Ada Isu Facebook Menjelekkan Google+
7 Juli 2011
0
comments
Pertarungan dua raksasa internet, Facebook dan Google yang terlihat tenang dan tidak terlalu terlihat publik, kini memasuki babak baru. Baru-baru ini persaingan kedua perusahaan ini mengemukan ke publik Amerika Serikat setelah sebuah usaha membuat kebohongan dan kampanye jelek tentang Google yang dilancarkan oleh Facebook dibongkar oleh orang yang menolak untuk ikut serta dalam kampanye anti Google tersebut.
Menurut USA Today, seorang mantan reporter saluran televisi CNBC, Jim Goldman yang kini bekerja sebagai PR Representative di sebuah perusahaan Public Relation terkenal di AS, Burson Marsteller terlibat dalam kampanye anti Google ini. Burson Marsteller sendiri merupakan perusahaan public relation yang termasuk lima besar di AS. Jim Goldman mencoba menggiring dua orang wartawan USA Today membuat opini tentang pelanggaran privasi pengguna yang dilakukan Google dalam salah satu produknya, yaitu Google Circles. Berita ini pernah dimuat oleh USA Today, namun setelah melihat lebih jauh terhadap berita tersebut, ternyata berita atau opini yang disampaikan oleh Jim Goldman tersebut banyak salahnya.
Jim Goldman tidak bekerja sendirian, ia ditemani oleh salah satu eksekutif Burson Marsteller bernama John Mercurio yang seorang mantan kolomnis politik. Beberapa waktu yang lalu, John Mercurio menulis sebuah email yang panjang kepada seorang blogger yang meminta blogger tersebut membuat tulisan tentang kejelekan Google dan dugaan terhadap pelanggaran privasi pengguna internet. Sampai di sini belum diketetahui siapa dan atas motivasi apa kedua orang ini melakukan kampanye hitam terhadap Google ini.
Kemarin, businessinsider.com menurunkan sebuah laporan yang memperjelas situasi tersebut di atas. Menurut businessinsdier.com selama beberapa hari terakhir sebuah misteri tengah berlangsung di Silicon Valley. Tampaknya, seseorang menyewa Burson Marsteller, sebuah perusahaan public relation tingkat atas untuk menggiring cerita anti-Google di surat kabar, mendesak surat kabar untuk menyelidiki tuduhan pelanggaran privasi pengguna oleh Google. Burson bahkan menawarkan untuk membantu blogger berpengaruh menulis tuduhan terhadap Google tersebut untuk ditempatkan di halaman surat kabar seperti The Washington Post, Politico, dan The Huffington Post.
Plot yang telah dirancang ini kemudian menjadi bumerang setelah seorang blogger menolak tawaran yang diajukan oleh Burson Marsteller tersebut dan memposting sebuah email penolakan dan mengatakan bahwa ia disewa oleh Burson Marsteller untuk menyebarkan berita bohong atau kampanye hitam terhadap Google. Kondisi makin para setelah USA Today membuat sebuah berita yang menuduh Burson Marsteller telah melakukan kampanye hitam terhadap Google atas suruhan seorang klien yang tidak disebutkan namanya.
Publik kemudian bertanya-tanya siapa yang berada di belakang kampanye hitan terhadap Google yang dilancarkan oleh Burson Marsteller tersebut. Melihat sejarah persaingan antar perusahaan di AS, publik menduga bahwa Apple Inc. atau Microsoft Inc merupakan kandidat kuat karena mereka berseteru dengan Google dalam smartphone dan mesin pencari. Fakta ini diperkuat lagi dengan adanya aduan Microsoft kepada Uni Eropa tentang penguasaan pasar mesin pencari Google di Eropa atau kasus antitrust.
Namun dugaan publik itu ternyata jauh meleset. Baik Apple Inc. maupun Microsoft Inc. tidak ada kaitannya dengan kampanye hitam terhadap Google yang dilancarkan melalui perusahaan public relation Burson Marsteller. The Daily Beast melaporkan bahwa pihak yang berada di belakang semua kampanye hitam terhadap Google adalah Facebook.
Juru bicara Burson Marsteller menolak untuk mengkonfirmasi bahwa Facebook berada di belakang kampanye hitam yang mereka lakukan terhadap Google. Namun setelah didesak dengan beberapa bukti, juru bicara tersbeut mengkonfirmasi bahwa memang Facebook yang berada di belakang semua penyebran berita bohong terhadap Google tersebut.
Dihadapkan kepada bukti email yang cukup panjang dan keterlibatan Burson Marsteller, juru bicara Facebook tidak mengelak bahwa mereka telah menyewa Burson Marsteller. Juru bicara Facebook mengemukakan bahwa mereka menyewa Burson untuk dua alasan. Pertama, karena yakin bahwa Google melakukan beberapa hal dalam jejaring sosial yang menyangkut masalah privasi pengguna. Kedua dan mungkin lebih penting karena Facebook membenci upaya Google menggunakan data user Facebook untuk membangun jejaring sosial milik Google.
Juru bicara Google menolak tuduhan Facebook dalam hal penyerangan privasi pengguna dan menurutnya tuduhan pemakaian data user Facebook oleh Google merupakan tuduhan baru sehingga ia butuh waktu untuk mengkonfirmasi tuduhan Facebook.
Pertarungan antara dua raksasa ini semakin menarik untuk diikuti. Hal yang yang cukup mengherankan adalah mengapa perusahaan sebesar Facebook sampai melakukan kampanye hitam terhadap Google. Mungkin, sepertinya Facebook sudah tidak sabar untuk menggantikan Google sebagai perusahaan internet terbesar di dunia sehingga segala upaya dilakukan agar tujuan tersebut segera tercapai dalam waktu relatif singkat. Namun dengan memakai cara kurang baik ini, bukannya makin cepat naik, malah Facebook sebagaimana ditulis oleh techcrunch.com bisa kehilangan muka.
Facebook sendiri juga sering bermasalah dengan privasi pengguna. Dengan menuduh Google melakukan penyerangan terhadap privasi pengguna, artinya Facebook menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Semoga saja Google bisa melakukan gugatan balik atas usaha pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Facebook ini.
sumber: businessinsider, bloomberg, USA Today, techcrunch.com
terjadi sesudah Peluncuran Google+, Gosip nya sesudah kejadian ini banyak orang2 yang tutup akun facebook nya...
apakah facebook emang takut terhadap google+ yang baru ini emang heboh terus banyak good review nya
Menurut USA Today, seorang mantan reporter saluran televisi CNBC, Jim Goldman yang kini bekerja sebagai PR Representative di sebuah perusahaan Public Relation terkenal di AS, Burson Marsteller terlibat dalam kampanye anti Google ini. Burson Marsteller sendiri merupakan perusahaan public relation yang termasuk lima besar di AS. Jim Goldman mencoba menggiring dua orang wartawan USA Today membuat opini tentang pelanggaran privasi pengguna yang dilakukan Google dalam salah satu produknya, yaitu Google Circles. Berita ini pernah dimuat oleh USA Today, namun setelah melihat lebih jauh terhadap berita tersebut, ternyata berita atau opini yang disampaikan oleh Jim Goldman tersebut banyak salahnya.
Jim Goldman tidak bekerja sendirian, ia ditemani oleh salah satu eksekutif Burson Marsteller bernama John Mercurio yang seorang mantan kolomnis politik. Beberapa waktu yang lalu, John Mercurio menulis sebuah email yang panjang kepada seorang blogger yang meminta blogger tersebut membuat tulisan tentang kejelekan Google dan dugaan terhadap pelanggaran privasi pengguna internet. Sampai di sini belum diketetahui siapa dan atas motivasi apa kedua orang ini melakukan kampanye hitam terhadap Google ini.
Kemarin, businessinsider.com menurunkan sebuah laporan yang memperjelas situasi tersebut di atas. Menurut businessinsdier.com selama beberapa hari terakhir sebuah misteri tengah berlangsung di Silicon Valley. Tampaknya, seseorang menyewa Burson Marsteller, sebuah perusahaan public relation tingkat atas untuk menggiring cerita anti-Google di surat kabar, mendesak surat kabar untuk menyelidiki tuduhan pelanggaran privasi pengguna oleh Google. Burson bahkan menawarkan untuk membantu blogger berpengaruh menulis tuduhan terhadap Google tersebut untuk ditempatkan di halaman surat kabar seperti The Washington Post, Politico, dan The Huffington Post.
Plot yang telah dirancang ini kemudian menjadi bumerang setelah seorang blogger menolak tawaran yang diajukan oleh Burson Marsteller tersebut dan memposting sebuah email penolakan dan mengatakan bahwa ia disewa oleh Burson Marsteller untuk menyebarkan berita bohong atau kampanye hitam terhadap Google. Kondisi makin para setelah USA Today membuat sebuah berita yang menuduh Burson Marsteller telah melakukan kampanye hitam terhadap Google atas suruhan seorang klien yang tidak disebutkan namanya.
Publik kemudian bertanya-tanya siapa yang berada di belakang kampanye hitan terhadap Google yang dilancarkan oleh Burson Marsteller tersebut. Melihat sejarah persaingan antar perusahaan di AS, publik menduga bahwa Apple Inc. atau Microsoft Inc merupakan kandidat kuat karena mereka berseteru dengan Google dalam smartphone dan mesin pencari. Fakta ini diperkuat lagi dengan adanya aduan Microsoft kepada Uni Eropa tentang penguasaan pasar mesin pencari Google di Eropa atau kasus antitrust.
Namun dugaan publik itu ternyata jauh meleset. Baik Apple Inc. maupun Microsoft Inc. tidak ada kaitannya dengan kampanye hitam terhadap Google yang dilancarkan melalui perusahaan public relation Burson Marsteller. The Daily Beast melaporkan bahwa pihak yang berada di belakang semua kampanye hitam terhadap Google adalah Facebook.
Juru bicara Burson Marsteller menolak untuk mengkonfirmasi bahwa Facebook berada di belakang kampanye hitam yang mereka lakukan terhadap Google. Namun setelah didesak dengan beberapa bukti, juru bicara tersbeut mengkonfirmasi bahwa memang Facebook yang berada di belakang semua penyebran berita bohong terhadap Google tersebut.
Dihadapkan kepada bukti email yang cukup panjang dan keterlibatan Burson Marsteller, juru bicara Facebook tidak mengelak bahwa mereka telah menyewa Burson Marsteller. Juru bicara Facebook mengemukakan bahwa mereka menyewa Burson untuk dua alasan. Pertama, karena yakin bahwa Google melakukan beberapa hal dalam jejaring sosial yang menyangkut masalah privasi pengguna. Kedua dan mungkin lebih penting karena Facebook membenci upaya Google menggunakan data user Facebook untuk membangun jejaring sosial milik Google.
Juru bicara Google menolak tuduhan Facebook dalam hal penyerangan privasi pengguna dan menurutnya tuduhan pemakaian data user Facebook oleh Google merupakan tuduhan baru sehingga ia butuh waktu untuk mengkonfirmasi tuduhan Facebook.
Pertarungan antara dua raksasa ini semakin menarik untuk diikuti. Hal yang yang cukup mengherankan adalah mengapa perusahaan sebesar Facebook sampai melakukan kampanye hitam terhadap Google. Mungkin, sepertinya Facebook sudah tidak sabar untuk menggantikan Google sebagai perusahaan internet terbesar di dunia sehingga segala upaya dilakukan agar tujuan tersebut segera tercapai dalam waktu relatif singkat. Namun dengan memakai cara kurang baik ini, bukannya makin cepat naik, malah Facebook sebagaimana ditulis oleh techcrunch.com bisa kehilangan muka.
Facebook sendiri juga sering bermasalah dengan privasi pengguna. Dengan menuduh Google melakukan penyerangan terhadap privasi pengguna, artinya Facebook menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Semoga saja Google bisa melakukan gugatan balik atas usaha pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Facebook ini.
sumber: businessinsider, bloomberg, USA Today, techcrunch.com
terjadi sesudah Peluncuran Google+, Gosip nya sesudah kejadian ini banyak orang2 yang tutup akun facebook nya...
apakah facebook emang takut terhadap google+ yang baru ini emang heboh terus banyak good review nya