Perubahan Iklim Bikin Marmut Banyak Makan Dan Kawin
22 Juli 2010
0
comments
Perubahan Iklim Bikin Marmut Banyak Makan Dan Kawin
Jakarta, (ANTARA) - Pemanasan global telah membuat beruang kutub merasa kewalahan, tapi bagi marmut Colorado itu berarti harus makin banyak makan dan kawin, demikian hasil satu studi tak biasa yang disiarkan Rabu.
Musim panas yang lebih lama --dan makin sedikit waktu yang dihabiskan untuk membakar lemak yang tertimbun selama tidur pada musim dingin-- telah memberi hewan pengerat bertubuh besar yang suka menggali tersebut berevolusi, kata penelitian itu, yang disiarkan di jurnal Nature.
Bukan hanya perubahan iklim membuat tubuh hewan tersebut jadi lebih berat dan lebih sehat, tapi juga telah membuat ledakan bayi marmut.
Marmut yang memiliki perut berwarna kuning hanya terbangun selama empat sampai lima bulan per tahun. Saat itu hewan tersebut tak peduli dengan urusan lain, kata pemimpin studi itu, Arpart Ozgul, ilmuwan di Imperial College London.
"Mereka harus makan dan menambah berat, hamil, melahirkan bayi dan siap untuk tidur panjang lagi," kata Ozgul di dalam satu pernyataan.
"Karena musim panas telah jadi lebih lama, marmut telah memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan semua kegiatan tersebut dan tumbuh sebelum musim dingin, jadi mereka lebih mungkin untuk berhasil dan bertahan hidup," katanya.
Studi itu adalah yang pertama yang memperlihatkan, bagi spesies apa pun, bahwa perubahan waktu musiman dapat mengakibatkan perubahan pada berat tubuh dan jumlah populasi secara bersamaan, katanya.
Dengan menganalisis data yang dikumpulkan selama 33 tahun mulai 1976, Ozgul dan rekannya mengamati berat rata-rata marmut dewasa naik dari 3.094 gram pada semester pertama masa itu jadi 3.433 gram pada paruh waktu kedua --peningkatan sekitar 10 persen.
Untuk mengumpulkan data, para ilmuwan itu menangkap hidup-hidup marmut liar di berbagai koloni yang berbeda di Rocky Mountains dan menandai mereka dengan tanda di telinga, mencatat jenis kelamin, bobot tubuh dan, buat betina, kondisi reproduksi.
Populasi marmut membengkak selama satu dasawarsa belakangan, naik dari satu anggota baru setiap dua tahun selama priode 1976 sampai 2000, jadi lebih dari 14 marmut tambahan setiap tahun dari 2001 sampai 2008.
Meskipun hewan itu tampaknya telah memperoleh keuntungan dari kenaikan temperatur dalam jangka pendek, masa yang bagus mungkin takkan berlangsung lama, para peneliti tersebut memperingatkan.
"Apakah populasi marmut dapat berjuang dalam iklim yang berubah? Kami menduga kenaikan populasi ini adalah reaksi jangka pendek," kata Ozgul sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP.
Brian Hopkins, Direktur Grantham Institute for Climate Change, membandingkan marmut Rocky Mountain dengan "burung kenari di tambang batu bara".
"Mereka memberi kita peringatan dini mengenai dampak perubahan iklim pada lingkungan alam kita," katanya.
Musim panas yang lebih lama --dan makin sedikit waktu yang dihabiskan untuk membakar lemak yang tertimbun selama tidur pada musim dingin-- telah memberi hewan pengerat bertubuh besar yang suka menggali tersebut berevolusi, kata penelitian itu, yang disiarkan di jurnal Nature.
Bukan hanya perubahan iklim membuat tubuh hewan tersebut jadi lebih berat dan lebih sehat, tapi juga telah membuat ledakan bayi marmut.
Marmut yang memiliki perut berwarna kuning hanya terbangun selama empat sampai lima bulan per tahun. Saat itu hewan tersebut tak peduli dengan urusan lain, kata pemimpin studi itu, Arpart Ozgul, ilmuwan di Imperial College London.
"Mereka harus makan dan menambah berat, hamil, melahirkan bayi dan siap untuk tidur panjang lagi," kata Ozgul di dalam satu pernyataan.
"Karena musim panas telah jadi lebih lama, marmut telah memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan semua kegiatan tersebut dan tumbuh sebelum musim dingin, jadi mereka lebih mungkin untuk berhasil dan bertahan hidup," katanya.
Studi itu adalah yang pertama yang memperlihatkan, bagi spesies apa pun, bahwa perubahan waktu musiman dapat mengakibatkan perubahan pada berat tubuh dan jumlah populasi secara bersamaan, katanya.
Dengan menganalisis data yang dikumpulkan selama 33 tahun mulai 1976, Ozgul dan rekannya mengamati berat rata-rata marmut dewasa naik dari 3.094 gram pada semester pertama masa itu jadi 3.433 gram pada paruh waktu kedua --peningkatan sekitar 10 persen.
Untuk mengumpulkan data, para ilmuwan itu menangkap hidup-hidup marmut liar di berbagai koloni yang berbeda di Rocky Mountains dan menandai mereka dengan tanda di telinga, mencatat jenis kelamin, bobot tubuh dan, buat betina, kondisi reproduksi.
Populasi marmut membengkak selama satu dasawarsa belakangan, naik dari satu anggota baru setiap dua tahun selama priode 1976 sampai 2000, jadi lebih dari 14 marmut tambahan setiap tahun dari 2001 sampai 2008.
Meskipun hewan itu tampaknya telah memperoleh keuntungan dari kenaikan temperatur dalam jangka pendek, masa yang bagus mungkin takkan berlangsung lama, para peneliti tersebut memperingatkan.
"Apakah populasi marmut dapat berjuang dalam iklim yang berubah? Kami menduga kenaikan populasi ini adalah reaksi jangka pendek," kata Ozgul sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP.
Brian Hopkins, Direktur Grantham Institute for Climate Change, membandingkan marmut Rocky Mountain dengan "burung kenari di tambang batu bara".
"Mereka memberi kita peringatan dini mengenai dampak perubahan iklim pada lingkungan alam kita," katanya.