Simpan Tali Pusar Putra-Putri Anda
8 November 2011
0
comments
Layaknya seorang ibu, Ai Hasanah, 27
tahun, perawat di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan, sempat
mendambakan anaknya tumbuh dan berkembang sehat. Tapi nasib
menggariskannya lain. Pada usia tujuh bulan, anak pertamanya itu
meninggal dunia karena leukemia. Harapannya sempat tumbuh lagi ketika ia
hamil lagi.
Kehamilannya kali ini mendapat pengawalan ketat dari dokter. Pada bulan keempat, dokter menyarankannya ikut program Cordlife, bank penyimpanan darah tali pusar di Singapura. "Dokter bilang, siapa tahu anak saya kelak membutuhkan jika ternyata terkena leukemia juga. Tapi kami ragu karena belum mendapat informasinya," kata Ai, yang tinggal di kawasan Depok.
Setelah berburu informasi di Internet pada bulan keenam kehamilannya, mantaplah tekad Ai untuk menyimpan darah tali pusar anaknya di Cordlife. Najwa, nama anak Ai yang lahir enam bulan lalu, dinyatakan selamat.
Harapan sang ibu tentu saja Najwa tumbuh sehat hingga Ai tak perlu menggunakan darah tali pusar bayinya. Tapi, setidaknya bagi Ai, jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada anaknya, ia punya simpanan di Cordlife tadi. Inilah yang terjadi pada Ryan Foo, 5 tahun, anak M.S. Foo dari Singapura tahun 2004, yang dinyatakan sembuh dari leukemia pada usia tiga tahun dengan sel induk dari darah tali pusar adiknya, Rachel.
Selain Ryan, ada pula Hwang Mi-soon. Wanita Korea Selatan berusia 37 tahun ini sempat lumpuh 20 tahun akibat kecelakaan. Kini ia bisa berdiri lagi setelah menjalani transplantasi sel induk dari darah tali pusar.
Bank darah tali pusar seperti Cordlife yang telah membantu menyelamatkan Ryan, Mi-soon, dan menjadi harapan banyak orang ini adalah bank penyimpanan sel induk atau stem cell yang diambil dari darah tali pusar saat bayi baru lahir. Indonesia memang belum memiliki fasilitas tersebut. Tapi Cordlife Indonesia, perusahaan asal Singapura yang punya perwakilan di Indonesia, sejak akhir 2003 telah memulainya. Mereka memang baru sekadar mengumpulkan darah tali pusar. Sementara pemrosesan dan penyimpanan masih dilakukan di Camden Medical Center di Orchard Boulevard Singapura sejak tahun 2001.
Untuk membuat fasilitas penyimpanan dibutuhkan dana besar. Seperti yang tampak di laboratorium dan Bank Cordlife di Rumah Sakit Camden. Meski tak menghabiskan lahan terlalu banyak?hanya sebagian dari lantai delapan gedung itu?fasilitas ini memang tampak dipersiapkan dengan standar kesehatan yang tinggi.
Lantai dibuat tanpa sekat, hingga tak memungkinkan jamur atau bakteri berkembang biak. Demikian juga dengan atap laboratorium. Selain diwajibkan menggunakan pakaian khusus dan bekerja dengan tangan berada di kotak kaca yang steril, setiap petugas laboratorium hanya bekerja beberapa jam untuk menjaga konsentrasi mereka.
Teknik pemrosesan dan penyimpanan ini sesungguhnya tak berbeda dengan bank sperma, bank embrio, dan bank darah. "Bank penyimpanan kami mengikuti pedoman standar dari American Association of Blood Banks," kata Soren Muller Bested MSc (Chem Eng) MBA, Direktur Laboratorium Cordlife.
Semua prosedur pemrosesan dan penyimpanan ini untuk meyakinkan bahwa darah tali pusar yang disimpan memang berkualitas. Untuk itu, sebelum proses dijalankan, perlu dilakukan pengujian pada darah ibu dan darah tali pusar bayi. Darah tali pusar akan diuji kemungkinan adanya bakteri, jamur, resus darah, sementara dari darah ibu, dilihat apakah ada bibit penyakit seperti HIV, hepatitis, cytomegalovirus, dan sifilis. "Jadi, masalahnya bukan pada seberapa banyak darah yang diambil dari tali pusar, tapi kualitas sel induk yang ada di dalamnya," kata Soren.
Informasi perihal darah tali pusar memang belum cukup tersebar di Indonesia. Menurut Poppy F. Arifin, staf ahli Cordlife Indonesia, saat ini baru ada 110 orang klien di Jakarta. Bandingkan dengan di Singapura, yang telah mengoleksi 3.000 sampel darah. "Di Singapura jumlah itu belum termasuk yang tersimpan di bank darah tali pusar yang dikelola pemerintah," kata Robert Dharmasaputra dari Cordlife Indonesia.
Di negara kecil itu ada dua jenis bank darah tali pusar. Bank yang dikelola pemerintah menyimpan semua darah tali pusar bayi dengan kualitas terbaik. Setiap sel induk dari bank ini bisa dimanfaatkan oleh siapa pun yang membutuhkan. Sementara bank swasta seperti Cordlife hanya menyimpan darah tali pusar yang di kemudian hari hanya bisa digunakan oleh bayi yang bersangkutan atau keluarganya.
Karena sifatnya yang terbatas, biayanya pun kemudian menjadi mahal. Iuran per tahun S$ 250 dimulai pada tahun kedua. Pembayaran pertama, S$ 3.000. Biaya ini digunakan untuk proses dan pengiriman. Selain masalah biaya yang besar, pembedaan darah yang tersimpan di kedua bank itu sesungguhnya lebih ke masalah kecocokan sel induk dengan tubuh penggunanya. Dengan sel induk sendiri, bisa dipastikan akan cocok. Adapun dengan donor dari sel induk orang lain, butuh waktu untuk mencari yang cocok.
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel yang masing-masing memiliki tugas dan spesialisasi yang khas. Tapi tubuh manusia juga memiliki sel-sel induk yang bersifat umum. Sel ini pun bisa berkembang menjadi sel khusus jika dibiakkan dan bergabung dengan sel di jaringan tertentu. Sel ini segera bisa memiliki tugas dan spesialisasi yang sama.
Berdasarkan sumbernya, sel induk bisa berasal dari sel induk dari embrio dan sel induk sumber dewasa. Sel induk sumber dewasa antara lain adalah sel induk pembentuk darah atau hematopoietic stem cell, untuk membentuk sel-sel darah merah yang membawa oksigen, darah putih untuk melawan infeksi, dan keping darah yang sehat yang berfungsi untuk pembekuan darah.
Sumber sel induk hematopoietic adalah sumsum tulang, sel darah tepi, dan darah tali pusar. Baru pada 1963 para ahli menemukan bahwa darah tali pusar juga mengandung sel induk. Karena itu para ahli percaya, sel induk darah tali pusar juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kelainan darah, seperti leukemia dan berbagai gangguan sistem kekebalan tubuh.
Dibandingkan dengan sumsum tulang, penggunaan sel induk dari darah tali pusar lebih banyak keuntungannya. Darah tali pusar bisa disimpan hingga saat dibutuhkan. Adapun sumsum tulang butuh waktu untuk mencari donor yang tepat.
"Tidak menyakitkan baik bagi si ibu maupun si anak," kata Robert Dharmasaputra, dari Cordlife Indonesia. Untuk cangkok sumsum tulang, dibutuhkan sedikitnya 600 cc, yang diambil dari tulang panggul. Meski diambil dalam keadaan dibius, berdasarkan pengalaman, pengambilan sumsum tulang cukup menyakitkan. "Saya pernah mengambil sumsum tulang seorang donor dengan jarum sebesar pena. Saya berharap tak perlu menjadi donor sumsum tulang," kata Soren.
Kini tercatat ada 72 jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan sel induk. Misalnya leukemia, anemia aplastik, fanconi anaemia, dan berbagai kelainan ketahanan tubuh lainnya. "Tapi saya yakin akan banyak jenis penyakit lain yang bisa disembuhkan dengan sel induk dari darah tali pusar," kata Soren. Utami Widowati
Kehamilannya kali ini mendapat pengawalan ketat dari dokter. Pada bulan keempat, dokter menyarankannya ikut program Cordlife, bank penyimpanan darah tali pusar di Singapura. "Dokter bilang, siapa tahu anak saya kelak membutuhkan jika ternyata terkena leukemia juga. Tapi kami ragu karena belum mendapat informasinya," kata Ai, yang tinggal di kawasan Depok.
Setelah berburu informasi di Internet pada bulan keenam kehamilannya, mantaplah tekad Ai untuk menyimpan darah tali pusar anaknya di Cordlife. Najwa, nama anak Ai yang lahir enam bulan lalu, dinyatakan selamat.
Harapan sang ibu tentu saja Najwa tumbuh sehat hingga Ai tak perlu menggunakan darah tali pusar bayinya. Tapi, setidaknya bagi Ai, jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada anaknya, ia punya simpanan di Cordlife tadi. Inilah yang terjadi pada Ryan Foo, 5 tahun, anak M.S. Foo dari Singapura tahun 2004, yang dinyatakan sembuh dari leukemia pada usia tiga tahun dengan sel induk dari darah tali pusar adiknya, Rachel.
Selain Ryan, ada pula Hwang Mi-soon. Wanita Korea Selatan berusia 37 tahun ini sempat lumpuh 20 tahun akibat kecelakaan. Kini ia bisa berdiri lagi setelah menjalani transplantasi sel induk dari darah tali pusar.
Bank darah tali pusar seperti Cordlife yang telah membantu menyelamatkan Ryan, Mi-soon, dan menjadi harapan banyak orang ini adalah bank penyimpanan sel induk atau stem cell yang diambil dari darah tali pusar saat bayi baru lahir. Indonesia memang belum memiliki fasilitas tersebut. Tapi Cordlife Indonesia, perusahaan asal Singapura yang punya perwakilan di Indonesia, sejak akhir 2003 telah memulainya. Mereka memang baru sekadar mengumpulkan darah tali pusar. Sementara pemrosesan dan penyimpanan masih dilakukan di Camden Medical Center di Orchard Boulevard Singapura sejak tahun 2001.
Untuk membuat fasilitas penyimpanan dibutuhkan dana besar. Seperti yang tampak di laboratorium dan Bank Cordlife di Rumah Sakit Camden. Meski tak menghabiskan lahan terlalu banyak?hanya sebagian dari lantai delapan gedung itu?fasilitas ini memang tampak dipersiapkan dengan standar kesehatan yang tinggi.
Lantai dibuat tanpa sekat, hingga tak memungkinkan jamur atau bakteri berkembang biak. Demikian juga dengan atap laboratorium. Selain diwajibkan menggunakan pakaian khusus dan bekerja dengan tangan berada di kotak kaca yang steril, setiap petugas laboratorium hanya bekerja beberapa jam untuk menjaga konsentrasi mereka.
Teknik pemrosesan dan penyimpanan ini sesungguhnya tak berbeda dengan bank sperma, bank embrio, dan bank darah. "Bank penyimpanan kami mengikuti pedoman standar dari American Association of Blood Banks," kata Soren Muller Bested MSc (Chem Eng) MBA, Direktur Laboratorium Cordlife.
Semua prosedur pemrosesan dan penyimpanan ini untuk meyakinkan bahwa darah tali pusar yang disimpan memang berkualitas. Untuk itu, sebelum proses dijalankan, perlu dilakukan pengujian pada darah ibu dan darah tali pusar bayi. Darah tali pusar akan diuji kemungkinan adanya bakteri, jamur, resus darah, sementara dari darah ibu, dilihat apakah ada bibit penyakit seperti HIV, hepatitis, cytomegalovirus, dan sifilis. "Jadi, masalahnya bukan pada seberapa banyak darah yang diambil dari tali pusar, tapi kualitas sel induk yang ada di dalamnya," kata Soren.
Informasi perihal darah tali pusar memang belum cukup tersebar di Indonesia. Menurut Poppy F. Arifin, staf ahli Cordlife Indonesia, saat ini baru ada 110 orang klien di Jakarta. Bandingkan dengan di Singapura, yang telah mengoleksi 3.000 sampel darah. "Di Singapura jumlah itu belum termasuk yang tersimpan di bank darah tali pusar yang dikelola pemerintah," kata Robert Dharmasaputra dari Cordlife Indonesia.
Di negara kecil itu ada dua jenis bank darah tali pusar. Bank yang dikelola pemerintah menyimpan semua darah tali pusar bayi dengan kualitas terbaik. Setiap sel induk dari bank ini bisa dimanfaatkan oleh siapa pun yang membutuhkan. Sementara bank swasta seperti Cordlife hanya menyimpan darah tali pusar yang di kemudian hari hanya bisa digunakan oleh bayi yang bersangkutan atau keluarganya.
Karena sifatnya yang terbatas, biayanya pun kemudian menjadi mahal. Iuran per tahun S$ 250 dimulai pada tahun kedua. Pembayaran pertama, S$ 3.000. Biaya ini digunakan untuk proses dan pengiriman. Selain masalah biaya yang besar, pembedaan darah yang tersimpan di kedua bank itu sesungguhnya lebih ke masalah kecocokan sel induk dengan tubuh penggunanya. Dengan sel induk sendiri, bisa dipastikan akan cocok. Adapun dengan donor dari sel induk orang lain, butuh waktu untuk mencari yang cocok.
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel yang masing-masing memiliki tugas dan spesialisasi yang khas. Tapi tubuh manusia juga memiliki sel-sel induk yang bersifat umum. Sel ini pun bisa berkembang menjadi sel khusus jika dibiakkan dan bergabung dengan sel di jaringan tertentu. Sel ini segera bisa memiliki tugas dan spesialisasi yang sama.
Berdasarkan sumbernya, sel induk bisa berasal dari sel induk dari embrio dan sel induk sumber dewasa. Sel induk sumber dewasa antara lain adalah sel induk pembentuk darah atau hematopoietic stem cell, untuk membentuk sel-sel darah merah yang membawa oksigen, darah putih untuk melawan infeksi, dan keping darah yang sehat yang berfungsi untuk pembekuan darah.
Sumber sel induk hematopoietic adalah sumsum tulang, sel darah tepi, dan darah tali pusar. Baru pada 1963 para ahli menemukan bahwa darah tali pusar juga mengandung sel induk. Karena itu para ahli percaya, sel induk darah tali pusar juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kelainan darah, seperti leukemia dan berbagai gangguan sistem kekebalan tubuh.
Dibandingkan dengan sumsum tulang, penggunaan sel induk dari darah tali pusar lebih banyak keuntungannya. Darah tali pusar bisa disimpan hingga saat dibutuhkan. Adapun sumsum tulang butuh waktu untuk mencari donor yang tepat.
"Tidak menyakitkan baik bagi si ibu maupun si anak," kata Robert Dharmasaputra, dari Cordlife Indonesia. Untuk cangkok sumsum tulang, dibutuhkan sedikitnya 600 cc, yang diambil dari tulang panggul. Meski diambil dalam keadaan dibius, berdasarkan pengalaman, pengambilan sumsum tulang cukup menyakitkan. "Saya pernah mengambil sumsum tulang seorang donor dengan jarum sebesar pena. Saya berharap tak perlu menjadi donor sumsum tulang," kata Soren.
Kini tercatat ada 72 jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan sel induk. Misalnya leukemia, anemia aplastik, fanconi anaemia, dan berbagai kelainan ketahanan tubuh lainnya. "Tapi saya yakin akan banyak jenis penyakit lain yang bisa disembuhkan dengan sel induk dari darah tali pusar," kata Soren. Utami Widowati