Kartun Nabi, Kantor Majalah di Prancis Dibom
3 November 2011
0
comments
Tak ada korban jiwa karena kantor kosong. Pejabat yang enggan menyebutkan nama karena investigasi tengah dilakukan itu mengutip seorang saksi bahwa seseorang melemparkan dua benda bersumbu, dan api pun berkobar. Sekujur kantor berlantai dua itu rusak berat.
Perdana Menteri Prancis Francois Fillon menyeru aparat keamanan agar memburu mereka yang bertanggung jawab dan menyeretnya ke pengadilan. "Kebebasan berekspresi adalah nilai tak tergantikan dalam demokrasi kami. Tak ada yang bisa membenarkan aksi kekerasan," Fillon menegaskan.
Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier atau Charb, mengatakan api dipicu oleh bom molotov. Dia menuding pelakunya adalah orang-orang radikal bodoh yang tidak tahu apa itu Islam. "Mereka idiot yang mengkhianati kepercayaan mereka sendiri," ujarnya kepada televisi berita Associated Press, Rabu 2 November 2011 kemarin. "Tak ada yang tahu apa isinya kecuali mereka membelinya pagi ini."
Halaman sampul mingguan yang terbit saban Rabu itu bertajuk "Syariah Hebdo", memajang sosok kartun pria dengan sorban, jubah putih, dengan wajah berjanggut, dan tersenyum lebar. Sosok “Nabi Muhammad” itu bilang, "100 cambukan jika kalian tidak mati karena tertawa."
Sehari sebelumnya, muncul pernyataan majalah itu di situsnya bahwa edisi terbaru akan "merayakan" kemenangan partai Islam, Ennhada, dalam pemilu Tunisia dan mengundang Nabi Muhammad sebagai "pemimpin redaksi" tamu untuk edisi pekan ini. "Sang nabi Islam tidak perlu ditanya dua kali, dan kami berterima kasih untuk itu," demikian pernyataan Charlie Hebdo.
Partai Ennhada saat ini tengah menyusun koalisi pemerintahan. Partai di negeri awal “Musim Semi Arab” itu berjanji bekerja sama dengan partai-partai lebih liberal dan menghargai kesetaraan gender.
Kartun Nabi yang terbit pada 2005 di sebuah harian Denmark sempat memicu gelombang protes di negara-negara Islam.
Presiden sebuah payung kelompok yang mewakili komunitas muslim Prancis—ada sekitar 5 juta pemeluk, yang terbesar di Eropa Barat--juga mengutuk serangan atas Charlie Hebdo. Ketua French Council for the Muslim Faith, Mohammed Moussaoul, menyatakan organisasinya menyesalkan nada sangat mengejek mingguan itu terhadap Islam dan Nabi, tetapi menegaskan perlawanan total terhadap semua aksi dan kekerasan.
Ditambahkan Charb, majalahnya sudah menerima "banyak surat protes, ancaman, dan penghinaan" di Twitter dan Facebook sebelum serangan. "(Padahal) itu adalah sebuah lelucon yang topiknya membayangkan sebuah dunia di mana syariah akan diterapkan," tuturnya./sumber