Jakarta memang bukan tempat yang baik untuk menikmati udara segar, tapi
paling tidak, kita bisa tahu seberapa parah polusi yang kita nikmati
sehari-hari. Tidak seperti di Beijing, dimana alat pendeteksi polusi
sudah tak dapat lagi mengeluarkan kata yang tepat terhadap kondisi yang
ada.
Yup, itu bukan kabut. Foto: Steven Zhang / flickr
Tepatnya tanggal 4, hari Minggu kemarin telah tercipta sebuah rekor
baru di Beijing, dimana index cuaca milik AS, yang diposting secara
rutin melalui Twitter Beijing Air, menunjukan tulisan beyond index.
Artinya alat tersebut tidak dapat lagi mengklasifikasikan seberapa
parah polusi yang terdeteksi, yaitu yang tercatat sebesar 522 mikrogram
partikulat polutan per meter kubik udara.
bingo!
Tingkat polusi yang parah akhir-akhir ini memang sangat mengkhawatirkan
warga Beijing, dimana pada minggu kemarin masker anti polusi tercatat
terjual sebanyak 30,000 unit di toko online Taobao. Penerbangan pesawat
ditunda karena "cuaca" buruk, bahkan penumpang pesawat tak dapat melihat
sayap dari pesawat yang mereka tumpangi. Sayangnya semua kekhawatiran
warga ini tidak ditanggapi dengan baik oleh pihak berwenang.
Memang ada dua ukuran berbeda yang didapat antara pihak kedutaan AS dan
pihak otoritas kesehatan Beijing. Angka yang didapat oleh pihak AS
berasal dari pendeteksi polusi yang dipasang diatas atap kedutaan. Alat
itu mendeteksi partikel halus berukuran 2.5 mikrometer, sebuah ukuran
yang menurut ilmuwan cukup berbahaya karena mampu memasuki paru-paru
dengan mudah. Sedangkan otoritas setempat hanya mengukur partikel kasar
berukuran 10 mikrokmeter, dan angka yang didapat pun berasal dari
rata-rata alat pendeteksi di berbagai tempat, termasuk satu alat yang
dipasang sejauh lebih dari 30 km dari kota. Otoritas kesehatan Beijing
bersikukuh bahwa udara yang ada di kota itu 80% masih aman. Sedangkan
menurut laporan pihak AS, tahun ini hanya terjadi sebanyak 13 hari
dimana udara Beijing dikatakan baik.
Bakalan panen nih... di hidung. foto: DZH forum / Observer
Masyarakat Beijing sendiri saat ini semakin banyak yang beralih dan
percaya dengan ukuran polusi dari kedutaan besar AS melalui Tweet
Beijing Air. Dan jika melihat beberapa gambar yang diberikan, memang
sulit untuk percaya bahwa kepungan "kabut" tebal ini bisa dikatakan
normal. Tentu saja pihak Cina tidak suka dengan adanya deteksi polutan
saingan ini. Pada dua tahun lalu, menurut dokumen bocor yang diposting
di Wikileaks, Cina pernah meminta pihak kedutaan Amerika untuk
menghentikan kegiatan monitoring polusi mereka, karena hal tersebut
dapat menyebabkan kebingungan pada publik dan memiliki konsekwensi
sosial.