Sejarah mobil pertama di Indonesia
25 Juni 2014
0
comments
Taukah anda mobil pertama yang menyentuh tanah nusantara kita ?
Bila anda tidak tau silah kan membaca artikel di bawah ini :)
Bila anda tidak tau silah kan membaca artikel di bawah ini :)
Kata Bung Karno Jangan sekali kali melupakan sejarah atau yang dikenal
sebagai Jas Merah. Sekali kali kita ngomong sejarah, bukan sembarang
karena masih ada hubungannya dengan dunia otomotif. Dari blog sibabiat.multiply.com ada cerita yang mungkin bisa menambah wawasan kita.
Siapa pemilik mobil pertama di Indonesia
? pertanyaan sederhana tetapi susah menjawabnya. Dan ternyata orang
Indonesia pertama yang tercatat sebagai pemilik mobil adalah Pakubuwono
ke X alias PB X yang berasal dari Solo, pada tahun 1894. Mobilnya
bermerk Benz, tipe Carl Benz tetapi di dapurpacu.com disebut sebagai
Benz phaeton, beroda empat. Ternyata waktu itupun untuk memiliki sebuah
mobil harus indent, karena diperlukan waktu satu tahun persiapan
pembuatannya. Tipe mobil yang dipesan ini memiliki banyak variasi dan
dibuat sesuai dengan pesanan PB X. Adalah John.C.Potter seorang penjual
mobil alias sales pertama di Indonesia mendapat kepercayaan untuk
mengurusi pengirimannya dari Eropa.
Hebatnya, kehadiran ini berarti hanya berselang delapan tahun setelah Karl Benz
membuat mobilnya yang pertama, yang diakui sebagai mobil pertama di
dunia. Mobil Benz phaeton yang dipesan dari Eropa seharga 10.000 gulden
itu menyandang mesin 1-silinder, 2,0 liter, bertenaga 5 hp, menggunakan roda kayu dan ban mati (ban tanpa udara), serta dapat memuat delapan orang.
Masuknya mobil pertama ke Surakarta pada 1894, membuat Indonesia berada
dua tahun di depan sang penjajah Belanda, yang baru menerima mobil
pertamanya di Den Haag pada
1896. Indonesia memiliki mobil juga jauh lebih awal dari Thailand yang
menerima mobil dengan merk Benz yang pertama, pada tanggal 19 Desember
1904, mobil Benz bagi Raja Thailand Chulalongkorn (Rama V). Mobil itu
dipesan Duta Besar Thailand untuk Prancis dari Automobile-Union Paris
milik Emil Jellinek yang terletak di 39 Avenue des Champs Elysees, Paris.
Mobil Benz phaeton milik Pakoe Boewono X terakhir terlihat di muka umum
pada 1924, sewaktu mobil itu akan dikapalkan ke Belanda melalui
pelabuhan Semarang untuk diikutsertakan dalam pameran mobil RAI.
Tidak diketahui di mana keberadaan mobil tersebut sekarang, tapi mobil
serupa bisa ditemukan di Museum Mobil Leidschendam, Belanda bagian
selatan.
Pada tahun 1907 salah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden
Sosrodiningrat membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang
tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan
tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan
yang dipakai oleh Gubernur Jenderal di Batavia.
Malahan ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh
keluarga PB X Surakarta, disebabkan karena PB X tidak mau kalah gengsi
dengan Gubernur Jenderal.
Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau
sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani
menyainginya. Tetapi tiba-tiba saja PB X Solo memesan mobil dari pabrik
dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil
Daimlernya lewat Prottel & Co.
Orang Indonesia lainnya yang juga dari keluarga kesultanan yang memiliki
mobil pribadi ialah Sultan Ternate pada tahun 1913. Keinginannya untuk
memiliki dan mengendarai sendiri ‘kereta setan’, setelah merasakan
nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku.
Sultan begitu terkesan dan langsung memesan sebuah mobil yang
disesuaikan dengan kondisi daerahnya, tidak seperti King Dick yang
beroda tiga, tetapi Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat
yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan.
Ada juga orang Indonesia yang lain, sebagai pemilik mobil pertama untuk
daerahnya, di Pekalongan. Namanya Raden Mas Ario Tjondro, Bupati
Berebes. Di tahun 1904 mobilnya sudah kelihatan mondar-mandir di
kotanya. Mobilnya merk Orient Backboard,
mobil ini dilengkapi dengan persneling maju dan mundur. Tetapi hanya
memiliki satu silinder dan berkekuatan delapan PK, serta menggunakan
tenaga rantai untuk menggerakan roda-rodanya.
Pada 1902, mobil pertama hadir di Pulau Sumatera. Mobil itu adalah Benz
milik Prof Dr W Schrüffner di Medan, yang kemudian menjadi Kepala Deli Automobile Club.
Mobil Benz itu bermesin 2-silinder, berpendingin air, bertenaga 5 hp.
Lampu depannya menggunakan sepasang lentera. Prof Dr W Schrüffner
membeli mobil Benz-nya yang kedua pada 1910, yakni sebuah Benz Persival,
sedangkan British Daimler yang bertenaga 38 hp dimiliki FA Folkersma di
pabrik gula Ketanen, Gempolkerep, Mojokerto, Jawa Timur.
Ramainya pasar jual-beli mobil, menggugah minat para pengusaha kuat
untuk bertindak sebagai importir mobil. Gagasan untuk terjun ke dalam
dunia dagang sektor impor kurun waktu itu memang masih sangat langka.
Disamping belum adanya kepastian hukum, juga semangat beli masih bisa
dihitung dengan jari. Maka bermunculanlah perusahan-perusahaan baru yang
menjanjikan jasa kepengurusan pengiriman mobil dari negeri asal. Baik
dari Eropa maupun dari Amerika.
Namun hanya ada beberapa nama saja yang bisa bertahan sampai
tahun-tahun menjelang Perang Dunia ke II. Diantara mereka adalah R.S
Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil
Eropa maupun Amerika tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang
diperlukan untuk mobil dan motor. Juga nama Verwey & Lugard dan
Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.
Nama-nama lain yang kurang menerima pesanan impor seperti pemilik mobil
O’herne yang juga memiliki mobil Peugeot juga akhirnya berminat menjadi
perantara importir mobil seperti merk yang dimilikinya. Juga nama
H.Jonkhoff yang berangkat dari pengusaha Piano kemudian menanamkan
modalnya untuk bertindak sebagai agen impor mobil dari Amerika seperti
merk Ford, Studebaker dan
mobil-mobil keluaran Jerman, Darraq, Benz, Brasier, Berliet dan lainnya.
Ada juga usaha untuk mendatangkan mobil-mobil Italia dan Perancis yang
pada saat itu di Batavia kurang mendapat pasaran. Namun ternyata,
setelah ditangani dengan publikasi/promosi yang baik produksi kedua
negara tersebut jadi banyak dibeli, terutama mobil merk Fiat yang mungil
bentuknya namun bertenaga besar. Cabang para importir mobil tersebut
bukan hanya di Batavia dan Surabaya, tetapi ada juga di Semarang,
Bandung, Medan dan kota lainnya.
Semoga bermanfaat.