Chen She Chu, Pedagang Sayur Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia
6 September 2011
0
comments
"Apa itu majalah Time? Saya tidak pernah tahu," ujar Chen saat diwawancarai Central News Agency di kiosnya. Dia bahkan mengaku malu saat diberi tahu bahwa majalah bergengsi Amerika Serikat (AS) itu memasukkannya dalam daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di dunia.
Ia sejajar dengan mantan Presiden AS Bill Clinton, reformis Iran Mir-Hossein Moussavi dan bintang film laga Jet Li. "Ini membuat saya malu. Tapi, terima kasih atas perhatian Anda semua," lanjutnya.
Dalam
esai yang dia tulis tentang Chen untuk Time edisi Kamis lalu, sutradara
Brokeback Mountain Ang Lee menyatakan kagum pada kesederhanaan
perempuan berambut sebahu tersebut. "Ini bukan tentang sesuatu yang luar
biasa.
Tapi, justru tentang kesederhanaan dan kemurahan hatinya," ungkap pria berdarah Amerika-Taiwan tersebut. Sebab, meski tidak bergelimang harta dan kemewahan, Chen selalu menyempatkan beramal.
"Uang menjadi berguna hanya jika berada di tangan orang yang membutuhkannya," tandas Chen. Karena itu, tidak heran jika selama 17 tahun terakhir dia menyumbangkan tidak kurang dari USD 320.000 (sekitar Rp 2,8 miliar) ke yayasan-yayasan sosial.
Termasuk donasi untuk yayasan anak-anak dan panti asuhan yang besarnya masing-masing USD 32.000 (sekitar Rp 288,3 juta). Juga sumbangan senilai USD 144.000 (sekitar Rp 1,29 miliar) untuk perpustakaan sekolahnya dulu.
Namun, Chen menolak disebut sebagai dermawan. "Saya tidak pernah memberikan donasi yang nilai nominalnya sangat besar," tandasnya, seperti dilansir Agence France-Presse, kemarin. Pekerja keras yang memiliki tiga anak angkat itu juga enggan bercerita banyak soal sumbangan-sumbangannya ke yayasan sosial.
Sebab, menurut dia, amal yang dia berikan bukan untuk dipublikasikan. "Apalagi, ini juga bukan bagian dari kompetisi," imbuh Chen.
Perempuan yang tidak tamat sekolah dasar karena kesulitan biaya itu menekuni bisnis sayur-mayur di Pasar Taitung sejak berusia 13 tahun. Awalnya, dia hanya membantu orangtuanya yang memang pedagang sayur di sana. Kini, dialah yang mengelola kios sayur tersebut.
Selama hampir lima dekade, Chen menjadi pedagang sayur dengan jam terbang paling tinggi. Sebab, tiap hari, kiosnya lah yang buka paling pagi dan tutup paling sore.
"Mengagumkan. Tapi, di atas semua (donasi) yang sudah dia berikan itu, keteladanan lah yang menjadi sumbangan terbesarnya," terang Time dalam pernyataan resminya tentang Chen. Sosok rendah hati itu berambisi memberikan pendidikan serta makanan dan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.
Karena itu, wajar jika Time mencatatkan nama Chen dalam kategori pahlawan. Maret lalu, Chen juga dinobatkan sebagai satu dari 48 pahlawan amal Asia oleh majalah Forbes.
Tapi, justru tentang kesederhanaan dan kemurahan hatinya," ungkap pria berdarah Amerika-Taiwan tersebut. Sebab, meski tidak bergelimang harta dan kemewahan, Chen selalu menyempatkan beramal.
"Uang menjadi berguna hanya jika berada di tangan orang yang membutuhkannya," tandas Chen. Karena itu, tidak heran jika selama 17 tahun terakhir dia menyumbangkan tidak kurang dari USD 320.000 (sekitar Rp 2,8 miliar) ke yayasan-yayasan sosial.
Termasuk donasi untuk yayasan anak-anak dan panti asuhan yang besarnya masing-masing USD 32.000 (sekitar Rp 288,3 juta). Juga sumbangan senilai USD 144.000 (sekitar Rp 1,29 miliar) untuk perpustakaan sekolahnya dulu.
Namun, Chen menolak disebut sebagai dermawan. "Saya tidak pernah memberikan donasi yang nilai nominalnya sangat besar," tandasnya, seperti dilansir Agence France-Presse, kemarin. Pekerja keras yang memiliki tiga anak angkat itu juga enggan bercerita banyak soal sumbangan-sumbangannya ke yayasan sosial.
Sebab, menurut dia, amal yang dia berikan bukan untuk dipublikasikan. "Apalagi, ini juga bukan bagian dari kompetisi," imbuh Chen.
Perempuan yang tidak tamat sekolah dasar karena kesulitan biaya itu menekuni bisnis sayur-mayur di Pasar Taitung sejak berusia 13 tahun. Awalnya, dia hanya membantu orangtuanya yang memang pedagang sayur di sana. Kini, dialah yang mengelola kios sayur tersebut.
Selama hampir lima dekade, Chen menjadi pedagang sayur dengan jam terbang paling tinggi. Sebab, tiap hari, kiosnya lah yang buka paling pagi dan tutup paling sore.
"Mengagumkan. Tapi, di atas semua (donasi) yang sudah dia berikan itu, keteladanan lah yang menjadi sumbangan terbesarnya," terang Time dalam pernyataan resminya tentang Chen. Sosok rendah hati itu berambisi memberikan pendidikan serta makanan dan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.
Karena itu, wajar jika Time mencatatkan nama Chen dalam kategori pahlawan. Maret lalu, Chen juga dinobatkan sebagai satu dari 48 pahlawan amal Asia oleh majalah Forbes.
Sumber
:
http://suaramedia.com/ekonomi-bisnis/strategi-bisnis/35369-chen-pedagang-sayur-yang-sejajar-dengan-bill-clinton-a-jet-li.html