Ternyata Bayi Bisa Mendeteksi Kebohongan
10 Januari 2012
0
comments
"Hmmm.... bohong nggak ya?"
Foto source: foreangelsonly.blogspot
Bayi ternyata lebih cerdas dari yang kita pikirkan. Sebuah penelitian
baru menemukan bahwa bayi yang berusia kurang dari setahun bisa
mengetahui orang dewasa bisa dipercaya atau tidak. Penelitian itu
diungkapkan di Infant Behavior and Development.
"Bahkan di usia yang masih belia, anak-anak tidak menelan informasi
dengan membabi buta," kata Diane Poulin-Dubois, ketua peneliti dan guru
besar psikologi di Pusat Penelitian Perkembangan Manusia Universitas
Concordia. Informasi yang meragukan atau berlawanan secara otomatis
disaring oleh sistem kognisi anak-anak.
Untuk menentukan apakah bayi-bayi itu mencerna mentah-mentah atau melihat kredibilitas orang di sekitarnya, Poulin-Dubois dan koleganya melakukan sebuah percobaan menarik yang melibatkan 60 bayi berusia antara 13 dan 16 bulan.
Untuk menentukan apakah bayi-bayi itu mencerna mentah-mentah atau melihat kredibilitas orang di sekitarnya, Poulin-Dubois dan koleganya melakukan sebuah percobaan menarik yang melibatkan 60 bayi berusia antara 13 dan 16 bulan.
Separo bayi itu berinteraksi dengan orang dewasa "yang bisa dipercaya",
sisanya berinteraksi dengan orang dewasa "yang tak bisa dipercaya".
Mereka bermain dengan kotak yang dalam beberapa kasus berisi mainan dan
lainnya kosong.
Pada percobaan pertama, orang dewasa akan melihat di dalam kotak dan menampakkan keceriaan dan kebahagiaan. Kemudian bayi-bayi itu suruh melihat ke dalam kotak untuk mengetahui apa yang membuat orang dewasa bermimik seperti itu.
Pada percobaan pertama, orang dewasa akan melihat di dalam kotak dan menampakkan keceriaan dan kebahagiaan. Kemudian bayi-bayi itu suruh melihat ke dalam kotak untuk mengetahui apa yang membuat orang dewasa bermimik seperti itu.
Orang dewasa "yang tidak dipercaya" berkomentar "ooo" dan "ah" jika
melihat kotak kosong, sementara orang dewasa "yang bisa dipercaya"
membuat keributan hanya jika di dalam kotak ada mainan.
Percobaan kedua menggunakan pasangan bayi-orang dewasa yang sama. Kali ini orang dewasa menggunakan dahi selain tangannya untuk menyalakan sebuah lampu. Idenya adalah bahwa bayi yang percaya kepada teman orang dewasanya akan mencoba meniru perilaku mereka.
Percobaan kedua menggunakan pasangan bayi-orang dewasa yang sama. Kali ini orang dewasa menggunakan dahi selain tangannya untuk menyalakan sebuah lampu. Idenya adalah bahwa bayi yang percaya kepada teman orang dewasanya akan mencoba meniru perilaku mereka.
"bayi-bayi lebih suka menggunakan dahi mereka"
Benar saja, bayi-bayi lebih suka menggunakan dahi mereka untuk menyalakan lampu saat mereka bermain permainan "apa yang ada di dalam kotak?" dengan orang dewasa "yang bisa dipercaya" dibandingkan ketika mereka bermain dengan orang dewasa "yang tidak bisa dipercaya".
Untuk anak kecil, itu semua berkaitan dengan bagaimana bertahan hidup. "Kita adalah makhluk sosial dan keturunan manusia tergantung pada pengasuh mereka untuk waktu yang lama. Belajar dari orang lain merupakan kunci untuk belajar budaya tetapi hal itu mengandung risiko juga seperti informasi yang tidak tepat.
Kemampuan untuk melacak orang-orang 'tidak biasa' atau 'tak bisa
dipercaya' menjadi senjata untuk melindungi bayi-bayi itu saat
memperoleh informasi salah," jelas Poulin-Dubois.
Nah, mulai sekarang berhati-hati deh, jangan suka membohongi anak kecil,
ya bila tidak mau dicap orang yang tak bisa dipercaya...
Sumber: Intisiari Online