Fosil Manusia Purba Kembali Ditemukan
10 Mei 2012
0
comments
Fosil yang ditemukan (Foto: Solichan Arif/SINDO)
Selain menemukan sub fosil tulang panjang atau proksimal tibia manusia atau tulang kering kaki atas, tim yang juga melibatkan ahli arkeologi, juga menemukan vemur atau bagian paha. Sub fosil adalah peninggalan purba yang belum sepenuhnya menjadi fosil.
“Untuk vemur kita tinggal di lokasi. Karena kondisinya yang rapuh dan khawatir rusak jika kita ambil,“ ujar Ketua Tim Peneliti Pusat Laboratorium Bio Antropologi dan Paleo Antropologi, Fakultas Kedokteran UGM, Rusyad Adi Suriyanto kepada wartawan, Minggu (6/5/2012).
Di luar tulang, tim juga menemukan sejumlah gigi seri premolar (geraham) dan molar (gaham). Dari hasil observasi, gigi-gigi ini memiliki rentang usia yang bervariasi. Yakni tumbuh usia anak-anak, remaja dan dewasa. “Gigi merupakan bagian tubuh manusia yang paling sulit terurai, “terang Rusyad.
Meski belum sepenuhnya benar, manusia Goa Song Genthong ini, kata Rusyad memiliki kekerabatan yang dekat dengan homo sapiens atau manusia Wajakensis temuan dokter Belanda Eugene Dubois. Mereka diperkirakan pernah hidup di zaman awal holosen atau 7000 tahun yang lalu.
Secara fisik, nyaris sama dengan manusia kekinian. Berjalan tegak dan sudah mampu berfikir. Sangat berbeda dengan Pithecentropus erectus yang hanya memiliki volume otak 770-1000 cm kubik. Pithecentropus erectus hidup di masa pleistosen dengan takaran waktu 300.000-500.000 tahun yang lalu.
“Bisa dikatakan sezaman. Namun ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” paparnya. Secara teoritis, belum adanya kemampuan menciptakan tempat tinggal (rumah), telah mendorong manusia purba mencari tempat perlindungan di goa.
Dan secara geografis, lobang alam (goa) tersebut, paling banyak dijumpai di wilayah pegunungan kapur, terutama Kabupaten Tulungagung bagian selatan yang merupakan kawasan perbukitan batu cadas dan marmer.
Namun tentunya, kata Rusyad, mereka (manusia purba) akan memilih lokasi gua yang dirasa nyaman dan aman. Selain tidak jauh dari air (sungai), goa yang dipilih juga untuk memenuhi kebutuhan garam.
“Sebab mereka ini (homo sapiens) juga bisa berfikir seperti kita. Dan goa ini memang tidak jauh dengan sungai,“ terang dia. Homo sapiens yang ditemukan ini diduga juga sudah memiliki peradaban. Hal itu, lanjut Rusyad, dibuktikan dengan adanya sisa artefak serta gerabah zaman neolitikum. “Ini ditemukan juga disekitar sub fosil tulang manusia itu,” sambungnya.
Selain bukti adanya manusia, tim eskavasi yang bekerja selama lima hari juga mengumpulkan serpihan sub fosil binatang jenis carnivora, moluska dan serfioni atau sejenis rusa.
Kemudian juga gigi bofidaine atau hewan memamah biak sapi dan kerbau, rahang bawah dan gigi swidei atau babi, cuonjavanika atau anjing jawa serta Rodcubia atau binatang pengerat besar. “Yang pasti binatang pengerat ini bukan jenis dari tikus,” jelasnya.