Mudik Bermotor? Hindari Lima Hal Ini
23 Agustus 2011
0
comments
Pada sisi lain, jarak yang harus ditempuh mencapai puluhan atau bahkan ratusan kilometer juga berpotensi menimbulkan kelelahan fisik dan psikis pengendara. "Oleh karena itu, bila benar-benar berniat ingin mudik dengan sepeda motor harus memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan," kata Adi Sasmito, instruktur safety riding dealer utama sepeda motor wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, saat ditemui di Jakarta, Senin, 22 Agustus 2011.
Ini dia tips dari Adi:
1. Mengangkut pembonceng lebih dari seorang
Setiap pabrikan sepeda motor merancang kendaraan produksinya itu untuk mengangkut dua orang (pengendara dan seorang pembonceng). Hal itu tentu telah memperhitungkan berbagai aspek, diantaranya kapasitas beban yang diangkut, kemampuan bermanuver bagi pengara, serta sifat aerodinamika motor saat melaju.
Oleh karena itu, mengangkut pembonceng lebih dari seorang akan berlawanan dengan tiga aspek tersebut. Akibatnya, motor sangat berisiko. "Karena pada dasarnya mulai dari kaki-kaki, ban, hingga rantai memiliki kapasitas terbatas dalam menyangga beban. Belum lagi, kemampuan fisik pengendara," ujar Adi.
2. Membawa barang melebihi batas
Membawa barang yang melebihi batas bukan hanya sekadar bobotnya yang melebihi standar ketentuan dari pabrikan saja. Namun, barang yang melebihi batas juga berarti pengemasannya yang tidak tepat.
Barang harus diikat sedemikian rupa agar lebih ringkas. Selain itu keberadaan barang tersebut jangan melebihi tinggi kendaraan, lebar setang, serta panjang kendaraan.
Ada dua alternatif penempatan barang bawaan. Pertama, bila motor yang Anda gunakan adalah skuter matik atau bebek maka bisa memanfaatkan ruang di depan jok, atau di jok belakang. Kedua, memasang kotak penyimpanan barang atau boks di bagian belakang atau samping jok motor.
"Namun, satu hal yang harus dipastikan adalah keberadaan barang itu, meski tidak terlampau berat, tidak mengganggiu Anda untuk mengendalikan motor," tandas Adi.
3. Berkendara lebih dari dua jam
Selain untuk memberikan kesempatan kepada mesin motor untuk beristirahat, istirahat setelah menempuh perjalanan dua jam juga bertujuan untuk mengembalikan kebugaran tubuh. Ingat perjalanan jarak jauh dengan kondisi jalanan yang macet dan diselingi deru gemuruh suara kendaraan dan debu beterbangan rawan memicu stres.
Kepenatan psikis alias stres juga memicu tubuh cepat lelah. Mengendalikan motor selama dua jam di berbagai kondisi atau karakater jalan bisa menguras tenaga dan cairan tubuh. Akibatnya, Anda mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan, meski Anda tidak menyadarinya. Daya konsentrasi pun menurun.
"Padahal, bila tubuh lelah maka konsentrasi juga hilang. Begitu pun dengan kemampuan reflek saat bermanuver atau mengoperasikan perangkat kendaraan," terang Adi.
Bila hal itu terjadi, maka risiko kecelakaan juga mengintai Anda.
4. Terpancing provokasi pengguna jalan lain
Satu hal yang kerap terjadi dan tanpa disadari pengendara adalah emosi yang tersulut manakala ada kendaraan atau pengguna jalan lain yang tidak mengindahkan etika berkendara di jalan. Menyerobot jalur, membunyikan klakson, memacu kendaraan seenaknya, hingga menimbulkan suara bising.
Provokasi juga bisa berupa memacu kendaraan agar cepat sampai tujuan. "Sebaiknya Anda tidak terpancing untuk ikut-ikutan memacu motor bilamana pengendara sekeliling Anda tiba-tiba memacu kendaraan mereka," saran Adi.
Sebaiknya Anda tetap waspada dengan mengukur kondisi motor dan kekuatan fisik Anda. Tanamkan pada pikiran Anda bahwa ingin mencapai tempat tujuan dengan selamat dan nyaman. Buat apa Anda cepat sampai namun tubuh dan pikiran tidak sehat.
Pada sisi lain, berkendara yang tergesa-gesa karena terpancing oleh pengendara lain akan mengurangi kewaspadaan. Tentu hal itu sangat berbahaya.
5. Terbuai dengan suasana konvoi
Kesalahan lain yang juga kerap terjadi namun tidak disadari oleh pengguna motor dalam perjalanan jarak jauh adalah memposisikan diri sebagai sebuah rombongan konvoi. Walhasil, secara tak sadar mereka beranggapan pengguna jalan atau kendaraan lain di sekelilingnya akan memperhatikan dan mengalah.
"Kondisi seperti itu terjadi secara tidak sadar, karena psikologi massa memang mudah melenakan. Karena berombongan, mereka merasa sudah aman sebab satu sama lain saling melindungi," ujar Adi.
Padahal, dalam kondisi jalanan yang ramai dengan kecepatan arus lalu lintas yang tidak bisa diperkirakan sangat sulit melakukan kontrol antar anggota rombongan. Oleh karena itu, bila Anda melakukan perjalanan secara berkelompok sebaiknya tetap waspada di setiap keadaan. Jangan terbuai keasyikan memacu sepeda motor meski layaknya sebuah konvoi.
Sebaiknya membentuk formasi saling beriringan dan menghindari formasi bersebelahan. Pastikan ada pimpinan rombongan yang berada di depan dan asisten di bagian belakang. Sebelum berangkat sepakati beberapa isyarat atau aba-aba sebagai bahasa komunikasi agar mudah koordinasi.
Semoga bermanfaat...
sumber