sejarah kornet daging sapi
27 Maret 2011
0
comments
AnakMuda 3007 -Corned Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging sapi yang banyak digunakan dalam resep masakan Indonesia. Kornet daging sapi diolah dengan cara diawetkan dalam air garam (brine), yaitu air yang dicampur dengan larutan garam jenuh. Kemudian dimasak dengan cara simmering, yaitu direbus dengan api kecil untuk menghindari hancurnya tekstur daging sapi.
Tujuan pembuatan kornet daging sapi adalah untuk tetap dapat memperoleh produk daging sapi yang berwarna merah, awet dan praktis. Dengan diproses menjadi kornet, masalah penyimpanan daging sapi segar dapat diatasi. Agar awet, daging sapi segar memang harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku, akibatnya menjadi tidak praktis apabila akan digunakan. Sedangkan daging sapi segar yang telah diproses menjadi Kornet kemudian dikalengkan, dapat disimpan pada suhu kamar sekitar dua tahun.
Nama “kornet” berasal dari bahasa Inggris “corned”, dari kata “corn” yang artinya butiran, yaitu bentuk dari partikel garam kasar yang digunakan untuk mengolah kornet. Cara pengolahan Daging sapi menjadi kornet, diperkirakan muncul pertama kali pada abad 12 di Irlandia. Data ini didasarkan pada baris puisi Aislinge Meic Con Glinne atau The Vision of MacConglinne, yang menyebut daging olahan lezat semacam kornet.
Di Irlandia, pada abad 12, kegiatan Potong Sapi dilakukan ketika ternak tidak lagi menghasilkan Susu Sapi, atau jika sapi pedaging tidak mampu lagi bekerja. Jadi kornet yang berasal dari daging sapi adalah hidangan langka dan sangat berharga.
Pada tahun 1740 terjadi bencana berupa perubahan iklim yang ekstrim yang melanda Irlandia, yang saat itu telah menjadi jajahan Inggris. Hampir seluruh lahan pertanian mengalami kekeringan dan penduduk Irlandia terancam kelaparan, termasuk ternak sapi milik mereka. Ternak sapi pedaging (sapi potong ) dan sapi perah yang dimiliki oleh warga Irlandia kemudian diselamatkan ke Inggris. Namun karena kebutuhan akan daging sapi di Inggris terus meningkat, pemerintah Inggris bukannya membantu menyelamatkan warga Irlandia dari kelaparan, mereka justru memaksa warga Irlandia merubah lahan pertanian menjadi peternakan sapi pedaging (sapi potong), yang hasilnya diolah menjadi kornet untuk di eskpor ke Inggris.
Penduduk Irlandia yang bukan peternak sapi hanya diberikan lahan terbatas untuk menanam kentang bagi keperluan mereka. Kondisi ini secara tidak langsung merubah pola makan penduduk Irlandia, dengan tidak lagi memasukkan daging sapi ke dalam menu mereka. Kondisi ini terus memburuk, akibatnya pada abad 18 terjadi gelombang pengungsian penduduk Irlandia ke Amerika Serikat. Di wilayah baru ini, warga Irlandia kembali dapat mengkonsumsi daging sapi yang kemudian diolah menjadi kornet. Warga Irlandia memang lebih familiar dengan kornet, dibandingkan dengan olahan daging sapi di Amerika yaitu “bacon”. Bacon adalah sayatan daging tipis dan panjang,yg berasal dari bagian punggung babi, yang harganya mahal dan memang jarang terdapat di Irlandia.
Saat ini, walaupun berasal di Irlandia, kornet tidak lagi dianggap sebagai hidangan nasional Irlandia. Dan kini, konsumsi kornet erat hubungannya budaya Irlandia-Amerika seperti perayaan Saint Patrick’s Day, tanggal 17 Maret, yaitu salah satu hari libur keagamaan (katolik) di Irlandia.
Di Amerika Serikat dan Kanada, kornet biasanya dipasarkan di delicatessens (toko makanan) dalam 2 bentuk yaitu : potongan daging sapi (biasanya jenis sandung lamur, kadang-kadang jenis “round” atau “silverside”) yang diawetkan, atau daging sapi yang direndam dalam air garam dan ditempatkan dalam kaleng (setengah matang). Kornet ini berbeda dengan kornet yang diimpor dari Amerika Selatan, dimana daging sapinya dicincang terlebih dahulu.
sumber