Posted by Unknown
25 Januari 2012
" JOGJA tetap ISTIMEWA..."
Selama
ratusan tahun tinggal di Yogyakarta - Indonesia, Bangsa Belanda
meninggalkan sejumlah bangunan bersejarah dengan arsitektur bergaya
Eropa yang masih bisa Anda nikmati keindahannya hingga kini.
|
LOJI - Kawasan Indische Pertama di Yogyakarta
|
Selama
ratusan tahun mendiami Indonesia, termasuk Yogyakarta, Belanda
meninggalkan sejumlah bangunan bersejarah. Bangunan-bangunan itu oleh
warga Yogyakarta sering disebut loji karena ukurannya yang besar dengan
halaman yang luas.
Spoiler for LOJI - Kawasan Indische Pertama di Yogyakarta:
Benteng Vredeburg (Loji Besar) |
Bangunan
benteng yang sering disebut Loji Besar atau Loji Gede itu dibangun
pada tahun 1776 - 1778, hanya dua tahun berselang setelah berdirinya
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, salah satu pecahan kerajaan Mataram.
Benteng yang semula bernama Rustenburg itu konon sengaja didirikan di
poros Kraton - Tugu agar bisa mengawasi gerak-gerik Kraton. Semasa Loji
Besar masih digunakan sebagai benteng, terdapat sebuah meriam yang
sengaja diarahkan ke Kraton dalam posisi siaga tembak sehingga
memudahkan penyerangan. Hal itu dilakukan agar pihak Kraton mengakui
bahwa Belanda memiliki kekuatan.
|
Gedung Agung (Loji Kebon) |
Loji
Kebon, kini dikenal dengan nama Gedung Agung. Bangunan yang juga
bergaya eropa itu didirikan tahun 1824 dan digunakan sebagai Gedung
Karesidenan. Halaman Loji Kebon sangat luas dan dihiasi arca-arca yang
dikumpulkan para pejabat Belanda dari penjuru kota Yogyakarta. Tahun
1912, kompleks Loji Kebon dilengkapi dengan bangunan Societeit de
Vereniging, tempat pejabat Belanda berdansa dengan iringan biola. Seperti
halnya Loji Besar, Loji Kebon pun juga menjadi saksi sejarah.
Pembangunan gedung yang dirancang A Payen ini sempat berhenti karena
Perang Diponegoro tahun 1825 - 1830 yang hampir membuat pemerintah
Belanda bangkrut. Pada Masa Jepang, gedung ini menjadi kediaman petinggi
Jepang bernama Koochi Zimmukyoku Tyookan. Demikian pula sejak ibukota
Indonesia berpindah ke Yogyakarta 6 Januari 1946, gedung ini menjadi
istana kepresidenan. Hingga kini, meski ibukota Indonesia berpindah lagi
ke Jakarta, gedung ini tetap berstatus istana kepresidenan.
Spoiler for Gedung Agung:
|
|
Loji
Kecil yang berlokasi di sebelah timur Vredeburg kini, tetapnya wilayah
Shopping hingga hampir perempatan Gondomanan. Berbeda dengan Loji
Besar yang berfungsi sebagai benteng dan Loji Kecil yang berfungsi
sebagai gedung pemerintahan, Loji Kecil berfungsi sebagai wilayah
hunian. Di kawasan itu juga terdapat Gedung Societet Militair yang
dahulu digunakan sebagai tempat para serdadu militer Belanda bersantai. Kawasan
Loji kecil merupakan pusat kawasan hunian orang Belanda pertama di
Yogyakarta. Sejumlah fasilitas pendukung kini juga masih bisa dinikmati
keindahannya, misalnya gereja Protestansche Kerk yang berdiri tahun
1857 (kini menjadi Gereja Kristen Marga Mulya, berlokasi di utara
Gedung Agung) dan Gereja Fransiskus Xaverius Kudul Loji (bangunan lama)
yang berdiri tahun 1870, berada di sebelah selatan kawasan Loji Kecil. |
Loji
Setan. Dinamakan demikian karena gedung yang hingga kini tak diketahui
tahun pembangunannya itu dikenal angker. Banyak orang mengatakan, pada
ruang sebelah timur dan aula tengah sering terdengar suara orang minta
tolong dan suara iringan musik dansa. Gedung yang kini berfungsi
sebagai kantor DPRD ini menurut cerita pernah disinggahi Gubernur
Jendral Raffles pada tanggal 15 Mei 1812, saat Belanda sudah berkuasa
di Yogyakarta. Loji Setan sejak beberapa lama memiliki beragam
fungsi. Di masa lalu, gedung ini sering digunakan untuk tempat
bermeditasi dan sebagai ruang pameran, misalnya pameran oleh Luch
Bescherming Dienst pada tahun 1940. Pasca Kemerdekaan, gedung yang pada
awalnya bernama Loji Marlborough ini digunakan sebagai kantor Komite
Nasional Indonesia (1945 - 1949), kantor Dewan Pertahanan Negara dan
penyelenggaraan sidang Kabinet (1948).
|
|
BINTARAN - dari Kediaman Pangeran Bintoro ke Kawasan Indische
|
Bintaran
merupakan kawasan hunian alternatif bagi orang Belanda yang menetap di
wilayah Indonesia, berkembang setelah kawasan Loji Kecil tak lagi
memadai. Perkembangan Bintaran sebagai pemukiman Indische diperkirakan
dimulai tahun 1930an .Umumnya, orang Belanda yang bermukim di Bintaran
adalah yang bekerja sebagai opsir dan pegawai pabrik gula.
Spoiler for BINTARAN - dari Kediaman Pangeran Bintoro ke Kawasan Indische:
Quote:
Gedung Sasmitaloka Jenderal Soedirman |
Gedung
Sasmitaloka Jenderal Soedirman yang bisa ditemui persis di sisi kiri
jalan Jalan Bintaran. Dahulu, bangunan yang berdiri tahun 1890 itu
dimanfaatkan sebagai kediaman pejabat keuangan puro Paku alam VII
bernama Wijnschenk. Bangunan itu juga sempat menjadi rumah dinas Jendral
Soedirman, kemudian kediaman Kompi Tukul setelah kemerdekaan.
Spoiler for Gedung Sasmitaloka Jenderal Soedirman:
|
Museum Biologi (kantor Komando Pemadam Kebakaran) |
Bangunan
Museum Biologi yang berada di Jalan Sultan Agung dahulu dimanfaatkan
sebagai tempat tinggal pengawas militer daerah Pakualaman. Kediaman
seorang warga Belanda bernama Henry Paul Sagers, kini dimanfaatkan
sebagai kantor Komando Pemadam Kebakaran. |
Penjara Belanda (Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan) |
Bangunan bersejarah lain adalah penjara Belanda yang kini digunakan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan. |
Gereja
Bintaran didirikan atas ide orang Jawa yang merasa tidak sreg dengan
cara berdoa orang Belanda. H. van Driessche. SJ, seorang keturunan
Belanda Indonesia menjadi koordinator pendirian gereja yang berlokasi di
ujung selatan Jalan Bintaran ini. Penamaan gereja yang berdiri tahun
1931 ini menjadi Gereja Santo Yusuf berkaitan dengan permohonan
Driessche pada Santo Yusuf ketika sulit mencari lokasi gereja.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12405993