Ambisi Amerika ke Mars
23 Agustus 2012
0
comments
Badan Antariksa AS (NASA) tampaknya sedang mengalami eforia. Baru dua pekan rover Curiosity mendarat di Planet Mars, mereka sudah mengumumkan misi selanjutnya ke Planet Merah.
NASA
mengumumkan rencana mengirim robot lainnya ke Mars pada 2016
mendatang. Robot yang bernama InSight itu akan menjadi pendarat statis,
membawa berbagai instrumen penting untuk mengeksplorasi bagian dalam
Mars.
InSight, Interior Exploration using Seismic Investigations, Geodesy and Heat Transport, diyakini para ilmuwan akan menjadi pengungkap struktur planet berbatu. Termasuk, bagaimana terbentuknya Mars dan Bumi.
InSight
menjadi pilihan, mengalahkan dua pesaing lainnya dalam misi berbiaya
rendah yang sedang getol dilakukan Amerika. Misi ini diperkirakan
menelan biaya US$425 juta, meski perhitungan belum termasuk biaya roket
peluncur InSight ke luar angkasa.
Desain robot yang akan didesain
di Jet Propulsion Laboratory (JPL) di Pasadena, California ini
mengikuti pesawat pengintai Phoenix yang pernah sukses mendarat di Mars
pada 2008 lalu. Bedanya, instrumen yang dibawa InSight berbeda.
Eksperimen
seismik akan dilakukan untuk melacak gempa. Informasi itu akan
dipetakan guna mempelajari lapisan bebatuan di tetangga Bumi ini.
Sehingga akan diketahui inti keras Mars dan mengapa permukaannya tak
punya lempeng tektonik seperti Bumi.
Komponen penting paket
InSight dibuat oleh Prancis dan Inggris. Pelacak thermal didatangkan
dari Jerman, untuk menyelidiki profil suhu permukaan Mars. Tujuannya,
mempelajari pendinginan planet tersebut.
JPL
akan melengkapi InSight dengan dua kamera dan satu lengan robot. Benda
ini juga memiliki sensor yang secara akurat mengukur derajat rotasi
Mars di porosnya. Data-data ini kemudian digabungkan dengan hasil
penyelidikan Curiosity saat ini.
“Ini sains yang dikumpulkan
selama bertahun-tahun. Seismologi, misalnya, adalah metode yang kita
gunakan untuk mempelajari bagian dalam Bumi. Kita tak punya pengetahuan
semacam ini dari Mars,” kata Kepala Divisi Sains NASA, John Grunsfeld.
Dari
bentuk permukaannya, ilmuwan telah lama menyimpulkan Mars secara
geologi jauh lebih aktif ketimbang Bumi di masa lalu. Sisa-sisa gunung
berapi terbesar di Tata Surya, Olympus Mons, bisa terlihat di planet
yang banyak dibuat film fiksinya itu.
Namun kapan dan mengapa
aktivitas itu terjadi, masih belum diketahui. Yang jelas, para ahli
meyakini, aktivitas itu juga menjadi salah satu jawaban mengenai
pertanyaan apakah ada kehidupan di Mars.
Bumi memiliki atmosfer
dan menahan air di permukaannya karena medan magnet pelindung yang
diciptakan inti besi/nikel panas. Mars kehilangan pelindung magnet
globalnya, memungkinkan matahari mengambil seluruh partikel penunjang
kehidupan mereka.
Atmosfer Mars disedor oleh matahari, sebuah fenomena yang melibatkan solar wind. Akibatnya, seluruh air menguap dan menghapus segala kemungkinan atas keberadaan makhluk hidup di planet tersebut.
InSight
juga akan menjadi alat para ahli untuk mengetahui apakah Bumi
merupakan tempat yang spesial atau biasa saja. Kian banyak ahli
menyatakan, Bumi sebenarnya tak terlalu spesial, mengingat bagaimana
inti dan pelindungnya terbentuk.
“Sebab itulah kami ingin menguji
teori-teori ini di Mars. InSight akan menjadi harapan kami untuk
melakukannya,” kata Tom Pike dari Imperial College London, yang
dilibatkan NASA dalam misi InSight.
Saat ini, NASA sedang luar
biasa gembira dan sibuk dengan kesuksesan pendaratan Curiosity di Mars,
dua pekan lalu. Misi yang menelan biaya US$2,5 miliar ini menandakan
awal ambisi NASA menuju planet merah. [ast]