat. Menjadi insan pers harus mempunyai martabat dan harga diri, karena pers adalah pilar demokrasi ke empat dan harus memiliki integritas. Akan lebih elegan kalau TV menyoroti bagaimana kehidupan capres Jokowi termasuk rekam jejaknya dan kalau ada yang jelek bisa disampaikan ke publik dalam konteksnya. Misalkan Jokowi dianggap bersalah atas kasus Bus TransJakarta, rasionalitas kesimpulan ini yang harusnya dipertajam agar ada pendidikan kepada publik. Bukan dengan cara hasutan misalkan adanya pembicaraan antara Jaksa dan Megawati untuk menghentikan kasus ini dan lainnya. Seharusnya dibuktikan misalkan siapa yang memenangi tender dan bagaimana prosesnya dilaksanakan. Adakah kecurangan? Kalau misalkan pemenang tender berlaku curang maka yang salah adalah pemenang tender bukan pemerintah DKI yang sudah memilihnya sepanjang pemilihan dilakukan dengan azas yang benar dan adil.



Bagaimana MetroTV, kesaksian Allan Nair adalah fakta dan bukti yang merupakan kesaksian dan tidak sama dengan cara-cara hasutan tim Prabowo menjelekkan Jokowi dan PDIP. Kalau pihak Prabowo tidak puas bisa langsung melakukan konfirmasi kepada Allan Nair dengan mengundangnya dan bukan melakukan tindakan membabi buta memberikan hasutan dan tuduhan tanpa bukti yang jelas. Justru di sini pers harus memainkan peranannya yang penting denganmembuka semua hal yang tidak baik mengenai calon presiden sepanjang didukung fakta karena rakyat perlu mengetahui bagaimana kepribadian dan rekam jejak masing-masing capres. Acara Najwa dan lainnya yang menampilkan debat antar team cukup bagus dan rasanya tidak ada cara-cara hasutan dan kebohongan di dalamnya.

Kalau melihat perkembangan sampai hari ini, dengan begitu banyaknya hasutan oleh pihak Prabowo kepada Jokowi, dapat disimpulkan kalau Prabowo dan tim sudah panik karena mereka seharusnya sadar kalau peluang menangnya semakin menipis. Dengan cara hasutan yang semakin tidak terkontrol maka simpati publik swing voters akan semakin kuat ke Jokowi.

Kalah menang adalah sesuatu yang harus diterima secara kesatria. Tindakan yang tidak bermartabat hanya akan membuat orang yang kalah semakin terlihat buruk di mata publik. Marilah kita dengan hati yang tenang merayakan pesta demokrasi ini dengan baik dan bermartabat.

GH