Empat Misteri Tentang Komodo yang Berhasil Dikuak oleh para Peneliti
10 November 2011
0
comments
Pulau Komodo menjadi jagoan Indonesia dalam ajang tujuh keajaiban alam baru dunia atau New7Wonders of nature. Pulau di Nusa Tenggara Timur itu adalah habitat asli Komodo.
Sejarah mencatat, hewan dijuluki 'dinosaurus terakhir di muka bumi'. Keberadaannya baru dikenal luas pada tahun 1910. Kala itu kolonial Belanda mendengar kisah rakyat soal 'buaya yang hidup di darat'. Beberapa tahun kemudian, sebuah makalah ilmiah terbit, mengidentifikasi Komodo sebagai kadal monitor. Nama latin Varanus komodoensis pun disematkan padanya. Mulai 1915, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk melindungi hewan langka itu.
Tak hanya unik, biawak Komodo ini telah lama menjadi obyek penelitian banyak ilmuwan. Satu persatu para ilmuwan menguak misteri Komodo. Berikut hasil penelitian ilmuwan tentang Komodo:
1. Asal usul Komodo Meski habitat aslinya di NTT, penelitian ahli pada tahun 2009 menyimpulkan, Komodo ternyata bukan hewan asli Indonesia. Ahli palaeontologi dan arkeologi dari Australia, Malaysia, dan Indonesia membuktikan tulang Komodo sama dengan tiga fosil hewan yang ditemukan di Queensland. Itu memperkuat teori bahwa Australia adalah tempat evolusi Komodo. Fosil yang ditemukan di Queensland menunjukan bahwa Komodo berasal dari Australia empat juta tahun yang lalu dan bertahan kira-kira hingga 300.000 tahun lalu. Para peneliti juga menemukan bahwa Komodo menyebar ke sejumlah wilayah, kemudian sampai di Pulau Flores sekitar 900.000 tahun lalu -- rumah terbaik bagi hewan itu. Sementara di tempat asalnya, Australia, Komodo punah 50.000 tahun lalu -- bertepatan dengan saat manusia tiba di Australia. Komodo juga menghilang dan punah di beberapa pulau lain di Indonesia, kecuali Flores. |
2. Bisa melahirkan dalam kondisi perawan Perempuan mungkin bisa hidup tanpa laki-laki, ini setidaknya berlaku untuk Komodo. Biawak raksasa betina bisa menghasilkan bayi tanpa pembuahan jantan. Flora, Komodo yang tinggal di Chester Zoo, London menjadi buktinya. Pada 2006 lalu, ia melahirkan delapan telur Komodo. Melalui proses partenogenesis - reproduksi aseksual tanpa pembuahan, dalam keadaan perawan. Kejadian di kebun binatang London itu adalah kali pertamanya partenogenesis pada Komodo yang tercatat terjadi di dunia. Ilmuwan menguak reproduksi Komodo bisa dilakukan dengan dua cara: seksual atau aseksual, tergantung pada kondisi lingkungan mereka. Di kebun binatang, biasanya Komodo betina ditempatkan terlisah dari yang lain. |
3. Misteri gigitan mematikan Komodo Meski berbadan besar - bisa mencapai 3 meter, gigitan Komodo termasuk lembek. Namun, entah bagaimana, kadal raksasa itu bisa memangsa hewan besar, seperti kerbau misalnya. Apa rahasia gigitan Komodo? Ahli biologi dari University of New South Wales, Australia menemukan, dalam mulut Komodo terdapat beberapa lusin gigi setajam silet. Gigi runcing itu dikombinasikan dengan otot kuat di lehernya yang gemuk. "Kombinasi teknik makan cerdas dan tajamnya gigi, memungkinkan gigitannya bisa berakibat mematikan," kata ahli biologi, Stephen Wroe. Untuk menguak misteri gigitan Komodo, para ahli membangun sebuah model kepala dan tenggorokan hewan itu dengan perangkat lunak. Rahang Komodo boleh saja lemah, tapi 100 juta tahun evolusi telah memberinya senjata yang ampuh. "Komodo punya teknik makan yang unik, terus menerus menarik makanannya." Ia menangkap mangsanya dan menghujamkan 60 gigi tajam. Menutupi kekurangan gigitan yang lemah, otot tenggorokannya yang kuat akan menarik mangsa masuk ke perut." Komodo akan menelan utuh-utuh mangsanya dan memuntahkan sisa-sisa yang tak dapat ia cerna: rambut dan sebagian tulang. |
4. Di balik air liur Komodo yang mematikan
Selain keunikan teknik makannya, Komodo juga memiliki senjata lain
untuk melumpuhkan mangsanya: air liur. Meski seekor hewan bisa lolos
dari serangan Komodo, ia segera melemah dan akhirnya mati. Untuk jangka
waktu yang lama, peneliti menduga, bakteri di air liur hewan itu
bertanggung jawab menimbulkan luka infeksi yang parah pada korbannya.
Bakteri itu meracuni darah korban.
Namun, dugaan itu terbantahkan pada tahun 2005 lalu. "Adanya bakteri
dalam air liur Komodo atelah menjadi dongeng ilmiah," kata Bryan Fry,
peneliti racun di University of Melbourne, Australia. Fry dan timnya
mempelajari susunan biokimia dalam air liur Komodo. Mereka menemukan,
racun tersebut bisa dengan cepat menurunkan tekanan darah, mempercepat
hilangnya darah, dan membuat korban menjadi syok -- hingga tak berdaya
melawan.
Para ilmuwan menemukan, apa yang terkandung dalam liur Komodo serupa
dengan racun yang dimiliki ular paling berbisa yang hidup di pedalaman
Taipan, Australia. Sementara para rekannya takjub dengan penemuan ini,
Fry mengaku tak heran. Sebab, penelitian yang pernah ia lakukan
sebelumnya menemukan, sejumlah spesies kadal -- seperti Iguana, kadal
tak berkaki, dan kadal monitor juga memiliki bisa.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10925385
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10925385