Ilmuwan Ungkap Misteri Kehancuran Suku Maya
26 Agustus 2012
0
comments
Kuil Tikal milik suku Maya (foto: Live Science)
GUATEMALA - Negara kota kekaisaran Maya kuno
berkembang di wilayah selatan Meksiko dan utara Amerika Tengah sekira
enam abad silam. Pada 900 masehi, peradaban tersebut mendadak pecah.
Diwartakan Live Science, Jumat (24/8/2012), dua penelitian baru yang mencoba mengungkap misteri di balik kehancuran tersebut menemukan, suku Maya sendiri turut andil dalam kehancurannya.
Sebelumnya, para ilmuwan memang telah menemukan bahwa kekeringan turut berperan penting dalam hal ini. Namun, suku Maya juga berperan dalam memperburuk masalah tersebut dengan cara menebang kanopi hutan demi membuka ladang dan kota.
"Kami tidak mengatakan perusakan hutan sebagai penyebab seluruh kekeringan yang terjadi, tapi hal itu juga menjelaskan sebagian besar dari kekeringan yang diperkirakan terjadi," terang pemimpin penelitian tersebut, Benjamin Cook.
Pria yang juga berprofesi sebagai pembuat model iklim di NASA Goddard Institute for Space Studies ini membuat simulasi model iklim bersama rekan-rekannya.
Melalui model tersebut mereka meneliti bagaimana mengubah hutan menjadi ladang, misalnya ladang jagung, bisa berperan dalam perubahan iklim. Hasilnya menunjukkan bahwa pembukaan hutan berperan besar sekira 60 persen dari kekeringan yang terjadi.
Alasannya adalah perubahan dari pohon menjadi ladang jagung dapat mengurangi jumlah air yang ditransfer dari lahan ke atmosfer. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya curah hujan.
Sementara itu, penelitian lain yang dipimpin ilmuwan sosial di Arizona State University, B.L. Turner mengungkap keruntuhan Central Maya Lowlands di semenanjung Yukatan merupakan hasil interaksi rumit antara manusia dan lingkungan.
Selain itu, dinamika sosial dan ekonomi juga turut berperan. Saat itu, rute dagang melalui semenanjung Yukatan yang biasanya dilakukan melalui jalur darat bergeser ke jlaur laut. Perubahan ini diperkirakan sebagai faktor lain yang melemahkan negara kota kekaisaran Maya yang sedang menghadapi perubahan iklim.
"Struktur ekonomi dan politik kuno yang didominasi penguasa setengah dewa mulai membusuk. Petani, perajin dan yang lain tampaknya meninggalkan rumah dan kota mereka demi mencari peruntungan ekonomi di wilayah Maya lainnya," jelas tim tersebut.
~Source~
Diwartakan Live Science, Jumat (24/8/2012), dua penelitian baru yang mencoba mengungkap misteri di balik kehancuran tersebut menemukan, suku Maya sendiri turut andil dalam kehancurannya.
Sebelumnya, para ilmuwan memang telah menemukan bahwa kekeringan turut berperan penting dalam hal ini. Namun, suku Maya juga berperan dalam memperburuk masalah tersebut dengan cara menebang kanopi hutan demi membuka ladang dan kota.
"Kami tidak mengatakan perusakan hutan sebagai penyebab seluruh kekeringan yang terjadi, tapi hal itu juga menjelaskan sebagian besar dari kekeringan yang diperkirakan terjadi," terang pemimpin penelitian tersebut, Benjamin Cook.
Pria yang juga berprofesi sebagai pembuat model iklim di NASA Goddard Institute for Space Studies ini membuat simulasi model iklim bersama rekan-rekannya.
Melalui model tersebut mereka meneliti bagaimana mengubah hutan menjadi ladang, misalnya ladang jagung, bisa berperan dalam perubahan iklim. Hasilnya menunjukkan bahwa pembukaan hutan berperan besar sekira 60 persen dari kekeringan yang terjadi.
Alasannya adalah perubahan dari pohon menjadi ladang jagung dapat mengurangi jumlah air yang ditransfer dari lahan ke atmosfer. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya curah hujan.
Sementara itu, penelitian lain yang dipimpin ilmuwan sosial di Arizona State University, B.L. Turner mengungkap keruntuhan Central Maya Lowlands di semenanjung Yukatan merupakan hasil interaksi rumit antara manusia dan lingkungan.
Selain itu, dinamika sosial dan ekonomi juga turut berperan. Saat itu, rute dagang melalui semenanjung Yukatan yang biasanya dilakukan melalui jalur darat bergeser ke jlaur laut. Perubahan ini diperkirakan sebagai faktor lain yang melemahkan negara kota kekaisaran Maya yang sedang menghadapi perubahan iklim.
"Struktur ekonomi dan politik kuno yang didominasi penguasa setengah dewa mulai membusuk. Petani, perajin dan yang lain tampaknya meninggalkan rumah dan kota mereka demi mencari peruntungan ekonomi di wilayah Maya lainnya," jelas tim tersebut.