Seorang PNS Atheis Ditangkap
25 Januari 2012
0
comments
Dharmasraya, Padek—Seorang oknum PNS di Badan Perencanaan Daerah (Badpeda) penganut Atheis (tidak mengakui adanya Tuhan) ditangkap polisi. Saat ini, Alexander alias An, 31, diamankan Polsek Pulaupunjung untuk mencegah amuk massa, kemarin.
Kepada Padang Ekspres, Alexander membenarkan dirinya tidak mengakui adanya Tuhan karena kejahatan ada di mana-mana. Begitu juga dengan iblis dan neraka. “Jika Tuhan memang ada, kenapa hal yang buruk-buruk itu ada. Seharusnya yang ada di dunia ini, hanyalah kebaikan, jika memang Tuhan itu pengasih dan penyayang. Tuhan tidak mampu berbuat itu,” kata Alexander.
Alex mengaku, sejak tahun 2008, ia tidak lagi mengerjakan shalat dan puasa, karena tidak sesuai lagi dengan pemahaman dirinya. “Tidak ada yang salah dalam pemahaman ini. Sejak duduk di bangku SD, saya sudah mulai menganut paham tersebut,” tuturnya.
Alex mengatakan tidak ada yang mengajak serta tidak ada pula yang diajaknya. Dia hanya mengaku punya komunitas penyebaran paham lewat dunia maya.
Saat ini, katanya, ada sekitar empat admin atheis Minang. Seorang admin berhak menerima dan mengeluarkan anggota. Sementara anggota yang ikut dalam kelompok tersebut diperkirakan 1.200 orang.
“Komunikasi dilakukan melalui dunia maya, sesama anggota ada yang tidak saling kenal. Saya tidak tahu apa salah saya, tahu-tahu saat saya berada di kantor, datang sekelompok massa dan menghajar saya serta langsung membawa saya ke Polsek Pulaupunjung,” jelasnya.
Kalimat-kalimat serta ajaran-ajaran yang ditulis Alex, saat ini telah beredar luas di dunia maya.
Tak urung hal tersebut membuat resah masyarakat dan berharap agar persoalan tersebut secepatnya dituntaskan. Menurut salah seorang warga, Weni, apa yang ditulis Alex di dunia maya sangat meresahkan. “Untung dia cepat ditahan,” ulasnya.
Terpisah, Sekkab Dharmasraya Martoni menegaskan, saat ini pemkab belum bisa menyimpulkan sanksi yang akan diberikan kepada Alex, apakah dipecat atau diberhentikan.
“Namun semua itu tergantung kepada pihak kepolisian. Setelah itu, baru kita tindaklanjuti dengan PP 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS,” tegas Martoni.
Dekatkan Diri
Terpisah, Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Gusrizal Gazahar mengaku belum mendengar kabar tentang adanya seorang PNS yang beragama Islam lalu mengaku sebagai atheis. Dia menyebutkan, jika hal itu benar adanya berarti orang tersebut sudah murtad karena telah mengubah keyakinannya dari yang tadinya percaya pada eksistensi Allah SWT, kini tak lagi mengakuinya.
Dia meminta MUI daerah segera menelusuri informasi tersebut. “Jika ini benar, dan pengakuannya ada saksi ketika ia mengaku sebagai atheis, ini jelas salah dalam hukum Islam dan jatuhnya murtad.
MUI daerah Dharmasraya saya tegaskan agar segera melakukan upaya pertama untuk mengajak dan meminta dia bertaubat agar kembali ke jalan Allah SWT. Jika telah tiga kali dilakukan, namun ia bersikukuh dengan keyakinannya, maka ia jelas murtad dan harus ditindak,” jelasnya.
Dia juga meminta MUI daerah Dharmasraya agar mencari akar masalah sebelum persoalan ini mencuat dan menjadi masalah di tengah umat Islam di sana. “Harus dicari tahu kenapa seorang PNS yang muslim tiba-tiba mengaku atheis,” tegasnya.
Selain hukum Islam, dari aspek hukum positif juga salah. Sebab Negara hanya mengakui keberadaan enam agama plus aliran kepercayaan, sementara atheis tidak diakui di Indonesia. “Saya meminta agar kepala dinasnya langsung memberi sanksi tegas, kalau perlu dipecat saja,” katanya.
Menurut analisa Gusrizal, ada dua faktor yang menyebabkan PNS tersebut berubah keyakinan. Pertama, kemungkinan ilmu tentang agama Islam khususnya tauhid kosong dan dia enggan belajar. “Kalaupun dia belajar, mungkin ulama yang dia temui belum membuat dia merasa puas sehingga dia jatuh dalam keraguan,” terangnya.
Karena itu, Gusrizal menyarankan kepada ulama yang memberikan tausiyah lebih menekankan pada aspek tauhid. “Jangan seperti ceramah-ceramah yang di televisi, lebih banyak mengedepankan gurauan-gurauan yang bersifat entertain. Harusnya lebih menekankan pada aspek tauhid karena itu yang dibutuhkan umat,” ujarnya.
Dia juga mengimbau umat Islam agar mendekatkan diri pada ulama, menimba ilmu dari mereka dan mengamalkannya. “Kalau umat merasa kosong atau kurang memahami sesuatu, jangan malu bertanya pada ulama. Jika tak puas cari lagi ulama yang lebih mumpuni. Jangan sampai jatuh pada keragu-raguan,” tukasnya.
Kedua, faktor dari luar berupa ajakan personal atau kelompok yang mempengaruhi keyakinan dia baik secara materi ataupun fasilitas lain.