Kisah Nyata: Nikahi Kepala Suku Terasing, Traveler Cantik Inggris Ini Menjadi Ratu Amazon
Posted by Unknown
13 Februari 2015
0
comments
Seorang traveler cantik asal London, Sarah
Begum (21 tahun) membuktikan bahwa cinta itu memang tidak memandang
statusa. Saat berwisata ke Amazon untuk membuat film, ternyata ia malah
menikahi sang kepala suku. Kejadian ini sungguh nyata dan bukan fiksi.
Jatuh cinta dan menikahi kepala suku di Amazon mungkin adalah hal paling liar yang dapat terjadi, namun ini benar-benar dialami oleh Sarah.
Perkenalan mereka berlangsung biasa, hingga suatu hari Sarah diundang oleh para tetua ke dalam rapat yang dilangsungkan di pondok sederhana. Sarah yang diundang pun kaget, karena para tetua tampil telanjang di dalamnya.
Para tetua pun meminta Sarah untuk ikutan telanjang, sesuai dengan tradisi Suku Huaorani. Awalnya Sarah sempat ragu, karena ia sedang memfilmkan kejadian tersebut. Namun Sarah akhirnya setuju telanjang untuk lebih memahami budaya mereka.
Ternyata, para tetua suku Huaorani tampak begitu gembira menerima Sarah. Mereka pun menari dan memahkotai Sarah dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung kakatua. Siapa sangka kalau Sarah malah ditunjuk menjadi Ratu mereka.
Sarah pun terkejut akan acara pemahkotaan dirinya menjadi Ratu. Tidak hanya itu, Sarah juga dinikahkan dengan Ginkto yang belum lama dikenalnya. Suku Huaorani mengganggap pernikahan tersebut sebagai bentuk kepercayaan kepada Sarah.
(Daily Mail, Independent, Mirror)
Jatuh cinta dan menikahi kepala suku di Amazon mungkin adalah hal paling liar yang dapat terjadi, namun ini benar-benar dialami oleh Sarah.
Sarah Begum (kanan) terbiasa hidup
hedonis di London, namun kini ia bahagia hidup dekat dengan alam di
tengah-tengah Hutan Amazon
Hal unik dan gila ini bermula ketika Sarah traveling ke hutan hujan
di Ekuador untuk mendokumentasikan kehidupan suku asli yang terasing di
sana. Ia sudah mempersiapkan semuanya kecuali jatuh cinta.
Ini foto awal petualangan Sarah di Amazon sebelum akhirnya ia menikahi kepala suku disana
Pada awalnya, Sarah menuju ke hutan di Ekuador untuk mem-filmkan
kehidupan Suku Huaorani, sekaligus mengetes keahliannya untuk bertahan
hidup di dalam hutan. Tidak hanya ingin mendokumentasikan kehidupan Suku
Huaorani, Sarah juga ingin menunjukkan pada dunia perihal upaya
perusahaan minyak yang ingin mengusir Suku Huaorani dari tanah kelahiran
mereka.
Sarah berfoto bersama keluarga suaminya. Keluarga ini dulu hanya mengenakan pakaian dari tumbuh-tumbuhan dan kulit hewan
Dalam waktu dua minggu, Sarah pun menjalani hidupnya seperti Suku
Huaorani yang masih primitif. Tidak disangka, Sarah sempat berkenalan
dengan lelaki pejuang dari Suku Huaorani yang bernama Ginkto.Perkenalan mereka berlangsung biasa, hingga suatu hari Sarah diundang oleh para tetua ke dalam rapat yang dilangsungkan di pondok sederhana. Sarah yang diundang pun kaget, karena para tetua tampil telanjang di dalamnya.
Para tetua pun meminta Sarah untuk ikutan telanjang, sesuai dengan tradisi Suku Huaorani. Awalnya Sarah sempat ragu, karena ia sedang memfilmkan kejadian tersebut. Namun Sarah akhirnya setuju telanjang untuk lebih memahami budaya mereka.
Sarah mesra bersama suaminya, Ginkto yang tak lain kepala suku Huaorani di pedalaman Amazon
Ternyata, para tetua suku Huaorani tampak begitu gembira menerima Sarah. Mereka pun menari dan memahkotai Sarah dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung kakatua. Siapa sangka kalau Sarah malah ditunjuk menjadi Ratu mereka.
Sarah pun terkejut akan acara pemahkotaan dirinya menjadi Ratu. Tidak hanya itu, Sarah juga dinikahkan dengan Ginkto yang belum lama dikenalnya. Suku Huaorani mengganggap pernikahan tersebut sebagai bentuk kepercayaan kepada Sarah.
Sarah Begum kini telah meninggalkan
kehidupan hedonisnya dan menetap di Amazon sambil masih bekerja jarak
jauh untuk kantornya di London
Sarah juga mengatakan kalau Ginkto merupakan pejuang yang
menyenangkan dan seorang pemburu hebat. Tidak heran kalau Ginkto cukup
populer di kalangan wanita Suku Huaorani. Ginkto juga penasaran dan
bertanya segala hal mengenai kehidupan Sarah di London.(Daily Mail, Independent, Mirror)