Ade Namnung Meninggal, Kenali Tanda-Tanda Stroke & Solusinya
2 Februari 2012
0
comments
Ade Namnung & Ramon Papana (Foto: Dok pribadi)
Menurut Dr Miriam Stoppard, stroke disebut juga cerebrovascular accident (CVA) diakibatkan oleh kerusakan bagian otak karena aliran darah yang tersumbat. Aliran darah ke otak dapat terganggu akibat penyumbatan (trombosit atau embolisme) atau kebocoran (perdarahan) salah satu arteri di otak. CVA lebih sering terjadi pada pengidap darah tinggi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi.
“Orang dengan denyut jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium) juga lebih rawan terserang stroke. Setelah stroke, bagian otak yang terserang tidak lagi berfungsi dan perawatan medis darurat dibutuhkan,” ulasnya, seperti dilansir dalam bukunya berjudul “Panduan Kesehatan Keluarga”.
Apa yang terjadi?
Biasanya tidak ada tanda-tanda stroke akan terjadi, dan kalaupun ada, hanya sedikit. Penderita stroke harus cepat-cepat dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa dan ditangani agar kerusakan otak permanen dapat dicegah. Efek pasca-stroke berbeda-beda, bergantung pada letak dan tingkat kerusakan. Efeknya berkisar dari gejala sementara yang ringan, misalnya kehilangan penglihatan, sampai cacat seumur hidup atau koma dan kematian pada sebagian orang apabila stroke menyebabkan kerusakan otak yang luas. Jika gejalanya hilang dalam waktu 24 jam, kondisi ini dikenal sebagai serangan iskemik sementara (transient ischaemic attack (TIA), yang merupakan tanda peringatan stroke yang mungkin akan terjadi.
Apa penyebabnya?
- Sekitar separuh dari semua troke terjadi ketika gumpalan darah terbentuk dalam arteri otak. Proses ini disebut trombosis serubrum.
- Embolisme serubrum terjadi ketika fragmen gumpalan darah yang telah terbentuk di bagian tubuh lain, misalnya di jantung atau arteri utama di leher, terbawa dalam darah dan tersangkut di arteri yang memasok otak. Hampir sepertiga dari semua stroke disebabkan oleh embolisme serebrum.
- Perdarahan serebrum, yang menyebabkan sekitar seperlima dari semua stroke terjadi ketika arteri yang mengaliri otak pecah dan darah merembes keluar menuju otak.
Gumpalan darah yang menyebabkan trombosit serebrum dan embolisme serebrum lebih mungkin terbentuk dalam arteri yang telah rusak akibat aterosklerosis, kondisi berupa penumpukan lemak (ateroma) pada dinding arteri. Faktor-faktor yang meningkatkan ateroskleoris adalah pola makan tinggi lemak, merokok, diabetes melitus, dan peningkatan kadar kolesterol darah.
Apa risikonya?
- Risiko embolisme, trombosit, atau perdarahan serebrum meningkat akibat tekanan darah tinggi yang diperiksa dan ditangani segera.
- Embolisme serebrum mungkin merupakan komplikasi gangguan jantung seperti kelainan ritme jantung, kelainan katup jantung, dan serangan jantung yang belum lama terjadi, yang semuanya dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di jantung.
- Anemia sel bulan sabit atau abnormalitas sel darah merah, juga meningkatkan risiko trombosis serebrum karena sel darah abnormal cenderung menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.
- Kondisi yang lebih jarang terjadi adalah trombosis karena penyempitan dan arteri yang mengalir ke otak akibat peradangan dalam kelainan autoimun, misalnya poliarteritis nodosa, yaitu penyerapan jaringan tubuh yang sehat oleh sistem kekebalan tubuh itu sendiri.
Apa gejalanya?
Pada kebanyakan orang, gejala stroke berkembang cepat dalam hitungan detik atau menit. Gejala tepatnya bergantung pada daerah otak yang terserang. Gejala stroke berupa:
-Rasa lemas dan ketidakmampuan menggerakkan salah satu sisi tubuh.
- Mati rasa pada salah satu sisi tubuh.
- Tremor, kikuk, atau kehilangan kontrol gerakan halus.
- Gangguan penglihatan, misalnya satu mata yang tidak dapat melihat.
- Bicara tidak jelas.
-Kesulitan menemukan kata-kata dan memahami omongan orang lain.
-Muntah-muntah, vertigo, dan kesulitan menjaga keseimbangan.
-Stroke berat dapat menyebabkan penderita tidak sadar dan mengalami koma, bahkan meninggal dunia.
Bagaimana mendiagnosisnya?
- Jika Anda mencurigai seseorang terkena stroke, bawalah dia cepat-cepat ke rumah sakit untuk menemukan penyebabnya dan memulai penanganan.
- Pencitraan otak, misalnya computerized tomography (CT) scan atau MRI dapat dilakukan untuk mencari tahu apakah stroke disebabkan oleh perdarahan atau penyumbatan pembuluh darah.