Awas, Sifilis Merebak di China Selatan
7 Desember 2011
0
comments
Jakarta - Penduduk provinsi paling padat di China Selatan
semakin ketar-ketir mengamati maraknya pengidap penyakit kelamin
sifilis. Sepanjang tahun ini saja, menurut Harian Southern Metropolis
kemarin, sudah 43.000 kasus sifilis terdeteksi.Kemakmuran
telah membawa orang China yang tadinya taat kepada ajaran komunisme,
menjadi lebih terbuka dan menyanjung hedonisme. Penjaja dan konsumen seks semakin marak, demikian pula penyebaran penyakit kelamin.
Provinsi Guangdong (Kuang Tung) mencatat peningkatan penularan penyakit seksual dalam delapan tahun terakhir. Sebanyak 43.116 orang yang didiagnoasa terpapar sifilis selama Januari hingga Oktober tahun ini. Angka ini sudah mendekati jumlah orang Guangdong yang terpapar sifilis tahun lalu, yakni 45.000 orang.
Penyakit kelamin menular ini terus meningkat di Guangdong sejak 2003, dengan tingkat pertumbuhan 15-20% setiap tahun. “Pekerja seks dan lelaki homoseks adalah yang paling banyak terkena sifilis,” ujar Yang Bin, Direktur Pencegahan Penyakit Menular di Guang Dong.
Sekitar 25-30% kelompok pekerja seks murahan di Guang Dong, terpapar sifilis, tambah Yang Bin. “Sifilis memang bisa diobati bila terdeteksi sejak dini. Tapi bisa ngumpet di badan tanpa gejala dan apa lagi bila terlambat diobati,” kata dokter ini.
Jawatan yang dipimpin Yang Bin menyediakan layanan gratis pengobatan sifilis bagi warga yang tak mampu. Kalau punya duit, orang wajib membayar kurang dari 100 yuan (Rp850 ribu) itu pun jika sifilis terdeteksi awal. Kalau sifilis memasuki tahap lanjut, makin mahal lagi obatnya.
Provinsi Guangdong (Kuang Tung) mencatat peningkatan penularan penyakit seksual dalam delapan tahun terakhir. Sebanyak 43.116 orang yang didiagnoasa terpapar sifilis selama Januari hingga Oktober tahun ini. Angka ini sudah mendekati jumlah orang Guangdong yang terpapar sifilis tahun lalu, yakni 45.000 orang.
Penyakit kelamin menular ini terus meningkat di Guangdong sejak 2003, dengan tingkat pertumbuhan 15-20% setiap tahun. “Pekerja seks dan lelaki homoseks adalah yang paling banyak terkena sifilis,” ujar Yang Bin, Direktur Pencegahan Penyakit Menular di Guang Dong.
Sekitar 25-30% kelompok pekerja seks murahan di Guang Dong, terpapar sifilis, tambah Yang Bin. “Sifilis memang bisa diobati bila terdeteksi sejak dini. Tapi bisa ngumpet di badan tanpa gejala dan apa lagi bila terlambat diobati,” kata dokter ini.
Jawatan yang dipimpin Yang Bin menyediakan layanan gratis pengobatan sifilis bagi warga yang tak mampu. Kalau punya duit, orang wajib membayar kurang dari 100 yuan (Rp850 ribu) itu pun jika sifilis terdeteksi awal. Kalau sifilis memasuki tahap lanjut, makin mahal lagi obatnya.