Mengintip segelintir Gereja di Republik Islam Iran
14 Juli 2011
0
comments
“Open
my grave when I am dead, and thou shalt see a cloud of smoke rising
out from it; then shalt thou know that the fire still burns in my dead
heart — yea, it has set my very winding-sheet alight.”
Hafiz of Shiraz (Khwaja Shams ud-Din Hafiz-i Shirazi, 1326-1390)
Ini adalah terjemahan sajak yang dipahat pada batu nisan Hafiedz di
Shiraz. Iran atau Republik Islam Iran yang juga merupakan salah satu
Negara di Timur Tengah yang belum terlalu banyak dikunjungi turis.
Tentu saja disana banyak terdapat bagunan-bangunan masjid-masjid yang
terkenal keindahannya. Namun pada cerita kali ini saya akan
menceritakan sedikit banyak tentang gereja-gereja di Republik Islam
ini.
Akhir tahun 2006 adalah kunjungan pertama kami sekeluarga ke
Islamic Republic of Iran atau Jomhuri-ye Eslmi-ye Irn. Karena itu kami
telah menghubungi travel agent lokal yang mengatur perjalanan kami
selama kurang lebih satu minggu di Tehran, Shiraz, Persepolis ,
Esfahan, Kazan, Qom dan kembali ke Tehran.
Ketika pesawat kami mendarat di Imam Khomeini Airport, pemandu
wisata dan seorang pengemudi telah menunggu kami.. Shob al khair ,
Atau selamat pagi, demikian salamnya yang menajdi kata pertama dalam
bahasa Persia yang kami mengerti. Setelah itu akan banyak lagi kata
dalam bahasa yang banyak pengaruh Arab dan juga Perancis ini,
Dalam perjalanan dari bandara ke pusat kota Tehran, kami sempat
mampir ke Imam Khomeini Shrines , yaitu maseluom pendiri Republik Islam
Iran yang cukup ramai dikunjungi penziarah.
Sesampainya di Hotel di pusat kota – yang terletak di Valiasr street
yang merupakan jalan terpanjang di timur tengah yang sepanjang lebih
19 km membelah kota Tehran menjadi dua bagian.- pemandu wisata
menjelaskan rencana perjalanan dan tempat-tempat yang akan kita
kunjungi selama di Iran. Selain museum, dan masjid-masjid ternyata di
Esfahan kita juga akan mengunjungi sebuah gereja yaitu Vank Cathedral.
Sementara di Tehran kita hanya akan mengunjungi Istana Golestan,
Sadabad , Museum Karpet serta sebuah taman di kota Tehran. Saya
akhirnya iseng bertanya apakah di Tehran ada juga gereja tua yang patut
dikunjungi. Setelah berfikir sejenak sang pemandu wisata akhir berkata
bahwa kita akan sempat mampir sejenak kesana.
Pada malam harinya kami sempat berjalan-jalan di Valiasr street dan
melihat-likat kehidupan di sini. Tentu saja disini tidak ada Mcdonald
atau pun KFC, juga semua toko hanya menerima cash dan karena mata uang
Riyal nilainya hampir sama dengan rupiah maka kalau kita bertanya harga
mereka lebih suka menyebutnya dengan Toman yaitu 10 riyal sehingga
sebuah jaket seharga 500.000 riyal akan disebut sebagai 50 ribu (Toman)
saja. Mulanya agak membingungkan namun lama-lama kita akan terbiasa.
Agama Kristen telah ada di bumi Persia bahkan sebelum Islam masuk
dan menurut literatur telah ada pada masa-masa awal kekeristenan
sendiri. Namun di Iran agama ini selalu menjadi agama minoritas baik
Zoroaster di masa lalu maupun Islam Syiah di masa kini. Jumlah
pemeluknya pun hanya kurang dari 100. 000 orang. Menurut situs resmi
kedutaan Iran di Jakarta, lebih dari 99.5 % penduduk Iran memeluk agama
Islam. Sedangkan dari 270 ribu pemeluk agama minoritas, 79 ribu
kristen, 28 ribu Zoroaster , 13 ribu Yahudi dan sisanya agama dan
kepercayaan lain.. Tentu saja sekelumit cerita tentang gereja-gereja
ini akan memberikan suatu dimensi yang lain dari kunjungan kita ke
Republik ini.
Gereja Saint Tatavous Tehran:
Setelah puas mengunjungi tempat-tempat yang wajib bagi setiap turis
di Tehran seperti, Kompleks Sadaabad, tempat Shah terakhir Iran, dimana
masih terdapat patung perunggu berupa sepasang sepatu boot saja
sementara tubuhnya telah dibuang setelah revolusi. Dan juga
tempat-tempat lain, kami diajak ke wilayah atau distrik Chaleh Meidan ,
yang merupakan salah satu distrik tertua di Tehran. Gereja ini
terletak di sebuah jalan yang disebut Jalan Armenia. Mungkin karena
terdapat gereja Armenia di sini. Menurut sang pemandu Gereja ini
merupakan salah satu gereja tertua di Tehran dan dibangun pada masa
pemerinatahan Dinasti Qajar, yaitu oleh Fathalishah. . Gereja ini
memiliki atap berbentuk kubah dan disini juga dimamkamkan orang
–orang Kristen non Iran yang kebetulan meninggal di sini termasuk
Gribaydof, duta besar Tsar Russia pada masa pemerintahan Fathalishah.
Shiraz, Kota Hafiedz yang puitis.
Setelah satu malam di Tehran kami menumpang penerbangan malam dari
Mehrabad Airport ke ibukota Propinsi Fras yaitu Shiraz. Kami naik
pesawat Tupolev 154 Iran Air, dengan logo hewan dari dunia mitologi
Iran yaitu semacam kuda yang disebut HOMA. Setibanya di Shiraz, sebuah
mobil van dengan pengemudijuga telah menunggu kami dan Van inilah yang
akan menjadi kedaraan kami seterusnya mengembara di negri ini ke
Persepolis, Esfahan, dan kemudian kembali ke Tehran.
Kota Shiraz merupakan kota kelahiran dua penyair terbesar Iran yaitu
Saadi dan Hafez. Karena itu kunjungan ke mauselum kedua pujangga tadi
menjadi keharusan disamping kunjugan ke tempat tempat lainnya. .
Ada dua Gereja yang patut dikunjungi dikunjungi di Shiraz yaitu Gereja Armenia dan Gereja St. Simon.
Gereja Armenia terletak di daerah “Sare Jouye Aramaneh” di bagian
timur kota Shiraz, yang dibagun pada masa Shah Abbas kedua. Bangunan
utama terletak di tengah-tengah taman . Interior gereja merupakan ruang
besar dengan atap yang datar dihiasi lukisan dari masa Safavid. Ini
merupakan gereja dan monument bersejarah yang cukup menarik untuk
dikunjungi di Shiraz.
Sedangkan Gereja Saint Simon memiliki arsitektur gaya Persia
sementara atapnya bergaya Romawi. Walupun tidak setua Gereja Armenia
namun cukup menarik juga untuk dikunjungi.
Esfahan
Setelah menginap duam malam di Shiraz kami melanjutkam perjalanan
kami ke Esfahan melewati Persepolis dan Pasaargad. Persepolis merupakan
komplek raksasa yang terdiri dari reruntuhan istana, pemakaman, dan
juga pusat pemerintahan kekasisaran Archameide yang di bangun pada
abad ke 5 SM. Cyrus yang Agung memulainya dan kemudian dilanjutkan oleh
Darius. Kompleks ini kemudian dihancurkan oleh Iskandar Agung padu 330
SM.
Kendaraan kami memasuki kota Esfahan di waktu senja dan keindahan
kota itu segera menghapus rasa lelah kami setelah berkendaraan dan
berwisata seharian dari Shiraz. Kota yang berusia lebih dari 2500 tahun
ini merupakan ibukota Persia dari 1598 s.d 1722.
Esfahan juga terkenal dengan sebutan Nisf-e-Jehan atau setengah
dunia sehingga bagi yang telah melihat Esfahan, berate telah
mengunjungi setengah dunia. Tidak saja, monument, air mancur, dan
gedung-gedung serta Imam Square nya yang cantik, kota ini juga
diberkahi dengan jembatan-jembatan yang indah di atas sungai
Zayandeh-Rood,. Pendek kata ini adalah kota terindah di Iran dan juga
salah satu kota terindah di dunia.
Vank Catherdral. (Kelisa e Vank)
Salah satu Gereja yang paling bersejarah di Esfahan adalah Vank Cathedral. Vank sendiri dalam bahasa Armenia berarti Gereja..
Sebelum masuk ke Kathedral kita harus membeli tiket seharga 30.000
Riyal per orang, sementara untuk warga Negara Iran hanya membayar 5000
Riyal. Tentu saja tulisan untuk orang Iran ditulis dalam Bahasa dan
angka Persia.. Karena angka Persia mirip dengan angka Arab maka kami
bisa membacanya.
Kathedral yang terbesar dan terindah di Iran ini dibangun pada masa
Shah Abbas Pertama dari Dinasti Safavid. Bagian dalamnya dihiasi
lukisan indah dengan gambar gambar malaikat dan beberpa orang suci. Di
dalam komplek katedral juga terdapat beberapa makam orang-orang
penting dalam sejarah Kristen Armeina di Iran.
Kami juga sempat mengunjungi museum yang terdapat di dalam kompleks
katedral Museum ini berisi barang-barang seni semenjak pemerintahan
Shah Abbas Pertama. Selain itu ada juga semcam peringatan untuk
pembataian orang Armenia semasa pemeritahan Dinasti Usmania pada 1917.
Esfahan masih memiliki beberapa gereja bersejarah seperti Gereja
Beit-ol Lahm (Bethlehem) di Nazar Avenue. Selain itu ada juga Gereja
Saint Mary di Jolfa Square dan Gereja Yerevan di daerah yang bernama
Yerevan.
Perlu diketahui bahwa pada masa Shah Abbas Pertama banyak sekali
imigran dari Armenia yang pindah ke Esfahan dan bermukim di Jolfa di
tepi Sungai Zayandeh Rood yang indah dan Jolfa sampai sekarang identik
dengan daerah Armenia.
Selain itu pemandu kami juga menceritakan beberapa gereja di tempat
lain yang cukup terkenal antara lain Gereja St Mary di Tabriz yang
dibangun pada abad ke 6 Hijriah yang konon pernah dijunjungi oleh
Marcopolo pada waktu pengembaraannya menuju negri Cina. Dia juga sempat
bercerita tentang Gereja St Tatavous yang disebuta juga Ghara Kelisa
atau Gereja Hitam di Ajerbaijan dan juga merupakan salah satu gereja
tertua di Iran yang masih terselamatkan oleh jaman. Di samping itu di
Ajerbaijan juga masih ada gereja St Stephanous. Mungkin tempat-tempat
yang belum sempat kami kunjungi ini bisa kami nikmati dalam kunjungan
berikut di negri ini.
Demikianlah sekelumit kisah tentang perjalanan di Iran dimana kami
juga sempat mengintip beberapa Gereja yang ada untuk memperkaya wawasan
kami tentang negri yang indah ini. Ketika kami meninggalkan negri ini
dari bandara Imam Khomeini, banyak kenangan dari keindahan negri dan
keramahan penduduknya. Yang akan terus kami simpan dalam memori.