5 Peninggalan Utama Bosscha
1 Juni 2011
0
comments
Siapakah Warga Utama Kota Bandung di masa zaman Kolonial? Dialah “de Koning der Thee” Karel Albertus Rudlof Bosscha. Pemerintah Gemeente Bandoeng dengan upacara besar di Balai Kota telah menganugrahkan gelar tersebut beberapa saat sebelum Bossha meninggal dunia. Bosscha yang seorang “Preanger Planters”, terkenal orang yang mudah membuka kocek untuk urusan sosial. Tak pelak setengah lusin peringatan bagi dirinya, banyak berdiri di Kota Bandung. Mungkin hanya terjadi pada Bosscha, yang kematiannya diiringi cucuran air mata orang pribumi dan Eropa di Tatar Priangan. Untuk mengenang jasa-jasanya, berikut 5 peninggalan terkait Bosscha yang masih bisa dinikmati hingga sekarang.
1. Perkebunan Teh Malabar
Pada bulan Agustus 1896 Bosscha mendirikan Perkebunan Teh Malabar. Dan pada tahun-tahun berikutnya, ia menjadi juragan seluruh perkebunan teh di Kecamatan Pangalengan. Selama 32 tahun masa jabatannya di perkebunan teh ini, ia telah mendirikan dua pabrik teh, yaitu Pabrik Teh Malabar yang saat ini dikenal dengan nama Gedung Olahraga Gelora Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara yang saat ini dikenal dengan nama Pabrik Teh Malabar. Dari perkebunan teh inilah Bosscha membiayai proyek-proyek sosial-nya yang sangat monumental, hingga mengangkat Kota Bandung sebagai Kota yang perkembangangannya sangat cepat di Hindia Belanda.
2. Bosscha Sterrenwacht
Bosscha merupakan salah satu inisiator dan pendukung finansial dari berdirinya tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Untuk mengenang jasanya, sebuah planetoid (11431) diberi nama “Karelbosscha”. Planet katai ini berdiameter sekitar 5 km dan berorbit di antara Planet Mars dan Planet Jupiter, dengan jarak rata-rata dari matahari 71 juta km. Kala revolusinya 5,58 tahun.
3. Technische Hogeschool Bandung
Ikut mendirikan “Technische Hogeschool Bandung” (ITB) dan duduk sebagai Presiden Curator (Dewan Penyantun) sampai wafatnya di tahun 1928, serta menyumbangkan laboraturium Fisika pada perguruan teknik pertama tersebut. ITB juga merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama, Soekarno meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil.
4. Gedung Jaarbeurs
Bosscha juga mendirikan dan mensponsori “Jaarbeurs” (Bursa Tahunan Bandung) yang pernah mengharumkan nama Bandung ke seantoro Nusantara. Bursa dagang tahunan Jaarbeurs dilaksanakan di area sebelah Selatan lapangan olah raga Nederland Indie Athletiek Unie – NIAU, yang sekarang dikenal sebagai Gelora Saparua dan gedung utama Jaarbeurs dengan gaya art deco dengan tiga patung torso Atlas bugil di bagian atapnya. Walaupun bursa tahunan ini sudah lama mati, tapi setidaknya gedung peninggalannya masih berdiri kokoh hingga kini.
5. Doofstommen Instituut
Selain sebagai anggota Volksraad di Batavia, Bosscha juga adalah pendiri dan donatur “Doofstommen Instituut” (Lembaga Tuli Bisu) di Bandung. Keberadaan lembaga ini, hingga sekarang masih beroperasi tepatnya di Jl. Cicendo, Bandung. Selain itu, Bosscha juga adalah donatur tetap “Leger des Heils” (Bala Keselamatan) di Bandung, serta ikut mendirikan Lembaga Kanker dan menyumbang 250 gram Radium Bromide ke lembaga tersebut. (**)
Sumber: Semerbak Bunga di Bandung Raya, Haryoto Kunto