Bahkan Bakteri Pengurai Pun Enggan Pada Mayat Perokok
26 Agustus 2011
0
comments
Di
dalam kubur, mayat perokok akan lebih lama menyatu dengan tanah
ketimbang mayat orang yang tidak merokok. Begitulah simpulan para ahli
forensik dari University of
Wolverhampton, Inggris, yang mengadakan serangkaian penelitian untuk
menentukan secara pasti waktu kematian dalam kasus-kasus mencurigakan.
Menghitung
interval post-mortem (PMI) – waktu yang telah berlalu sejak seseorang
telah meninggal – merupakan salah satu bagian terpenting dari informasi
yang akan didirikan dari TKP, dan ini adalah salah satu yang paling
sulit untuk mencari tahu. Karena semakin lama mayat ditemukan, metode
yang selama ini digunakan semakin tidak akurat.
Terlebih
lagi, saat tubuh dimakamkan di kuburan rahasia, metode untuk menentukan
PMI bisa menjadi tidak dapat diandalkan untuk berbagai alasan:
aktivitas serangga membuahkan tanda yang menjadi kurang dari yang diharapkan, atau akan sulit untuk mengatakan apakah tubuh dipindahkan dari lokasi lain.
Christopher Rogers dari University of
Wolverhampton, Inggris, yang memimpin penelitian menyebut tiap bagian
tubuh ternyata memiliki “masa hancur” yang beragam. Dia mencontohkan
tulang rawan, karena tidak mendapatkan pasokan darah, maka akan rusak
lebih lambat dari jaringan lain.
Untuk
menguji teori ini, Rogers dan koleganya mengubur kaki babi dalam tanah
untuk mensimulasikan penguburan manusia di kuburan dangkal. Mereka
meninggalkan kaki untuk menguraikan berbagai panjang waktu hingga sampai
13 minggu.
Hasil
penelitiannya disajikan dalam Konferensi Penelitian Forensik dan
Pengajaran di Coventry, Inggris, menunjukkan bahwa tulang rawan terurai
dalam beberapa tahap yang berbeda. Yang penting, kristal mineral yang
terbentuk pada tulang rawan setelah tiga minggu dan menghilang setelah
enam minggu, memberikan cap “waktu yang jelas”.
Rogers
yakin bahwa kristal bisa membuat tulang rawan alat analisis yang
berguna dalam menentukan PMI, namun menekankan bahwa studi yang sama
perlu dilakukan dalam kondisi yang berbeda, seperti temperatur yang
berbeda dan jenis tanah, untuk memeriksa apakah hasil yang konsisten.
Dalam
studi terpisah di Nottingham Trent University, Inggris, Andrew Chick
meneliti apakah merokok mempengaruhi perhitungan PMI. Ilmuwan forensik
sering melihat serangga memakan mayat, tetapi nikotin dalam tubuh
perokok bisa mempengaruhi perilaku serangga “dan mengacaukan waktu
perkiraan kematian”.
Untuk
mengetahui lebih lanjut, Chick dan rekan-rekannya telah meletakkan tiga
babi mati di hutan. Dua dari babi telah disuntik dengan nikotin pada
tenggorokannya, untuk meniru daerah mana yang terbesar mengandung
nikotin dalam tubuh manusia dan satu lagi tanpa disuntik nikotin.
Penelitian
akan dilaksanakan selama lima tahun, tetapi tim telah menemukan
beberapa hasil awal yang menarik. Ternyata, lalat menghindari daerah
nikotin, dan ketika mereka bertelur di sana, telur-telur itu tidak
bergerombol seperti pada bagian yang lain. Bila belatung menetas, mereka
juga menghindari makan di daerah yang kaya nikotin. “Bahkan kumbang pun
menjauh,” ujarnya, seraya menambahkan hasil ini berarti bahwa tubuh
perokok mungkin lebih lambat membusuk dibandingkan non-perokok.
“Jika
percobaan ulang mendukung temuan ini, ilmuwan forensik akan perlu untuk
membedakan antara tubuh orang yang merokok dan mereka yang tidak, ”
kata Chick.
Ia
menambahkan, bahan kimia lainnya dapat mengakibatkan hal yang sama
juga. “Ada bukti dalam literatur obat-obatan ilegal yang memiliki
pengaruh terhadap cara tubuh membusuk: kokain, misalnya, memperbesar ukuran belatung.”
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5233175