Dokter Jerman Sembuhkan Pasien HIV Secara Tak Terduga
17 Desember 2010
0
comments
Berlin, Awalnya dokter melakukan cangkok (transplantasi) stem cell (tunas sel induk) ke pasien untuk mengobati kanker darah (leukemia). Tapi secara tak terduga cangkok ke pasien yang juga mengidap HIV itu malah menyembuhkan penyakit HIV-nya.
Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) hilang setelah dilakukan pencangkokan stem cell untuk mengobati leukimia yang juga diderita si pasien.
Pasien asal Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya itu mendapat transplantasi atau cangkok stem cell pada tahun 2007. Pencangkokan dilakukan bukan untuk mengobati HIV melainkan leukemia myeloid akut yang kebetulan juga ia derita.
Stem cell yang dicangkokkan berasal dari donor yang mengalami mutasi gen sehingga dapat melawan HIV. Terbukti dalam 3 tahun setelah pencangkokan, HIV sudah tidak lagi ditemukan dalam cairan tubuh pasien berusia 40 tahun itu.
Lenyapnya virus mematikan ini dari tubuh si pasien sebenarnya sudah diketahui sejak tahun 2009. Namun baru dipublikasikan tahun ini dalam jurnal Blood, setelah hasil pengamatan lanjutan menunjukkan tidak ada kekambuhan meski terapi Antiretroviral (ARV) sudah dihentikan sama sekali.
Namun para peneliti yang berasal dari University Medicine Berlin mengingatkan bahwa mutasi gen seperti ini sangat langka karena hanya dialami oleh 1 di antara 1 juta donor stem cell. Karena itu belum ada jaminan untuk mengembangkannya sebagai terapi standar bagi pengobatan HIV.
Apalagi prosedur pencangkokkan ini tidak sesederhana yang dibayangkan karena didahului dengan kemoterapi dan radiasi yang sangat intensif. Selain itu, kegagalan dalam prosedur ini bisa meningkatkan risiko kematian pada pasien hingga 30 persen.
"Saya menyebutnya perawatan fungsional, sebuah pencapaian yang sangat perlu diperhitungkan. Namun apakah bisa diterapkan pada semua pasien HIV? Jawabnya tidak," ungkap pakar dari University of Miami, Dr Margaret Fischl seperti dikutip dari Healthday (16/12/2010).
Penyakit HIV hingga saat ini adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Obat-obatan yang diberikan seperti ARV hanya untuk memperlambat kematian. Detikhealth
Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) hilang setelah dilakukan pencangkokan stem cell untuk mengobati leukimia yang juga diderita si pasien.
Pasien asal Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya itu mendapat transplantasi atau cangkok stem cell pada tahun 2007. Pencangkokan dilakukan bukan untuk mengobati HIV melainkan leukemia myeloid akut yang kebetulan juga ia derita.
Stem cell yang dicangkokkan berasal dari donor yang mengalami mutasi gen sehingga dapat melawan HIV. Terbukti dalam 3 tahun setelah pencangkokan, HIV sudah tidak lagi ditemukan dalam cairan tubuh pasien berusia 40 tahun itu.
Lenyapnya virus mematikan ini dari tubuh si pasien sebenarnya sudah diketahui sejak tahun 2009. Namun baru dipublikasikan tahun ini dalam jurnal Blood, setelah hasil pengamatan lanjutan menunjukkan tidak ada kekambuhan meski terapi Antiretroviral (ARV) sudah dihentikan sama sekali.
Namun para peneliti yang berasal dari University Medicine Berlin mengingatkan bahwa mutasi gen seperti ini sangat langka karena hanya dialami oleh 1 di antara 1 juta donor stem cell. Karena itu belum ada jaminan untuk mengembangkannya sebagai terapi standar bagi pengobatan HIV.
Apalagi prosedur pencangkokkan ini tidak sesederhana yang dibayangkan karena didahului dengan kemoterapi dan radiasi yang sangat intensif. Selain itu, kegagalan dalam prosedur ini bisa meningkatkan risiko kematian pada pasien hingga 30 persen.
"Saya menyebutnya perawatan fungsional, sebuah pencapaian yang sangat perlu diperhitungkan. Namun apakah bisa diterapkan pada semua pasien HIV? Jawabnya tidak," ungkap pakar dari University of Miami, Dr Margaret Fischl seperti dikutip dari Healthday (16/12/2010).
Penyakit HIV hingga saat ini adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Obat-obatan yang diberikan seperti ARV hanya untuk memperlambat kematian. Detikhealth