Sogi dan Peran Suami Saat Istri Hamil, Melahirkan Sampai Menyusui
7 Oktober 2012
0
comments
Sogi termasuk suami yang tidak menunggu waktu lama untuk menjadi ayah. Kabar gembira kehamilan cepat datang kepada Sogi dan istri, Istiqomah Matjik, setelah keduanya menikah pada pertengahan 2008. “Senang banget, karena sesuai target. Setelah menikah, penginnya istri langsung hamil,” cerita Sogi, yang setelah mengetahui hasil test pack, segera meyakinkannya dengan datang ke dokter kandungan.
Segala tantangan sebagai calon ayah dan ibu dijalani sambil sama-sama belajar. “Tahu kebutuhan istri tidak sulit. Tinggal googling, hahaha. Tapi, yang paling penting, jadi pendengar istri yang baik, walau kadang tak paham, hahaha,” selorohnya.
Bagi Sogi, mengurusi istri yang hamil sama sekali tidak merepotkan. Manja sekalipun, pengertian tingkat tinggi akan diberikan. “Wajar kalau harus lebih diperhatikan, karena kondisinya juga istimewa, sedang mengandung,” ujar Sogi, yang menganggap istrinya tergolong mandiri, yang bisa mencari tahu sendiri apa kebutuhannya, sementara dirinya tidak tahu apa-apa tentang kehamilan.
Walau demikian, pemeran profesor di program kuis Ranking 1 tidak lantas berleha-leha. Di antara kesibukannya sebagai entertainer, Sogi berusaha ikut ke dokter kandungan, ikut menemani hipnoterapi, ikut menyiapkan kebutuhan bayi dan persalinan. “Sebagai sopir,” catatnya, lagi-lagi merendah.
Menjalani 9 bulan masa kehamilan, tidak ada masalah yang cukup berarti dialami Iis, sapaan istrinya. Sampai tiba waktunya menjelang persalinan, Sogi menunjukkan kepedulian yang sifatnya lebih idealis, yaitu ikut mencarikan rumah sakit dan dokter yang pro ASI. Sogi benar-benar memastikan anaknya nanti bisa melakukan proses IMD dan rooming in (satu kamar dengan ibunya).
Ini hal yang penting untuk diperhatikan para calon ayah, agar ibu dan bayi sama-sama mendapatkan yang terbaik. “Mencari nama anak tentunya dan siaga 24 jam. Terutama sejak istri mulai mulas sampai melahirkan, saya menemani terus. Karena kalau ada apa-apa, saya harus jadi orang yang pertama tahu,” tegas Sogi.
Nah, momen menjadi ayah yang sesungguhnya baru benar-benar Sogi rasakan, saat ketiganya tiba kembali di rumah. Sempat pemilik tahi lalat di hidung mengalami kepanikan saat buah hati menangis terus.
“Saya langsung khawatir dia kenapa-kenapa. Mau gendong saja takut salah. Tapi, lama-kelamaan terbiasa dan mengerti beberapa arti tangisnya. Dibantu cerita teman, baca buku, dan hasil googling, saya akhirnya mengerti hal seperti itu kehebohan yang normal terjadi di rumah yang kedatangan bayi,” ingat Sogi, yang bersedia bangun tengah malam mengurusi anak, membiarkan istrinya tidur agar segar bugar keesokan harinya. “Karena kalau istri kecapekan, terus uring-uringan, anak juga yang kena akibatnya.”
Sogi yang tergabung dalam Ayah ASI juga punya pengalaman seru tentang satu hal ini. “Saya sangat mendukung keinginan istri yang ingin memberikan ASI eksklusif kepada anak-anak. Di saat ASI tersendat, saya harus menenangkan istri supaya tidak stres, karena itu memengaruhi produksi ASI-nya. Sempat deg-degan juga saat mengambil ASI beku dari donor dan harus membawa ke rumah sebelum mencair,” cerita Sogi, yang sudah mulai merasakan hasilnya sekarang, dengan istri dan anak-anak yang selalu happy. “Ah, tapi perjalanan masih panjaaang. Semoga lancar,” tutupnya. Amin.