Inilah Teuku Markam, Orang Yang Menyumbang Emas Tugu Monas
23 Agustus 2011
0
comments
Tapi
kalian tau gak berapa berat emas yang ada di puncak tugu monas??
Ternyata beratnya 38 kg emas. Dan tau ga kalian, 28 kg di antaranya
adalah sumbangan dari Teuku Markam , salah seorang saudagar Aceh yang
pernah menjadi orang terkaya Indonesia.
Sampai
saat ini Orang-Orang hanya tahu bahwa emas tersebut memang benar
sumbangan saudagar Aceh. Namun tak banyak yang tahu, bahwa saudagar
Aceh yan dimaksud itu adalah Teuku Markam.
Ga
cuman menyumbang 28Kg emas untuk tugu monas, Beliau pun ikut
membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar
Indonesia. Dan masih banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang
pantas di catat dalam sejarah Indonesia.
Tidak hanya di zaman Soekarno saja beliau sangat berjasa dalam kemajuan ekonomi Indonesia, tapi di zaman Orba (Orde Baru) juga.
Sebut
saja pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan
Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain
adalah bantuan lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia.
Siapakah Teuku Markam ?
Teuku Markam turunan Uleebalang. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara.
Teuku Markam turunan Uleebalang. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara.
Sejak
kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun,
Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu
meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Sempat
mendapat pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat).
Teuku
Markam tumbuh lalu menjadi pemuda dan memasuki pendidikan wajib
militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat
letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia
(TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama
dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan
lain-lain. Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di
berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara
pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis.
Sebagai
prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal
Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku
Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot
Soebroto. Tugas itu diemban Markam sampai Gatot Soebroto meninggal
dunia.
Adalah
Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu
dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan
adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menghendel masalah
perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat
kapten (NRP 12276), kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat
bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena
�disiriki� oleh orang lain. Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru
keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan
oleh Sjamaun Gaharu.
Keluar
dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT
Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola pampasan
perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam
benar-benar menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal
dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar,
Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas karena ia juga terjun dalam
ekspor � impor dengan sejumlah negara.
Antara
lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja
dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen
Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden.
Komitmen
Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk
pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu
digenjot habis-habisan oleh Soekarno.
Hasil
bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta
mengumpulkan sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen
Nasional (Monas). Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan
salah satu impian Soekarno dalam meningkatkan harkat dan martabat
bangsa.
Peran
Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika
tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu.
Teuku
Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat
dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain seperti Menteri
PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin
Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan
lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa
populer. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dikatakan sebagai kabinet
bayangan Soekarno.
Sejarah
kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun
perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata
pemerintahan Orba. Ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai
koruptor dan Soekarnoisme.
Tuduhan
itulah yang kemudian mengantarkan Teuku Markam ke penjara pada tahun
1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan.
Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke
Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba Jln Percetakan Negara.
Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke
tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta
Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot
Subroto selama kurang lebih dua tahun.
Peralihan
kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membuat hidup Teuku Markam menjadi
sulit dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya,
berkat jasa- jasa baik dari sejumlah teman setianya. Teuku Markam
dilepaskan begitu saja tanpa ada konpensasi apapun dari pemerintahan
Orba.
Soeharto
selaku Ketua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 mengambil
alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang
kemudian dikelola PT PP Berdikari yang didirikan Suhardiman untuk dan
atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami
(dua orang terakhir ini adalah tokoh Aceh di Jakarta) termasuk
teman-teman Markam.
Namun
tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka
ikut mengelola aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari.
Suhardiman adalah orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Di
jajaran direktur tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami.
Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman
Nurhani, dan Bustanil Arifin SH.
Pada
tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya
antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT
Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus
�pinjaman� yang nilainya Rp 411.314.924,29 sebagai penyertaan modal
negara di PT PP Berdikari. Kepres itu terbit persis pada tahun
dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan.
Teuku
Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi berbagai penyakit di
Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi
namanya. Bahkan sampai sekarang.