Lionel Messi, Maestro yang 'Kesepian'
18 Juli 2011
0
comments
Messi, siapa pun tak ragu akan kehebatannya. Namun ia tak pernah bisa mengangkat prestasi Argentina. Kemarin Messi kembali gagal membawa negaranya menjuarai Copa America. Argentina disingkirkan Uruguay pada babak perempat final Copa America di Stadion Brigadier General Estanislao Lopez, Santa Fe, Argentina, kemarin. Wajah Messi tampak sedih setelah Argentina dikalahkan Uruguay 4-5 lewat adu penalti setelah kedua tim bermain 1-1. Carlos Tevez jadi kunci kegagalan tim Tango setelah bola tendangannya dibendung kiper Uruguay, Fernando Muslera.
Argentina gagal mengakhiri paceklik gelar selama 18 tahun di turnamen itu. Hasil ini sekaligus memperpanjang kegagalan Messi di tim nasional. Sejak melakukan debut di tim nasional senior pada Agustus 2005, Messi terus dikritik karena dianggap tak pernah mampu memberi penampilan terbaik. Selama enam tahun, dia cuma menyumbangkan 17 gol dan 17 umpan dalam 60 laga serta belum satu pun gelar juara bisa diberikan untuk Albiceleste.
Padahal, saat bermain di klub, Messi terus tampil luar biasa. Selama enam tahun dia telah mencetak 180 gol dan 73 umpan. Di Barcelona, musim lalu pemain berjulukan Si Kutu ini menyumbangkan 53 gol dan 24 assist dalam 55 laga untuk mengantar klub itu merebut trofi Liga Spanyol dan Liga Champions.
Suporter tak puas melihat kondisi bertolak belakang itu. Setelah Argentina ditahan Kolombia (0-0) dalam laga kedua turnamen ini, penonton pun mengejeknya. Messi kemudian sempat bangkit dan menyumbangkan dua assist saat Argentina merebut tiket perempat final dengan menekuk Kosta Rika 3-0. Sayang, kecemerlangan serupa tak bisa dia ulang saat melawan Uruguay. Satu-satunya umpan pemain ini hanya bisa mengantar Gonzalo Higuain menyamakan skor menjadi 1-1.
Mengapa Messi tak bisa tampil secemerlang di Barca? Ia punya jawabannya. "Membandingkan Argentina dengan Barcelona adalah salah," kata pemain 24 tahun itu sebelum laga melawan Uruguay. "Di sini kami belum lama bekerja bersama, tak seperti di Barcelona."
Presiden Asosiasi Sepak Bola Argentina Julio Grondona menyebutkan faktor lain. "Messi selalu bermain bagus. Ia tak pernah tampil buruk. Pemain lain di sekitarnyalah yang bermasalah," katanya. "Ketika bola tak mencapainya, Messi pun harus turun untuk menjemputnya."
Ya, di Barcelona, Messi didukung oleh duet gelandang Xavi dan Andres Iniesta dengan umpan matang serta "daya telepati" mereka yang luar biasa. Klub Catalan itu juga memiliki bek sayap yang kreatif dan agresif membantu serangan. Di Argentina, Messi menjadi maestro yang "kesepian". Trio lini tengah Ever Banega-Javier Mascherano-Esteban Cambiasso jarang memberi ruang dan umpan matang. Alhasil, sang "pembunuh" tak bisa menunjukkan kepiawaiannya.
sumber