Ternyata "Super Trap", Saat Reality Show Nggak Asyik dan Cuma Rekayasa

Posted by Unknown 11 Desember 2012 0 comments

SUPERTRAP2
Super Trap episode toilet umum. (dok.ist.)




















AWAL Juni 2004. Edisi cetak tabloid ini menurunkan liputan mendalam yang diberi tajuk “Reality Show Mulai Nggak Asyik”.
Kala itu, pemicunya adalah tayangan reality show Mbikin Orang Panik (MOP) di RCTI. Di episode yang tayang Rabu sore, 26 Mei 2004, terdapat 5 polisi dari Polsek Metro Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengerjai seorang mahasiswa bernama Piko.
Di tas Piko ditemukan narkoba oleh polisi. Piko lantas digelandang ke kantor polisi lalu diinterogasi penuh intimidasi. Tentu saja kemudian Piko diberitahu bahwa ia telah dikerjai.
Nah, tayangan itu berbuntut masalah. Polisi yang muncul di reality show itu dianggap melanggar kode etik dan oknum polisi yang terlibat di acara itu disidang. Hasilnya, satu polisi dipecat, yang lain dimutasi. Sementara itu, RCTI menghentikan acara MOP.
Waktu itu, MOP bukan satu-satunya reality show yang yang bermasalah. Pada bulan Mei yang sama, salah satu episode H2C (Harap-harap Cemas) di SCTV membuat korbannya naik pitam sampai mendongkan pistol dan minta kaset rekaman pada juru kamera, lalu merusaknya. Anda juga mungkin ingat, berjarak tak jauh dari waktu tayangan itu, Playboy Kabel (RCTI) pernah menjebak seorang korban untuk akhirnya mengaku sebagai gay.
Pada pertengahan 2000-an itu, reality show memang sedang tren. Sebagai genre baru, format acara ini masih mencari adonan yang pas. Stasiun TV dan rumah produksi berlomba mencetuskan gagasan paling hebat, unik, heboh, dan sensasional. Dalam proses trial and error tersebut terjadilah pelanggaran etika, menayangkan yang tidak pantas. Yang kelewat batas akhirnya menerima ganjarannya.
Lantas, kita menginjak akhir dekade 2000-an. Pada 2009, acara Termehek Mehek di Trans Tv begitu digandrungi penonton dan melahirkan epigon macam Realigi, Main Hati, Orang Ketiga, Hari yang Aneh, dan macam-macam lagi. Format semua acara itu umumnya sama, mengulik kehidupan orang biasa dan persoalannya (membongkar perselingkuhan hingga mencari kerabat yang hilang) di layar kaca.
Dalam artikel edisi cetak tabloid ini edisi 941 (Mei 2009) berjudul “Eksploitasi Marah-marah di Televisi Makin Menjadi” menyoroti fenomena itu, mengutip seorang psikolog, acara reality show macam Termehek Mehek digemari lantaran “masyarakat merasa senang ketika melihat ada orang lain yang memiliki problematika hidup yang lebih berat daripada mereka.”
Benarkah demikian? Mungkin saja. Tapi, faktanya, lama-lama kita meninggalkan acara semacam Termehek Mehek. Terutama, saya menduga, karena pada akhirnya kita tahu acara semacam itu hanya rekayasa. Subjek di reality show itu hanya talent alias artis amatir yang dibayar memerankan tokoh. Pada titik ini, reality show mengingkari hakikatnya sebagai tayangan realitas. Karena merasa dibohongi, kita lalu meninggalkannya.
Nah, sekarang kita tahu, setidaknya, satu episode Super Trap, acara ngerjain orang lalu menayangkannnya sebagai tontonan di Trans TV, ternyata rekayasa. Itu pun kita tahu setelah episode toilet umum dengan kamera tersembunyi dipasang di dalam toilet, dan dengan demikian memperlihatkan gambar orang buang hajat, diakui pihak Trans Tv sebagai rekayasa. Para korbannya ternyata cuma para talent. Bukan orang yang sedang sial kebetulan mereka kerjai.
Ini berarti Trans TV melakukan dua pelanggaran sekaligus: menayangkan adegan tak pantas dan juga membohongi publik dengan merekayasa reality show-nya.
Saya berpikir, merekayasa reality show ini apa langkah pembelajaran TV agar tak bermain-main dengan realitas yang berpotensi mengundang masalah macam MOP bertahun-tahun lampau? Jadi, daripada mengerjai orang betulan yang berujung dituntut secara hukum, mending bikin acara rekayasa mengerjai orang?
Jika pertanyaan di atas jawabannya benar, amat disayangkan. Yang bisa kita lakukan sebagai penonton jangan mau dibohongi acara macam begini. Kita sudah meninggalkan Termehek Mehek dan kita juga bisa melakukan hal serupa berkali-kali lagi.
Dan, ah, tidakkah acara ngerjain orang ini so last decade? Di luar sana reality show yang berkembang melahirkan bintang-bintang macam Kim Kardashian sekeluarga atau Real Housewives tentang realitas keluarga urban kelas menengah atas. Bukannya saya menusulkan kita punya tayangan sejenis, tapi kultur TV kita rupanya belum sampai sana dan bikin acara yang cari mudahnya saja.

*Tulisan ini pandangan pribadi.
~Source~
Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

Jangan Lupa Bermurah Hati Memberikan Sepatah Dua Kata di Komentar Ya !!!

Blog Archive

Label

Adsense (4) ANeH Euy (4497) AntiVirus (33) BerBloG RiA (213) BerDownload Ria (233) Berita (4584) Bola (213) Cerita (2007) Cybercrime (27) Entertainment (1630) Fashion (303) Fenomenal (1254) Film (470) Forum (11) Gadget (363) Gambar (3461) Games (167) Hot Celebs (355) Internet (504) Justin Bieber (61) Kesehatan (941) Kriminal (427) Lucu (1042) Misterius (1055) Musik (487) Ngegosip Nih (1232) Olahragara Yuk (911) Otomotif Nih (409) Sains (853) Sejarah (921) Seksologi (145) Serba-Serbi (4392) Teknologi (1165) Tentang Admin (7) Tips (1481) TV Online (2) Unik (632) Video (1457) Wisata (348) Zodiak (31)