Gadis Ini Hidup dengan Usus Bocor Selama 7 Tahun
9 November 2012
0
comments
PUJI UTAMI
Yuni Astuti (15) warga Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung
yang harus bertahan selama 7 tahun dengan kondisi usus bocor yang saat
ini dirawat di RS St Elisabeth Semarang, Jumat (9/11/2012).
SEMARANG, -
Yuni Astuti (15), perempuan asal Kecamatan Pringsurat, Kabupaten
Temanggung harus menghabiskan masa remajanya terbaring di tempat tidur.
Remaja ini menderita usus bocor selama kurang lebih 7 tahun.
Kini,
Yuni yang ditemani ibunya, Sumiayem (40), dirawat di Ruang Theresia 1
RS St Elisabeth Semarang. Sumiayem mengatakan, kelainan pada usus
besar putrinya tersebut sudah dialami sejak usia 8 tahun. Ketika itu,
gadis kelahiran 1 Juni 1997 merasakan sering sakit perut, susah buang
angin dan susah buang air besar.
Ia kemudian membawa putri
pertamanya itu ke salah satu rumah sakit di Yogyakarta. Ia mengatakan,
di rumah sakit tersebut putrinya kemudian dioperasi hingga dua kali
karena pada operasi pertama dinyatakan gagal. "Katanya ususnya bocor,
lalu mondok 4 bulan, tapi karena tidak ada biaya, saya bawa pulang untuk
dirawat di rumah," katanya, Jumat (9/11/2012).
Dengan penyakitnya
itu, Yuni pun terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya. Sebab ia tidak
leluasa untuk bergerak. "Untuk bergerak masih terbatas, makan harus makanan halus. Dan kalau buang air besar, ya keluarnya lewat perut, dari sela-sela jahitan," jelasnya.
Keinginan
Yuni untuk bisa sekolah tetap tinggi, sebab itu saat disarankan untuk
kembali dirawat, ia pun menyanggupinya. Sejak kurang lebih 11 hari, Yuni
sudah menjalani perawatan di RS St Elisabeth, Semarang. Yuni yang
bercita-cita menjadi guru ini mengaku masih tetap belajar dan membaca buku meski tidak sekolah.
Saat
ini di perut Yuni telah terpasang kolostomi, yakni sebuah prosedur
bedah untuk membuat pembukaan di antara usus besar dan bagian luar perut
untuk memungkinkan pengosongan tinja ke dalam kantung penampung atau
biasa disebut anus buatan. Setidaknya hal itu sedikit memberi harapan
bagi Yuni, meski ibunya mengaku masih kesulitan biaya karena sang ayah,
Harto (48) hanya bekerja sebagai buruh.
"Saya hanya berharap anak saya bisa sembuh seperti sediakala, dan bisa sekolah lagi seperti teman-temannya," ujarnya lirih.
Kepala
Humas RS St Elisabeth Semarang, Probowatie mengatakan saat ini pasien
sudah ditangani secara intensif oleh dokter. Pihaknya juga sudah
menyiapkan tim dokter untuk menangani Yuni. "Yang jelas, pasien sudah
diterima di rumah sakit dan pasti kami rawat semaksimal mungkin,"
katanya.