5 Pendahulu “Preanger Planters” di Bandung
31 Mei 2011
0
comments
Preanger Palnters adalah julukan Belanda bagi pengusaha perkebunan Priangan, tempoe doeloe. Sosok-sosok mereka mewarnai “Parijs van Java” ketika itu, sebagai kota yang memiliki kultur perkebunan berandil besar terhadap pasokan komoditi unggul Kina, Kopi dan Teh di dunia. Untuk mengenang kebesaran dunia perkebunan pada masa itu, setidaknya tercatat lima orang Eropa di Tatar Priangan yang terbilang generasi pendahulu. Mereka merupakan orang-orang perkebunan yang sejarah hidupnya punya kaitan erat dan kontribusi yang begitu besar dengan sejarah Kota Bandung. Berikut 5 generasi pendahulu “Preanger Planters” di Bandung.
1. Pieter Engelhard
Pieter Engelhard adalah orang Eropa pertama yang terbilang membuka lahan perkebunan di daerah sekitaran Bandung. Perkebunannya dulu, terletak di daerah selatan Gunung Tangkubanperahu, beberapa pal dari Kota Bandung yang sekarang kurang lebih kawasan tanjakan Jl. Setiabudhi Bandung. Penanaman kopi yang dilakukan Enggelhard, dimulai pada tahun 1789 dengan mengerahkan ratusan penduduk pribumi. Hasil dari perkebunan Engelhard, berhasil menghasilkan bibit kopi berkualitas baik yang kelak dikenal dengn “Javakoffie”. Javakoffie cepat mendapat pasaran di Eropa hingga menuai keuntungan memusakan pada tahun 1807. Sejak saat itulah, penduduk pribumi Priangan banyak beralih kerja, dari sawah ke usaha perkebunan kopi.
2. Dr. Andries de Wilde
Andries sebenarnya adalah seorang ahli bedah yang berdinas pada pasukan artillerie, dan juga pembantu utama dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Herman Willem Dendels. Kemudian pada masa pemerintahan Inggris di Hindia Belanda, ia ditempatkan sebagai Assistant to the Resid
ent at Bandong pada 10 Agustus 1812. Andries memiliki tanah perkebunan yang luasnya meliputi setengah dari luas Kabupaten Bandung yang ditanaminya dengan kopi dan berternak sapi. Gudang kopinya dahulu terletak di sebuah lahan di pusat Kota Bandung yang kini ditempati oleh Kantor Walikota Bandung .
3. Franz Wilhelm Junghuhn
Franz Wilhelm Junghuhn lahir di Mansfeld pada 26 Oktober 1809 – meninggal di Lembang, 24 April 1864 pada umur 54 tahun. Ia adalah seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog dan pengarang berkebangsaan Jerman (lalu Belanda). Dialah sosok pertama yang menanam bibit varietas unggul Kina ke Pulau Jawa, tepatnya Bandung. Ia pula yang berhasil mengangkat nama Bandung hingga terkenal di sebagai gudang penghasil bubuk Kina yang utama di dunia. Patut dicatat, bahwa pada masa sebelum Perang Dunia II, lebih dari 90% kebutuhan bubuk kina di dunia, dipenuhi oleh perkebunan dan pabrik kina di wilayah sekitaran Bandung. Pabrik peninggalannya kini masih berdiri kokoh dan beroperasi di Jl. Padjajaran, Bandung.
4. Karel Albert Rudolf Bosscha
Selain sebagai tuan tanah perkebunan, Bosscha merupakan orang yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi pada masa itu dan juga merupakan seorang pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi. Pada bulan Agustus 1896 Bosscha mendirikan Perkebunan Teh Malabar. Dan pada tahun-tahun berikutnya, ia menjadi juragan seluruh perkebunan teh di Kecamatan Pangalengan. Selama 32 tahun masa jabatannya di perkebunan teh ini, ia telah mendirikan dua pabrik teh, yaitu Pabrik Teh Malabar yang saat ini dikenal dengan nama Gedung Olahraga Gelora Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara yang saat ini dikenal dengan nama Pabrik Teh Malabar.
Pada tahun 1901 Bosscha mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar, yang kini menjadi Sekolah Dasar Negeri Malabar II. Pada tahun 1923, Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana pembangunan Technische Hoogeschool (ITB) dan Observatorium Bosscha yang telah lama diharapkan oleh Nederlands-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV). Atas jasa-jasanya pada Kota Bandung, Ia dianugerahi penghargaan sebagai Warga Utama kota Bandung dalam upacara kebesaran yang dilakukan Gemente di Kota Bandung.
5. Rudlof Albertus Kerkhoven
Perkebunan teh milik R. A. Kerkhoven terbentang luas didaerah Arjasari dan Gambung, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Selain sukses sebagai pionir penanaman teh di Bandung, Kerkhoven terkenal pula dengan pandangannya yang ethis bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat di tatar Pasundan. Bersama sepupunya Bosscha, Kerkhoven mengambil inisiatif untuk mendirikan Strrenwacht (Peneropongan Bintang) modern pertama di Indonesia. (**)
Sumber: Wajah Bandung Tempo Doeloe, Haryoto Kunto