Kisah Eka Tjipta, Taipan Terkaya Kedua RI
24 Februari 2012
0
comments
Pemilik Grup Sinarmas ini memiliki kekayaan US$ 4 miliar atau sekitar Rp 36 triliun. |
Majalah Globe Asia kembali mengumumkan daftar orang terkaya di Indonesia pada Senin 31 Mei 2010. Urutan pertama masih dipegang oleh bos Grup Djarum, Budi Hartono. Taipan kawakan Eka Tjipta Widjaja berada di peringkat kedua dari 10 orang terkaya Indonesia. Dia adalah pengendali Grup Sinarmas yang memiliki kekayaan US$ 4 miliar atau sekitar Rp 36 triliun.
Eka Tjipta adalah salah satu pengusaha yang besar di jaman Orde Baru, sempat meredup saat krisis dan sekarang bangkit kembali. Di jajaran orang kaya dunia versi majalah Forbes 2010, Eka Tjipta tidak masuk daftar tujuh wakil Indonesia. Namun, namanya masuk dalam jajaran orang kaya Indonesia versi majalah Globe Asia 2010.
Usaha Grup Sinar Mas menggurita dari bubur kertas hingga ke perkebunan. Eka Tjipta mengendalikan usahanya melalui empat grup, yaitu Asia Pulp & Paper Group, PT Sinar Mas Multi Artha Tbk, Asia Food & Properties Limited, dan PT Smart Tbk. Selain itu, Eka Tjipta juga memiliki yayasan sosial, Eka Tjipta Foundation.
Eka Tjipta dilahirkan dari keluarga miskin di Coan Ciu, Hokian, pada 3 Oktober 1923. Pada 1931 dia migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam wawancara dengan tim Eka Tjipta Foundation, dia mengaku hidup dari keluarga susah. Setiap hari hanya bisa makam bubur dan ubi. "Karena keadaan yang sulit ini, saya tidak bisa menyelesaikan pendidikan sekolah dasar," katanya.
Dia mengaku harus membantu ayahnya berdagang kelontong. Sejak usia sembilan tahun, berbekal sepeda dan barang eceran dari toko milik ayahnya, ia menjual barang-barang makanan dari pintu ke pintu.
Beberapa tahun kemudian, Eka Tjipta mengatakan, saudaranya menawarkan bantuan menyelesaikan sekolahnya. Tetapi saat itu tentara Jepang mulai masuk dan menjajah Indonesia. Karena itu, dia masih belum bisa meneruskan pendidikan. Sampai umur 12, Eka Tjipta baru bisa mulai meneruskan kembali pendidikan sekolah dasarnya.
"Boleh dibilang bahwa modal saya saat itu hanya ijazah SD, saya tidak punya uang untuk modal dagang," katanya.
Pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan, saat itu masih banyak jalan-jalan yang sulit dilewati sepeda. "Jadi tidak jarang saya terpaksa memikul sepeda," katanya.
Ia juga mengaku berbagai pekerjaan pernak dilakoni, termasuk kerja non-stop selama 26 jam tanpa tidur. "Tapi menurut saya kesulitan apa pun yang kita hadapi, asal kita punya keinginan untuk berjuang, pasti semua bisa diatasi," katanya.
Kini Eka Tjipta telah menjadi taipan sukses yang memiliki lebih dari 200 perusahaan dengan ratusan ribu karyawan. Menurut dia, bila satu orang menanggung beban hidup satu keluarga dengan tiga anggota lain, 1 juta lebih penduduk bergantung kepada Sinar Mas.
"Angka ini relatif kecil dibandingkan total keseluruhan penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta jiwa," katanya. Bahkan, kata dia, sepuluh perusahaan seperti Sinar Mas pun belum cukup untuk menghidupi penduduk Indonesia.
"Kita semua harus saling giat dan saling membantu untuk memecahkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya," tambah Eka.
Berikut sejarah singkat Eka Tjipta Widjaja, seperti dikutip dari laman Eka Tjipta Foundation:
3 Oktober 1923
Eka Tjipta dilahirkan di Hokian, China.
1931
Eka Tjipta hijrah ke Makasar
1932
Pada usia 9 tahun, ia mencoba berdagang dari pintu ke pintu, dan menjajakan produk toko eceran milik orangtuanya.
1938-1941
Usia 15 tahun jiwa entrepreneurship Eka Tjipta semakin tumbuh. Bermodalkan jaminan ijazah SD, ia berdagang kecil-kecilan, seperti biskuit dan permen.
1942-1945
Berdagang barang bekas sisa peledakan pelabuhan semen oleh tentara Belanda. Lalu berkembang menjadi pemborong rumah. Ia mulai menggeluti bisnis minyak kelapa dengan bermodalkan 4.000 kaleng minyak kelapa. Namun bisnis ini gagal karena peraturan monopoli perdagangan minyak oleh tentara Jepang. Eka juga melirik bisnis terigu, dan akhirnya beralih ke industri rumahan kembang gula. Hasil keuntungan dikumpulkan untuk investasi tanah.
1945–1949
Usaha grosir produk makanan dan sebagai rekanan CIAD (Corps Intendans Angkatan Darat/TNI)
1950–1955
Pedagang kopra, bahan baku minyak kelapa.
1957
Berdagang hasil bumi, dari Surabaya dijual ke Manado, dari Manado menjual kopra dan buah pala ke Makassar. Pada Juni 1957 ia memiliki 4.000 ton kopra
1960
Hijrah ke Surabaya. Eka memiliki kebun kopi dan kebun karet di Jember, pabrik minyak kelapa dan penggilingan padi di Ciluas, Serang. Namun perusahaan merugi, perusahaan dijual separuh harga. Lalu dia mendirikan CV Sinar Mas yang melakukan ekspor hasil bumi dan impor tekstil.
Lalu ia mendirikan PT Tjiwi Kimia yang bergerak di bidang bahan kimia, yang kemudian berkembang menjadi pabrik kertas mendirikan pabrik bubur kertas PT Indah Kiat Pulp & Papaer di Tangerang. Berikutnya, ia mendirikan perkebunan kelapa sawit melalui PT Smart, serta pernah memiliki Bank International Indonesia (BII). Saat ini Sinarmas Grup mengoperasikan Bank Sinarmas (sebelumnya bernama Bank Shinta).