FOTO:Di Taman Lawang Ada Jejak Sejarah Yang Menentukan Masa Depan Negeri Ini
26 November 2012
0
comments
Kawasan
Taman Lawang yang terkenal sebagai tempat para waria mangkal ternyata
menyimpat jejak-jejak sejarah yang menentukan masa depan perjalanan
negara Republik Indonesia.
Tepatnya di Museum Sasmitaloka di Jalan Dr. Latuharhary No. 65 Taman Lawang atau Jalan Lembang No. 58 (karena pintu masuknya ada di jalan Lembang) merupakan bekas rumah dinas Men/Pangad (Menteri Panglima Angkatan Darat) Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani. Disinilah Jenderal yang tidak suka beromong kosong dan selalu serius, disegani kawan dan lawan serta dikenal loyal terhadap Republik dan Presiden Soekarno dibunuh secara kejam, dihadapan anak-anaknya oleh gerombolan Tjakrabirawa (yang dikemudian hari ternyata diketahui merupakan korban fitnah orde baru)
Rumah ini menyimpan banyak kenangan. Masih banyak barang-barang asli yang tersimpan dan terawat sangat baik. Bahkan sisa-sisa tembakan peluru di dinding dan jendela pintu kaca masih dibiarkan seperti artinya. Sungguh memilukan seorang yang amat berjasa dan berprestasi dalam menumpas berbagai pemberontakan seperti PRRI/Permesta, DI/TII serta pemberontakan lain yang ditunggangi asing; harus berakhir tragis di depan anak-anaknya oleh muntahan pelor pada dinihari 1 Oktober 1965 pukul 04.35 WIB.
Mari kita melongok rumah peninggalan Jenderal A. Yani ini, yang buka setiap hari pukul 08.00 - 14.00, kecuali hari Senin.
Mobil Chevrolet Impala kesayangan Jenderal A. Yani
Tepatnya di Museum Sasmitaloka di Jalan Dr. Latuharhary No. 65 Taman Lawang atau Jalan Lembang No. 58 (karena pintu masuknya ada di jalan Lembang) merupakan bekas rumah dinas Men/Pangad (Menteri Panglima Angkatan Darat) Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani. Disinilah Jenderal yang tidak suka beromong kosong dan selalu serius, disegani kawan dan lawan serta dikenal loyal terhadap Republik dan Presiden Soekarno dibunuh secara kejam, dihadapan anak-anaknya oleh gerombolan Tjakrabirawa (yang dikemudian hari ternyata diketahui merupakan korban fitnah orde baru)
Rumah ini menyimpan banyak kenangan. Masih banyak barang-barang asli yang tersimpan dan terawat sangat baik. Bahkan sisa-sisa tembakan peluru di dinding dan jendela pintu kaca masih dibiarkan seperti artinya. Sungguh memilukan seorang yang amat berjasa dan berprestasi dalam menumpas berbagai pemberontakan seperti PRRI/Permesta, DI/TII serta pemberontakan lain yang ditunggangi asing; harus berakhir tragis di depan anak-anaknya oleh muntahan pelor pada dinihari 1 Oktober 1965 pukul 04.35 WIB.
Mari kita melongok rumah peninggalan Jenderal A. Yani ini, yang buka setiap hari pukul 08.00 - 14.00, kecuali hari Senin.
Mobil Chevrolet Impala kesayangan Jenderal A. Yani
Pintu samping ini tempat masuknya gerombolan penculik (Tjakrabirawa) saat menyerbu
Ruang tamu yang memajang lukisan Pak Yani menempeleng prajurit yang kurang ajar
Minibar dengan pintu terbuka menuju kamar tidur Jenderal Ahmad Yani
Pak Yani merupakan lulusan
akademi militer Amerika yang bergengsi di Westpoint, maka teman-teman
dan sahabatnya banyak. Di minibar inilah dia menjamu tamu-tamu asing
dengan minuman beralkohol padahal ia sendiri bukan merupakan seorang
peminum.
Kursi kayu favorit tempat Pak Yani merokok dan membuang abunya keluar rumah.
Pak Yani seorang perokok berat.
Rokok peninggalan Pak Yani yang belum sempat ia hisap
Memorabilia yang dipajang di kamar tidur Pak Yani: Senapan Thomson yang dipakai untuk membunuhnya
Memorabilia lain di kamar Pak Yani: beliau ternyata fans The Beatles
Prasasti di ruang makan yang merupakan tempat dimana Pak Yani ambruk setelah ditembak dan gugur
Pintu kaca tempat Pak Yani di tembak
Di pintu ini Pak Yani
menempeleng prajurit Tjakrabirawa yang kurang ajar. Dan setelahnya
ditembak dan kemudian diseret di sepanjang lorong (lihat gambar di bawah
ini)
Setelah ditembak, jenazah Pak Yani diseret menuju arah kanan lorong.
Darahnya membanjir di lantai sepanjang lorong ini.
Foto asli yang menunjukkan jejak-jejak darah saat jenazah Pak Yani diseret dengan keji di sepanjang lorong
Fakta:
Walau Pak Yani adalah orang penting, ia tidak pernah membawa masalah pekerjaan ke rumah. oleh karenanya ia tidak punya yang namanya "ruang kerja" di rumahnya. Yang ada hanyalah ruang kerja ajudannya. Ia juga merupakan suami yang selalu membantu isterinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bayangkan, padahal ia adalah seorang Jenderal!
Walau Pak Yani adalah orang penting, ia tidak pernah membawa masalah pekerjaan ke rumah. oleh karenanya ia tidak punya yang namanya "ruang kerja" di rumahnya. Yang ada hanyalah ruang kerja ajudannya. Ia juga merupakan suami yang selalu membantu isterinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bayangkan, padahal ia adalah seorang Jenderal!