Inilah Cara Sidik Jari Tercipta
29 Mei 2011
0
comments
Jakarta – Perilaku kriminal sering dipersalahkan pada kejadian atau trauma masa kecil. Namun, kemampuan menjadi pencuri berakar pada perkembangan yang terjadi saat berada dalam rahim.
Penyelidikan menunjukkan, pada saat kehamilan memasuki pekan ke-17, sidik jari pada janin mulai tampak. Keunikan sidik jari sudah dikenali selama dua millennia dan dipelajari selama dua abad.
Namun, ilmuwan belum bisa menjelaskan bagaimana sidik jari terbentuk. Model teori komputer baru menunjukkan cara pola ini terbentuk. Sidik jari mulai terbentuk diawali pada saat kehamilan menginjak pekan ke-10 saat panjang janin masih sekitar 80 mm.
Sidik jari melibatkan tiga fitur berbeda, lengkungan, putaran dan beralur. Michael Kucken dan Alan Newell dari University of Arizona menemukan, penciptaan pola sidik jari melibatkan ketegangan dalam selembar kulit yang terjepit yang disebut lapisan basal.
Pada janin, lapisan basal tumbuh lebih cepat dari lapisan sekitarnya, epidermis di bagian luar dan dermis bagian dalam. Lapisan basal melengkung dan melipat di beberapa arah dan memaksa munculnya bentuk kompleks.
Tekanan tercipta pada batas kulit, termasuk kuku dan lipatan buku serta menyusutnya bantalan ujung jari, ungkap laporan Kucken dan Newell yang dimuat dalam edisi jurnal Europhysics Letters.
“Lipatan ini menyandikan pola sidik jari masa depan yang akan terlihat pada permukaan kulit di pekan berikutnya,” papar Kucken. Karena pola sidik jari dikodekan di bawah permukaan kulit, pola ini tak bisa dihancurkan oleh cedera kulit dangkal, lanjutnya.
Namun, ia mengakui, bagaimana tepatnya pola tersebut diawetkan selama pertumbuhan janin masih belum jelas. Model ini menegaskan penjelasan 80 tahun yang belum pernah mendapatkan penerimaan.
Sidik jari merupakan hal aneh bagi ilmuwan. Bahkan, telapak tangan manusia secara misterius berbeda dari bagian tubuh manusia lainnya dalam beberapa cara. “Tak hanya ada sidik jari, pada telapak tangan kulitnya juga tebal,” ungkapnya.
Selain itu, terdapat kelenjar keringat yang lebih banyak dan tak ada folikel rambut, lanjut Kucken. Kucken mengatakan, lekukan pada sidik jari mungkin berkaitan dengan pembentukan alur otak, struktur tertentu dalam mata, dan bahkan folikel rambut.
Banyak rancangan alam secara matematis sama dengan sidik jari. Termasuk, riak gundukan pasir, garis-garis ikan tropis, dan pola cairan, papar Kucken. Salah satu fenomena serupa yang dikenal sebagai pusaran Von Karman terjadi saat arus udara atau cairan bergerak dalam arah berlawanan.
Proses itu bisa menciptakan awan yang meringkuk secara fantastis. Serangga meminjam energi dari vortisitas von Karman untuk diciptakan sayap mereka sendiri guna meningkatkan kecepatan dan manuver.
Tak semua pola beragam diciptakan mekanisme sama, kata Kucken. Namun, hal ini bisa dijelaskan persamaan serupa. Kesamaan ini membuat sulit untuk menemukan mekanisme fisik dibaliknya, terutama pola biologis yang sangat kompleks.
“Penelitian kami menunjukkan, ketidakstabilan mekanis terkait beberapa keadaan,” kata Kucken. Lebih lanjut, saat ini terdapat diskusi mengenai bukti sidik jari harus tetap berlaku di pengadilan meski tak memiliki implikasi langsung pada identifikasi sidik jari yang bisa membantu memberi landasan yang lebih solid pada subyek masa depan, tutupnya. [mdr]