Sejarah Ahmadiyah dan Kontroversi Aqidah
2 Februari 2012
0
comments
Riwayat Awal
Ahmadiyah
merupakan sekte atau gerakan sempalan dalam Islam yang menggeliat di
awal abad 20, tepatnya pada 1889, di mana lahir Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Akarnya adalah sebagian keyakinan bahwa akhir zaman telah tiba, dan
pembawa gerakan ini Mirza Ghulam Ahmad merupakan orang yang terpilih
sebagai Messiah atau dalam keyakinan Islam disebut sebagai Al-Mahdi yang akan menuntun umat manusia kepada Islam sebenarnya.
Ajaran yang mengambil
Islam Sunni sebagai rujukan ini berkembang di Inggris, tentu saja berkat
kebijakan kolonialis Inggris di tanah Hindustan, yang tidak begitu
mencampuri urusan Agama dan keyakinan. Faktanya, pada masa itu, umat Islam di tanah Hindustan lebih memperhatikan bagaimana hubungan antara kaum Muslim dan Hindu, setelah kerajaan Mughal sebagai kerajaan Islam terakhir di India jatuh di bawah kaki Inggris.
Pada babakan berikutnya, jamaah Ahmadiyah terbagi dalam dua kepemimpinan. Yakni Jamaah Ahmadiyah di Qodyan, dan
Jamaah Ahmadiyah di Lahore. Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar
dari keduanya. Namun yang lebih prinsipil, jemaah Lahore tidak mengakui
Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, melainkan sebagai pembaharu saja.
Berkembang di Tengah Ketidakpastian
Faktor
lain yang menumbuhkembangkankan gerakan Ahmadiyah adalah jatuhnya
kekhalifahan Usmaniyah. Kemudian, diikuti dengan dikuasainya Ka’bah di
Mekkah oleh keluarga Saud yang menginduk gerakan Islam Wahabbi.
Selain itu, terdapat gerakan pembaharuan pan-Islamisme
yang dibawakan oleh Jamaludin Al Afghani menegaskan bahwa Islam tidak
harus berbentuk Kekhalifahan, sehingga muslim di dunia berhak membangun
negara atau bangsanya sendiri. Maka di penjuru bumi muncullah gerakan
Islam serupa yang membawa jenis pemimpin rohani yang bermacam-macam bentuknya, dari Salafi, Mujadidi, Tarikat, Sufi, dsb.
Situasi umat Islam sangat tidak
jelas. Harus menginduk ke mana? Harus mengacu kepada siapa? Karena
itulah ketika Mirja Ghulam Ahmad mengakui bahwa dirinya adalah salah
seorang pembaharu Islam, hal ini sangat menarik bagi umat muslim
Hindustan yang membutuhkan kepastian kepemimpinan rohani.
Ajaran Mirza Ghulam Ahmad
mendapat tempat, karena memang situasi umat Islam pascaruntuhnya
kekhalifahan terakhir begitu menderita di tengah kolonialisme barat.
Bagi umat Islam pengikut Mirza Ghulam Ahmad, kondisi dunia seolah
mendekati kiamat. Maka tidak heran ajaran Ahmadiyah tumbuh pesat. Saat
ini di Pakistan saja pengikutnya berjumlah 4 juta Jiwa. Dan secara keseluruhan di dunia jumlah pengikutnya mencapai 150 juta orang.
Kontroversi Aqidah
Sisi
kontroversial dari keyakinan yang dibawa oleh pembaharuan gerakan
Ahmadiyah adalah status dari Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Dirinya
mengakui mendapatkan nubuwat atau ilham kenabian. Padahal Islam menolak
Nabi dan Rasul lain setelah Muhammad SAW.
Selain itu, terdapat
beberapa perbedaan mencolok dari keyakinan Islam secara umum, yang
berkaitan dengan masalah nubuwat mengenai kiamat, dan beberapa permasalahan dasar Aqidah, yang bagi umat Islam sudah final tidak bisa diutak-atik lagi.
Bersamaan dengan
kontroversi itu. Adalah rentetan kekerasan atas nama Agama di seluruh
penjuru dunia. Karena bagi umat Islam mainstream, apa yang dilakukan
oleh Ahmadiyah merupakan penodaan terhadap kesucian Islam. Tidak heran
umat Islam mengabaikan sumbangsih yang telah diberikan oleh pengikut
Ahmadiyah, dan menyebutnya sebagai sumbangsih dari nonmuslim.
Saat Ini
Memasuki tahun-tahun awal millenium, ajaran mengenai hari akhir masih laku dijual. Bahkan, film tentang
kiamat dengan spesial efek yang hebat: 2012 dikerumuni antrean
penonton. Ini bisa dikategorikan bahwa ajaran Ahmadiyah masih bisa
bertahan hidup dan semakin banyak pengikutnya. Walaupun, tidak semua kalangan mengindikasikannya demikian.
Ajaran Ahmadiyah ini ditolak di banyak negara Muslim, termasuk di Indonesia. Tetapi, dengan lindungan kebebasan dan
humanisme yang modern, aksi menghalangi peribadatan Ahmadiyah, bisa
dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.