Ditemukan Manusia Tertua di Luar Afrika
1 November 2010
0
comments
ilustrasi
AnakMuda 3007 - Sebuah fossil tulang rahang manusia ditemukan oleh para palaentolog di Gua Zihren, Cina. Fossil itu sebenarnya sudah ditemukan pada tahun 2007 yang lalu, namun publikasinya baru dilakukan tahun ini. Fossil itu memiliki sifat-sifat manusia modern, seperti dagu yang menonjol.
Meski struktur rahangnya menunjukkan ciri manusia modern, namun usia fosil itu ternyata sudah 60.000 tahun lebih tua dari Homo sapiens tertua di Cina. "Fossil yang ditemukan itu merupakan fossil manusia tertua yang ditemukan di luar benua Afrika," kata Erik Trinkaus, antropolog dari Washington University.
Dari sekian hasil riset, para peneliti menduga bahwa pada jamannya, manusia yang kini ditemukan dalam bentuk fossil ini pernah berinteraksi dan bahkan kawin dengan spesies manusia lainnya, seperti Homo neanderthalensis. Erik mengungkapkan, sebelumnya pernah ada penelitian bahwa 1% hingga 4% dari gen manusia adalah gen milik Homo neanderthalensis.
Analisis yang lebih ilmiah, penemuan fossil manusia modern di Cina ini mengusik teori tentang rentang waktu migrasi manusia ke luar Afrika yang selama ini diyakini. Sebagaimana diketahui, teori populer mengatakan bahwa manusia mulai berkembang di benua Afrika. Sementara, manusia mulai bermigrasi keluar Afrika untuk memperluas teritorinya sejak 60.000 tahun yang lalu.
"Hingga sekarang, bukti-bukti genetis mendukung teori tentang rentang waktu manusia 'Out of Afrika', Namun, penemuan ini memberi tantangan baru tentang teori tersebut," ungkap Christopher Bae, antropolog dari Universitas Hawaii yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Ilmuwan lain, John Hawks dari Universitas Winconsin juga mengungkapkan bahwa fosil rahang yang ditemukan di Cina merupakan ciri-ciri manusia modern."Jika itu terbukti benar, maka kita harus berpikir lagi tentang pandangan kita. Secara teori, pandangan para peneliti benar, hanya perlu buktinya saja," ungkapnya.
Selain itu, peneliti mengungkapkan, hasil riset ini juga mengungkapkan bahwa jenis manusia yang ditemukan fosilnya ini telah sampai ke Cina sebelum mereka berperilaku layaknya manusia. Hal itu diindikasikan dari tak adanya jejak arkeologis, seperti gambaran tentang hewan atau manusia, yang ditemukan di Cina sebelum 30.000 tahun yang lalu.
National Geographic NewsJangan Lupa Berikan Komentarnya ya Teman-teman anak muda Meski struktur rahangnya menunjukkan ciri manusia modern, namun usia fosil itu ternyata sudah 60.000 tahun lebih tua dari Homo sapiens tertua di Cina. "Fossil yang ditemukan itu merupakan fossil manusia tertua yang ditemukan di luar benua Afrika," kata Erik Trinkaus, antropolog dari Washington University.
Dari sekian hasil riset, para peneliti menduga bahwa pada jamannya, manusia yang kini ditemukan dalam bentuk fossil ini pernah berinteraksi dan bahkan kawin dengan spesies manusia lainnya, seperti Homo neanderthalensis. Erik mengungkapkan, sebelumnya pernah ada penelitian bahwa 1% hingga 4% dari gen manusia adalah gen milik Homo neanderthalensis.
Analisis yang lebih ilmiah, penemuan fossil manusia modern di Cina ini mengusik teori tentang rentang waktu migrasi manusia ke luar Afrika yang selama ini diyakini. Sebagaimana diketahui, teori populer mengatakan bahwa manusia mulai berkembang di benua Afrika. Sementara, manusia mulai bermigrasi keluar Afrika untuk memperluas teritorinya sejak 60.000 tahun yang lalu.
"Hingga sekarang, bukti-bukti genetis mendukung teori tentang rentang waktu manusia 'Out of Afrika', Namun, penemuan ini memberi tantangan baru tentang teori tersebut," ungkap Christopher Bae, antropolog dari Universitas Hawaii yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Dari sekian hasil riset, para peneliti menduga bahwa pada jamannya, manusia yang kini ditemukan dalam bentuk fossil ini pernah berinteraksi dan bahkan kawin dengan spesies manusia lainnya, seperti Homo neanderthalensis.
Selain itu, peneliti mengungkapkan, hasil riset ini juga mengungkapkan bahwa jenis manusia yang ditemukan fosilnya ini telah sampai ke Cina sebelum mereka berperilaku layaknya manusia. Hal itu diindikasikan dari tak adanya jejak arkeologis, seperti gambaran tentang hewan atau manusia, yang ditemukan di Cina sebelum 30.000 tahun yang lalu.