Anak Muda

JAKARTA - Mencari keuntungan dalam menjalankan usaha tentu wajar-wajar saja. Tapi ketika mencari keuntungan dengan cara yang tidak baik, seperti menebar paku di jalanan, maka akan merugikan banyak pihak.

Simanjuntak (62), pria kelahiran Medan ini merasa dirugikan atas ulah yang dilakukan Hardi (21) pelaku tebar ranjau paku yang juga tukang tambal ban. Penghasilan Simanjuntak memang tidak berpengaruh, namun dengan adanya kasus ini masyarakat akan berpikir secara umum jika semua ranjau paku ditebar oleh tukang tambal ban.

"Nama tukang tambal ban jadi jelek semua, padahal belum tentu itu tukang tambal ban semua yang ngelakuin," sesal pria yang membuka lapak tambal ban di Jalan Casablanca, Jakarta Selatan ini kepada okezone, Jumat (21/10/2011).

Menurut pria yang tinggal di Pal Batu III, Tebet Dalam ini tukang tambal ban yang suka nyebar paku, biasanya kerja untuk orang lain. Tukang tambal ban yang bekerja untuk orang lain biasanya dikejar untuk maksimal dalam memberikan setoran. "Tapi kalau yang punya sendiri tidak mau cara seperti itu karena malah merugikan," cetusnya.

Lebih dari itu, tukang tambal identik dengan profesi orang asal Medan. "Apalagi orang taunya tukang tambal ban orang Batak, akhirnya kita dicap jelek," ujarnya.

Dia meyakini, teman-teman seprofesinya yang menggelar lapak tambal ban di Jalan Casablanca tidak ada yang mencari keuntungan dengan cara yang tidak terpuji. Pengalamannya, ranjau paku juga ada yang disebar pencopet atau perampok.

"Dulu pernah di sini ada perampok, caranya dia juga nyebar paku. Pas yang punya mobil kena, laptopnya sudah hilang," tukasnya.

Pelaku kejahatan tidak hanya menyebar benda tajam jenis paku, tapi juga memanfaatkan besi payung yang sudah dipotong lancip berukuran sekira 5 centimeter.  "Kalau dulu rawan juga di sini pernah juga digebukin tukang yang nyebar pakunya," pungkasnya./sumber