Selain Doyan Bangkai, Sumanto Asal Medan ini Juga Doyan Kotoran Manusia
23 Agustus 2011
0
comments
Pak Musik Alias Wak Balon “Sumanto Asal Medan” punya kelainan aneh
,suka makan bangkai dan kotoran manusia, ingin makan bangkai manusia
namun takut di pidana.
Berbeda dengan Sumanto yang suka memakan
tubuh manusia yang telah meninggal, Lagu Singgarimbun alias Pak Musik
alias wak Balon sumber (52) ‘hanya’ hobi memakan bangkai hewan dan
kotoran manusia. Warga Langkat, Sumut, tepatnya
dari Dusun Sepirak, Desa Besadi, Kecamatan Kuala itu mengaku sudah 28
tahun menjalani hidup aneh itu. Dia mengaku, setidaknya dalam dua hari
sekali, dia menyantap bangkai.
Rupanya warga di sekitaran itu telah
lama mengetahui kelakuan aneh Pak Musik. Dikutip dari sebuah media dari
Medan yang bertandang ke rumahnya. Semula, dia sedang asyik duduk
menyandar di dinding warung dekt rumahnya, sambil menyulut rokok. Dia
tidak mengenakan baju dan hanya memakai kain sarung warna hijau. Setelah
memperkenalkan diri dan memberitahu maksud kedatangan Pos Metro Medan,
ayah lima orang anak inipun sempat terdiam sejenak namun belakangan
mengajak tamunya ke ke rumahnya.
“Ya udah. Kita ke rumah aja biar enak
ceritanya,” katanya sambil beranjak dari duduk. “Beginilah rumah kita.
Di dalam dan di luar, sama aja,” ujar Pak Musik berbasa-basi sambil
mengembangkan tikar plastik di teras. Setelah mempersilahkan duduk,
sesekali dia menatap tajam ke arah wartawan ini. “Kalau masalah itu,
barusan saja saya makan bangkai dipingir sungai, ini tangan saya masih
berbekas (maksudnya bekas bangkai-red),” ungkapnya sambil membuka
telapak tangan kanannya.
Meski rutin mengkonsumsi bangkai ternak
atau binatang, tapi Pak Musik mengaku tidak pernah ada masalah dengan
kesehatannya. Bahkan menurutnya, bangkai yang disantapnya merupakan obat
bagi tubuhnya. “Selama saya memakan bangkai itu, tak pernah sekalipun
perut saya sakit. Artinya kesehatan saya tidak pernah terganggu, begitu
juga ketika memakan kotoran manusia, saya tetap sehat-sehat aja, malah
bertambah sehat rasanya,” ujarnya enteng.
Dia mengaku bangkai hewan apa saja yang
pernah disantapnya, mulai dari bangkai ayam, ikan busuk dan
bangkai-bangkai hewan lainya. “Kalau saya sebutkan satu satu, mungkin
terlalu banyak,” ujarnya. Tapi yang pasti, lanjutnya, yang sering
disantap bangkai ayam yang sudah banyak belatungnya. “Rasanya enak kok
kalau dimakan pakai nasi,” jelas Pak Musik seraya mengaku terkadang
memakan ayam bangkai tadi dengan bulu-bulunya.”
Dia sendiri mengakui kebiasan unik itu
tergolong aneh. Karenanya, saat memakan bangkai dan kotoran manusia,
tapi tak sekalipun dilakukannya di hadapan orang, termasuk anggota
keluarganya. Katanya, kasihan sama anak dan istri saya, yang bisa tidak
bisa makan lantaran melihat adegan itu. Saat makan bangkai atau kotoran
manusia, dilakukan di pinggir sungai atau kebun agar tidak dilihat oleh
mereka. Dikatakan, bangkai-bangkai biasanya disantap dengan nasi putih.
Dia tampak keberatan saat ditanya latar
belakang yang membuatnya berperilaku aneh itu. Sambil membetulkan letak
kainnya, ia mengatakan, “Nggak usah cerita masa lalu saya. Karena yang
ingin diketahui, kan cuma saya makan bangkai. Kan itu saja?” dia sempat
bekerja layaknya orang-orang normal lainnya. Namun menarik nya , dia mau
membuka cerita masa lalu setelah di desak.
Pria yang telah separuh beruban ini,
pernah menjadi pekerja seorang penguasa sukses yang punya puluhan
angkutan umum. Cerita dia, pada suatu hari, ada sebuah barang berharga
milik si pengusaha diklaim hilang. Tanpa punya dasar dan bukti yang
kuat, Pak Musik dicurigai sebagai pelakunya. Kecurigaan pengusaha itu,
karena mendengar bisikan rekannya yang kaya. Padahal belakangan
diketahui, rekannya itulah yang sebenarnya mencuri barang berharga
tersebut. Meski dia sudah bersumpah berulang kali, tuduhan tetap idak
berubah.
Dia bahkan sudah memberitahukan kepada
si pengusaha bahwa pencurinya adalah empat orang yang sebelumnya
dianggap Pak Musik sebagai sahabat baiknya. Tapi pengusaha itu tidak
yakin atas pengakuan Pak Musik. Alasannya, orang yang dituduhkan tadi
banyak duit. “Sejak saat itu, saya berhenti bekerja,’ ceritanya.
Namun, selang beberapa bulan kemudian,
Pak Musik dipanggil lagi oleh si pengusaha yang megaku telah mengetahui
siapa sebenarnya orang yang mencuri asetnya. Karena sudah telanjur sakit
hati, Pak Musik tidak mau lagi bekerja. Terlebih, “saya ingat betul
dengan kata-kata sohib si pengusaha yang mengatakan, saya orang miskin
tidak ada gunanya hidup kalau tidak punya ilmu.’
Terngiang kalimat sahabatnya itulah, Pak
Musik berjanji dalam hati, suatu hari nanti, dia akan berguna bagi
orang lain. Sewaktu mengucapkan ikrar itu, di situlah Pak Musik
mengambil sepotong daging ayam goreng yang telah busuk lalu memakannya.
Sejak saat itu, memakan daging busuk atau bangkai, tak lagi menjadi
masalah baginya. “Kalau makan bangkai, setidaknya dua hari sekalilah,”
imbuhnya tersenyum.
Pria yang hanya sekolah hingga kelas 3
SD itu pun cerita, kampung orang tuanya di Kuta Buluh Semole, Tanah
Karo, sedangkan Pak Musik sendiri kelahiran Padang Bulan, Medan. dia
anak kelima dari delapan bersaudara. Sejak tidak bersekolah lagi, Pak
Musik hidup dan dibesarkan dari satu kampung ke kampung lainnya. Bahkan
mulai hidup berpindah-pindah dari kota yang satu ke kota lain.
[ sumber : pos metro medan ]