Definisi dan Asal Usul Ninja
27 Juni 2011
0
comments
Ninja atau Shinobi, adalah seorang pembunuh yang terlatih dalam seni Ninjutsu (secara kasarnya "seni pergerakan sunyi") Jepang. Dalam bahasa Jepang sendiri, secara harfiah berarti "seseorang yang bergerak secara rahasia".
Ninja, layaknya "Samurai", mematuhi peraturan khas mereka sendiri, yang disebut Ninpo. Menurut sebagian pengamat Ninjutsu, keahlian seorang Ninja bukanlah membunuh, akan tetapi penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang berbunyi "Nin" yang artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang Ninja adalah menyusup dengan atau tanpa suara.
Definisi Secara Luas Ninja biasanya segera dikaitkan dengan sosok yang terampil dalam ilmu beladiri, ahli menyusup, dan serba misterius, seperti yang tampak di dalam film atau manga (komik Jepang). Kata Ninja terbentuk dari dua suku kata, yaitu "Nin" (??) dan "Sha" (??), yang masing-masing artinya, adalah Nin "tersembunyi" dan Sha "orang". Jadi Ninja adalah mata-mata profesional pada zaman feodal Jepang.
Sejarah Ninja sendiri sangat sulit dilacak. Informasi mengenai keberadaan mereka tersimpan rapat-rapat dalam dokumen-dokumen rahasia.
Ninja juga bisa diartikan sebagai nama yang diberikan kepada seseorang yang menguasai dan mendalami seni bela diri Ninjutsu. Nin artinya "pertahanan" dan Jutsu adalah "seni atau cara". Kata Ninja juga diambil dari kata Ninpo. Po artinya "falsafah hidup" atau dengan kata lain, Ninpo adalah falsafah tertinggi dari ilmu beladiri Ninjutsu yang menjadi dasar kehidupan seorang Ninja. Jadi, Ninja akan selalu waspada dan terintregasi pada prinsip Ninpo.
Ninja merupakan mata-mata profesional di zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan Jepang, abad ke-12. Pada abad ke-14, pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin memanas, informasi tentang aktivitas, dan kekuatan lawan menjadi penting, para Ninja pun semakin aktif.
Para Ninja dipanggil oleh Daimyo (orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah) untuk mengumpulkan informasi, merusak, dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Karena itu Ninja memperoleh latiham khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.
Asal-Usul Ninja
Kemunculan Ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni "Nonuse" ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya Ninja.
Seni Nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam, adalah suatu praktek keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas memberikan informasi kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645, pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari intimidasi pemerintah pusat.
Pada tahun 794-1192, kehidupan masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu dengan lainnya dalam usaha menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal kelahiran Ninja.
Pada abad ke-16, Ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat dengan intelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal para raja di Jepang. Berdasarkan hal itu, masing-masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia dalam keluarganya saja.
Para Ninja dipanggil oleh Daimyo (orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah) untuk mengumpulkan informasi, merusak, dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Karena itu Ninja memperoleh latiham khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.
Asal-Usul Ninja
Kemunculan Ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni "Nonuse" ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya Ninja.
Seni Nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam, adalah suatu praktek keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas memberikan informasi kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645, pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari intimidasi pemerintah pusat.
Pada tahun 794-1192, kehidupan masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu dengan lainnya dalam usaha menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal kelahiran Ninja.
Pada abad ke-16, Ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat dengan intelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal para raja di Jepang. Berdasarkan hal itu, masing-masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia dalam keluarganya saja.
Ilmu beladiri yang kemudian dikenal dengan nama Ninjutsu, adalah ilmu yang diwariskan dari leluhur mereka atas hasil penyempurnaan seni berperang selama puluhan generasi. Menurut para ahli sejarah, hal itu telah berlangsung selama lebih dari 4 abad. Ilmu itu meliputi filsafat bushido, spionase, taktik perang komando, tenaga dalam, tenaga supranatural, dan berbagai jenis bela diri lain yang tumbuh dan berkembang menurut zaman.
Namun, ada sebuah catatan sejarah yang mengatakan, bahwa sekitar abad ke-9 terjadi eksodus dari Cina ke Jepang. Hal ini terjadi, karena runtuhnya dinasti Tang dan adanya pergolakan politik. Sehingga, banyak pengungsi yang mencari perlindungan ke Jepang. Sebagian dari mereka adalah jendral besar, prajurit, dan biksu.
Mereka menetap di provinsi Iga, di tengah pulau Honshu. Jendral tersebut, antara lain : Cho Gyokko, Ikai Cho Busho, membawa pengetahuan mereka dan membaur dengan kebudayaan setempat. Strategi militer, filsafat kepercayaan, konsep kebudayaan, ilmu pengobatan tradisional, dan falsafah tradisional. Semuanya menyatu dengan kebiasaan setempat yang akhirnya membentuk ilmu yang bernama Ninjutsu.
Namun, ada sebuah catatan sejarah yang mengatakan, bahwa sekitar abad ke-9 terjadi eksodus dari Cina ke Jepang. Hal ini terjadi, karena runtuhnya dinasti Tang dan adanya pergolakan politik. Sehingga, banyak pengungsi yang mencari perlindungan ke Jepang. Sebagian dari mereka adalah jendral besar, prajurit, dan biksu.
Mereka menetap di provinsi Iga, di tengah pulau Honshu. Jendral tersebut, antara lain : Cho Gyokko, Ikai Cho Busho, membawa pengetahuan mereka dan membaur dengan kebudayaan setempat. Strategi militer, filsafat kepercayaan, konsep kebudayaan, ilmu pengobatan tradisional, dan falsafah tradisional. Semuanya menyatu dengan kebiasaan setempat yang akhirnya membentuk ilmu yang bernama Ninjutsu.